Home / Pernikahan / Belaian Hangat Om Bastian / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Belaian Hangat Om Bastian: Chapter 81 - Chapter 90

155 Chapters

81. Keganasan Bastian

"Eh? Om mau tinggal bareng aku juga?" tanya Naira dengan kedua alis terangkat.Bastian tampak santai saja ketika dia duduk di tepi ranjang kamar utama."Kenapa? Kamu gak suka?" Bastian balik bertanya.Sebuah pertanyaan yang membuat Naira kebingungan menjawabnya. Bukannya apa-apa, tapi dia tak mau jika jawabannya membuat Bastian besar kepala.Karena lama tidak juga memberikan sahutan, Bastian bangkit dan berjalan ke Naira, lalu kedua tangannya membelit pinggang ramping gadis itu."Kau tak suka aku menemanimu di sini? Bagaimana kalau kamu kenapa-kenapa, hm?" bisik Bastian di dekat telinga Naira.Naira tahu dengan pasti kelanjutan dari adegan ini.Setengah jam berikutnya, Naira sudah dibuat terkulai lemas di atas ranjang dengan kedua kaki terbuka lebar tanpa penutup apa pun."Hehe ... Nai, kenapa? Aku belum apa-apa, loh! Aku baru pake tangan ama mulut doang, nih!" goda Bastian sambil menegakkan punggungnya usai merunduk. "Masih jauh dari kata selesai, Nai. Ayo, sekarang giliranku mendapa
last updateLast Updated : 2024-07-25
Read more

82. Ide Cemerlang dan Tuntutan Reward

Setelah meneguk salivanya sekali, Naira mulai menuangkan apa yang ada di otaknya dalam kalimat."Ada 2 macam program, sih Om. Pertama, program yang berkaitan ama para karyawan." Naira menatap Bastian di depannya.Pria itu hanya diam dan menunggu Naira melanjutkan bicara.Karenanya, Naira bicara lagi, "Aku mengusulkan adanya program pemberian subsidi bagi karyawan berprestasi. Juga, adanya program Inisiatif Kesehatan dan Kesejahteraan bagi mereka.""Hanya itu?" tanya Bastian.Naira menggeleng."Itu baru program yang menitikberatkan pada karyawan." Naira menjawab,"Coba terangkan mengenai apa yang kamu usulkan tadi." Bastian menyatukan semua jarinya di atas meja.Tatapan pria itu terlihat tertarik dengan ide Naira."Insiatif kesehatan dan kesejahteraan bagi karyawan itu maksudnya semacam program kebugaran dan manajemen stres. Juga adanya konseling kesehatan mental. Tentunya kita tak mau adanya karyawan yang stres di sini, kan Pak?" Naira menjabarkan.Bastian mengangguk-anggukkan kepala,
last updateLast Updated : 2024-07-25
Read more

83. Rapat Dewan Direksi

Pagi harinya, Naira hanya bisa menggerutu atas kegilaan Bastian semalam."Dasar om-om maniak! Bisa-bisanya ampe 4 jam! Yah, dijeda setengah jam sih, tapi kan tetap aja, njir! Dikira aku ini cewek 4maz0n, apa?!" Naira sedikit tertatih ketika keluar dari kamar mandi dan bersyukur tak ada Bastian di kamar, sehingga dia bisa leluasa berdandan.Kemudian, setelah dipaksa sarapan oleh Bastian, dia pergi ke kantor. Seperti biasa, dia pergi menggunakan taksi online ketimbang ikut mobil Bastian.***Pagi itu, gedung pencakar langit yang menjulang tinggi di pusat kota menyambut Naira dengan pantulan sinar mentari pada kaca-kaca jendelanya. Jantungnya berdegup kencang saat dia melangkah memasuki lift. Jemarinya meremas ujung blazer barunya dengan gelisah. Hari ini bukan hari biasa—Bastian telah memintanya untuk menghadiri rapat dewan direksi.Bastian menyambut Naira di depan ruang rapat, senyumnya menenangkan. "Udah siap, Nai?"Naira menelan ludah, suaranya sedikit bergetar. "Aku ... aku gak yak
last updateLast Updated : 2024-07-26
Read more

84. Aku Makin Cinta Dia!

Seorang direksi senior angkat bicara, "Saya harus mengakui, ini melebihi ekspektasi saya. Terutama ide audio book itu, bisa jadi game-changer di industri kita."Naira merasakan gelombang kelegaan dan kebanggaan menyelimutinya. Diliriknya Bastian yang memberikan anggukan penuh arti, seolah berkata "Sudah kubilang kau bisa melakukannya."Setelah presentasi Naira, ruangan dipenuhi dengan diskusi yang semakin intens. Sementara beberapa direksi terlihat antusias, ada beberapa wajah yang menunjukkan keraguan.Direktur Keuangan, Pak Robert, berdeham untuk menarik perhatian. Wajahnya menunjukkan kekhawatiran. "Saya menghargai kreativitas Anda, Nona Naira. Namun, saya memiliki beberapa keberatan, terutama mengenai program subsidi karyawan berprestasi."Direktur lainnya diam, ingin menyimak.Naira menegakkan punggungnya, bersiap menghadapi tantangan. "Silakan, Pak Robert. Saya terbuka untuk diskusi."Pak Robert berujar, "Pertama, dari segi finansial, program ini bisa menjadi beban berat bagi pe
last updateLast Updated : 2024-07-26
Read more

85. Pertemuan Tak Terduga dengan Si Rival

Sore itu, apartemen mewah Naira yang dibelikan Bastian dipenuhi aroma menggoda dari dapur. Jendela-jendela besar memantulkan cahaya senja keemasan, menciptakan suasana hangat yang kontras dengan kegelisahan yang masih menyelimuti Naira.Sedangkan Naira justru sedang duduk di sofa ruang tengah, matanya menerawang jauh, pikirannya masih terpaku pada kejadian di kantor pagi tadi.Bastian melirik Naira dari balik konter dapur, hatinya terenyuh melihat gadis itu masih tampak murung. Dia mengaduk pasta dalam panci, uap mengepul membawa aroma rempah yang menggugah selera. "Hei, Nai," panggilnya lembut, "bisa tolong ambilin garam di lemari sebelah kanan?"Naira tersentak dari lamunannya, lalu bangkit perlahan. "Oh, sure, Om!" jawabnya, berjalan menuju dapur.Saat Naira mendekat, Bastian tersenyum hangat. "Coba cicipi ini," ujarnya, menyodorkan sendok berisi saus pasta. Naira mencicipinya, dan untuk pertama kalinya sejak pagi, sebuah senyum kecil terbentuk di bibirnya."Enak," pujinya tulus.B
last updateLast Updated : 2024-07-26
Read more

86. Penyelamatan Wildan

Wildan tersenyum lebar, "Baik. Kabarku baik. Nggak menyangka akan bertemu denganmu di sini. Naira sendirian?"Naira mengangguk, "Iya, sedang mencari buku untuk ... um, referensi pekerjaan."Dia memilih untuk menggunakan bahasa yang formal untuk Wildan. Toh, mereka tidak akrab dan lagipula, Wildan anak dari salah satu investor penting Zilong E-First."Ah, masih magang di perusahaan Bastian?" tanya Wildan, matanya menyiratkan keingintahuan yang dalam."Begitulah," jawab Naira singkat, merasa sedikit tidak nyaman.Wildan mengambil sebuah buku dari rak terdekat, membolak-baliknya tanpa benar-benar membaca. "Tau nggak, aku ama Bastian dulu sering banget berdebat soal manajemen dan strategi bisnis. Dia selalu aja punya ide-ide gila yang ...."Naira mendengarkan dengan sopan, namun pikirannya mulai berkecamuk. Dia tahu tentang persaingan Bastian dan Wildan di masa lalu, dan entah mengapa, pertemuan ini membuatnya gelisah."...jadi, bagaimana menurutmu bekerja ama dia?" Wildan mengakhiri ceri
last updateLast Updated : 2024-07-27
Read more

87. Dipaksa Wildan

Naira terkejut dengan tawaran Wildan. "Eng~ tidak usah, Pak! Saya bisa—""Ayo~ nggak apa-apa, kok! Yok!" Wildan memaksa.Meski ingin menolaknya, tapi Naira tidak memiliki keberanian melawan ketika Wildan menyentuh punggungnya dan menggiring dia ke arah mobil Wildan terparkir.Akhirnya, Naira pun duduk di sebelah Wildan yang menyetir. Dia duduk kaku di tempatnya, meremas tas cangklong kecil di pangkuannya.'Duh, gimana ini?! Kok malah jadi gini, sih?' pikirnya galau.Wildan memang sengaja melajukan mobil sesantai mungkin karena dia ingin lebih lama dengan Naira."Eh, Naira, kamu masih kuliah pastinya, kan? Di mana?" tanya Wildan.Dia ingin membuka obrolan supaya bisa akrab dengan Naira.Terpaksa Naira menjawab meski malas, "Di Goldera, Pak. Jurusan Sastra Inggris."Lebih baik sebutkan sekalian jurusannya karena dia tahu pasti pertanyaan selanjutnya. Sangat mudah ditebak.Wildan terkekeh, mungkin karena ketahuan apa yang hendak ditanyakan selanjutnya. Tapi dia masih belum menyerah. "Kam
last updateLast Updated : 2024-07-27
Read more

88. Makan Siang Bersama Rival Bos

Naira menarik napas dalam-dalam, mengumpulkan keberaniannya. Bastian menuntunnya ke sofa, wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang jelas."Ada apa, Nai? Kau bikin aku cemas," ujar Bastian lembut, tangannya menyentuh pundak Naira.Naira memejamkan mata sejenak, lalu mulai bercerita. Dia harus berhati-hati merangkai kata."Tadi ... waktu aku keluar dari toko buku, aku bermaksud ngambil jalan pintas lewat gang sempit yang aku tau." Dia berhenti sejenak, melihat ekspresi Bastian mengeras. "Ada ... ada beberapa preman yang menghadang aku di sana, Om. Mereka ... mereka keliatan berbahaya."Bastian langsung menegakkan tubuhnya, matanya menyiratkan kemarahan dan kekhawatiran. "Apa? Mereka ngelukai kamu? Apa yang terjadi selanjutnya?"Respon Bastian persis seperti dugaan Naira.Naira menggeleng cepat. "Gak, Gak terluka, kok Om. Aku baik-baik aja. Sebelum mereka macam-macam ama aku, ada ... ada orang yang nolong aku."Jantung Naira terus berdegup kencang. Sungguh, berbohong adalah hal yang kurang
last updateLast Updated : 2024-07-27
Read more

89. Pilihan Sulit

Naira menerima kartu itu dengan ragu. "Terima kasih, tapi saya rasa tidak perlu.""Simpan aja," Wildan tersenyum meyakinkan. "Kita nggak pernah tau apa yang akan terjadi di masa depan."Setelah pertemuan itu, Naira kembali ke kantor dengan pikiran berkecamuk. Di satu sisi, dia merasa bersalah karena menyembunyikan pertemuannya dengan Wildan dari Bastian. Di sisi lain, perkataan Wildan terus terngiang di telinganya, menimbulkan keraguan dan pertanyaan baru.Malam harinya, di apartemen Bastian~"Gimana tadi seminarnya?" tanya Bastian sambil menuangkan anggur untuk mereka berdua.Dia baru sempat menanyakan ini karena terlalu sibuk seharian.Naira menelan ludah, merasa bersalah. "Baik~ sangat informatif.""Baguslah." Bastian tersenyum, seperti tidak menyadari kegelisahan Naira. "Ada hal menarik yang kamu pelajari?"Naira terdiam sejenak, kartu nama Wildan terasa berat di sakunya. Haruskah ia jujur? Atau tetap menyimpan rahasia ini?"Iya, ada beberapa insight menarik tentang strategi bisni
last updateLast Updated : 2024-07-28
Read more

90. Akankah Mengubah Hubungan Kita, Om?

"Jalan pintas seperti apa?" Naira bertanya, suaranya sedikit bergetar.Ada sekelumit keinginannya pergi dari tempat itu sesegera mungkin. Persetan dengan rahasia Bastian. Tapi ... rasa penasarannya sudah menelan lebih banyak dari yang dia kira.Wildan mengeluarkan sebuah map dari tasnya. "Lihat deh ini. Dokumen-dokumen ini nunjukkin beberapa transaksi mencurigakan yang dilakuin perusahaan Bastian beberapa tahun lalu."Naira membuka map itu dengan tangan gemetar. Matanya melebar saat melihat angka-angka dan data yang tertera."Ini ... tidak mungkin. Pak Bastian tidak mungkin melakukan ini." Naira menyangkal sambil menggelengkan kepala, tak yakin dengan yang dikatakan Wildan."Aku tau ini sulit dipercaya, Naira," Wildan berkata lembut. "Tapi kadang, orang yang kita pikir kita kenal dengan baik, bisa menyimpan rahasia besar, loh!"Selama satu jam berikutnya, Wildan menjelaskan detail demi detail, membuka tabir yang selama ini menutupi sisi gelap Bastian yang tidak pernah Naira bayangkan.
last updateLast Updated : 2024-07-28
Read more
PREV
1
...
7891011
...
16
DMCA.com Protection Status