Home / Urban / Kebangkitan Menantu Terbuang / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Kebangkitan Menantu Terbuang: Chapter 81 - Chapter 90

116 Chapters

81. Koma

"Egh... Mas? Mas Ryan..." Erika mencari-cari sang suami."oh ya, mas Ryan sedang berada di rumah sakit. Bagaimana keadaan Elsa, ya?" gumam Erika, seorang diri.Tengah malam, Erika yang terbaring di kamarnya, terjaga di tengah malam. Sinar lampu dari luar masuk melalui celah tirai, menerangi sebagian ruangan yang sunyi. Meski tubuhnya masih terasa lemah, pikirannya berputar-putar, gelisah memikirkan keadaan suaminya yang ada di rumah sakit - menunggu operasinya Elsa bersama dengan Dedi dan dua asistennya yang lain.Wanita itu sadar bahwa sang suami memang seperti itu, tidak bisa mengabaikan orang-orang terdekatnya - meskipun itu adalah asistennya, jika sedang dalam keadaan darurat seperti ini. Apalagi dirinya sudah lebih baik daripada beberapa waktu lalu setelah kecelakaan yang dialaminya."Issshhh... aduh! Aku mau telpon mas Ryan, mau tanya keadaan Elsa."Erika mencoba duduk, meskipun rasa nyeri di tubuhnya masih terasa. Dengan sedikit usaha, ia meraih ponselnya yang tergeletak di me
Read more

82. Penelpon Misterius

Saat Ryan tiba di rumah, jam sudah menunjukkan lewat tengah malam. Rumah tampak sepi, namun lampu di kamar masih menyala. Ia masuk perlahan, tubuhnya terasa berat, dipenuhi kelelahan fisik dan mental setelah berjam-jam di rumah sakit bersama Elsa. Pikiran tentang asistennya yang kini dalam keadaan koma tak henti-hentinya menghantuinya, tapi ia tahu, di rumah ada hal lain yang harus ia perhatikan—Erika.Dia berjalan menuju kamar mereka, membuka pintu dengan hati-hati, berharap Erika sudah tertidur. Namun, yang ditemukannya adalah istrinya duduk di tepi tempat tidur, memeluk lututnya, wajahnya tampak pucat dan terlihat cemas dan khawatir."Sayang?" panggil Ryan lembut, sambil mendekat.Erika mendongak perlahan, dan begitu melihat Ryan, matanya melebar. Dia sempat melamun, sampai-sampai tidak sadar jika sang suami pulang dan masuk kamar."Mas Ryan... kamu, akhirnya kamu pulang." Suara Erika gemetar, menandakan bahwa ada sesuatu yang sangat mengganggunya. Ia berdiri perlahan, berjalan men
Read more

83. Dilarang

Segera, Tanu berjalan cepat menuju pintu, kunci mobil sudah tergenggam di tangannya. Ia harus segera memastikan bahwa Erika aman, terutama setelah telepon misterius itu. Langkahnya penuh dengan kegelisahan, namun ketika ia membuka pintu, sosok yang tak disangka muncul di hadapannya."Tanu? Mau ke mana kamu tengah malam begini?" Suara berat ayahnya, Tuan Lee, menghentikan langkahnya. Lelaki tua itu berdiri di lorong dengan mengenakan piyama, matanya sedikit menyipit karena kantuk yang masih melekat, tapi jelas tergambar kekhawatiran di wajahnya.Tanu mendadak tegang. Dia tak ingin membuat ayahnya cemas, terutama setelah dirinya baru saja keluar dari rumah sakit. Meskipun kondisinya sudah pulih, sang ayah masih sering memantau kesehatannya dengan ketat. Dan Tuan Lee bukanlah orang yang mudah diyakinkan jika itu menyangkut keluarganya, apalagi anak-anaknya.“Papa, aku cuma mau keluar sebentar,” jawab Tanu, mencoba bersikap santai, meski hatinya dipenuhi kecemasan karena takut ketahuan ni
Read more

84. Musuh Dalam Selimut

Di rumah sakit, suasana malam terasa lebih sunyi daripada biasanya. Lampu-lampu di koridor menyala terang tapi tampak remang-remang bagi orang yang ada di tempat tersebut, hanya terdengar suara langkah-langkah kecil para perawat yang sedang berjaga. Di ruang tunggu dekat kamar rawat Elsa, Dedi dan Tomi duduk berdampingan, masing-masing tenggelam dalam pikiran mereka sendiri.Tomi melirik Dedi yang sedang mengamati ponselnya, seolah menunggu sesuatu. Keheningan di antara mereka membuat suasana semakin terasa tegang. Elsa yang masih terbaring di ruang rawat intensif telah melalui masa-masa kritis, namun keadaannya tetap belum stabil sepenuhnya. Dan ini membuat kecemasan mereka tak kunjung mereda.“Tomi. Kamu pikir, ini semua kebetulan nggak?” Dedi akhirnya berbicara lebih dulu, memecah keheningan. Suaranya rendah, tapi jelas terisi dengan kecurigaan.“Apa maksudmu, Ded?” Tomi menoleh, sedikit kaget mendengar pertanyaan itu.Dedi memandang Tomi serius, lalu menunduk sejenak sebelum melan
Read more

85. Dilarang

Pagi hari di rumah Tuan Lee, suasana sarapan terasa sedikit canggung. Tanu duduk di meja makan bersama ayah dan ibunya. Di depannya, semangkuk bubur yang hampir tidak tersentuh. Matanya terus melirik jam dinding dan jam di tangannya, tampak resah. Dia sudah memikirkan ini sejak semalam, jadi dia harus segera ke rumah Erika untuk memastikan semuanya baik-baik saja, terutama setelah telepon misterius dan kecelakaan yang hampir merenggut nyawa adiknya itu.Tuan Lee yang duduk di ujung meja, memandang putranya dengan tatapan tajam. Dia menyadari ketidaksabaran Tanu sejak dari tadi, bukan-bukan. Tanu tidak sabar sejak semalam.“Tanu, kamu kenapa? Dari tadi kok kelihatan terburu-buru, tapi saat makan justru melamun. Lihat isi mangkukmu!" tanya Tuan Lee sambil meletakkan cangkir tehnya.“Aku mau mampir ke rumah Erika, Pa. Aku ingin memastikan dia baik-baik saja. Semalam aku nggak bisa tenang," jawab Tanu setelah menghela napas pelan, berusaha bersikap tenang meskipun hatinya tidak bisa.Mend
Read more

86. Cepatlah Bangun

Di kantor perusahaan Lee, suasana sibuk sebelum jam kerja seperti biasanya. Ada beberapa karyawan yang mengerombol, membentuk blok-blok sendiri dengan topik yang berbeda juga - banyak hal yang dibicarakan, seperti gosip-gosip artis atau gosip teman mereka sendiri. Tanu baru saja tiba, setelah menyelesaikan sarapan yang penuh ketegangan di rumah bersama papanya. Meskipun pikirannya masih terpaut pada kondisi Erika, ia mencoba untuk fokus pada pekerjaannya. Hari ini, ada pertemuan penting dengan calon klien besar, dan dia harus berada dalam kondisi terbaik - mempersiapkan segala sesuatunya untuk presentasi. Beberapa saat kemudian - setelah 1 jam dari jam kerja, Tanu masuk ke ruang rapat. Tanu melihat beberapa stafnya sudah menunggu, bersiap untuk presentasi. Namun, tatapannya tertuju pada seorang tamu yang duduk di sudut ruangan. Seorang pria berpakaian formal dengan senyum tipis di wajahnya. Tamu tersebut memperkenalkan dirinya sebagai Mr. Han, wakil dari sebuah perusahaan besar yan
Read more

87. Tak Disangka

Di kantor Ryan, suasana tidak jauh berbeda dengan hari-hari sebelumnya—kesibukan khas yang menyelimuti seluruh ruangan. Namun, di balik rutinitas tersebut, ada ketegangan yang tak kasat mata. Kecelakaan Erika dan Elsa terus membayangi semua orang, terutama Tomi dan Fery, yang kini duduk di ruangan kerja Elsa, memeriksa komputer dan laptopnya.Mereka berusaha menemukan petunjuk apa pun yang bisa menjelaskan kecelakaan Erika dan apakah Elsa sempat menemukan sesuatu sebelum dirinya sendiri terlibat dalam kecelakaan itu. Tomi menatap layar komputer dengan intens, mencoba membuka beberapa file yang terkunci dengan password, sementara Fery menyisir folder-folder yang tersimpan di laptop.“Kau yakin Elsa sempat menyimpan sesuatu di sini? Karena sejauh ini aku belum menemukan apa-apa,” ujar Fery, merasa sedikit tertekan - frustrasi.“Aku nggak yakin seratus persen, tapi berdasarkan obrolan terakhir kami, Elsa memang sedang menyelidiki sesuatu yang berhubungan dengan kecelakaan Bu Erika. Dia b
Read more

88. Elsa Adalah Kunci

Selesai makan siang, Ryan akhirnya meninggalkan rumah untuk menuju rumah sakit. Dia berpikir tentang semua yang terjadi belakangan ini, terutama setelah mendapatkan pesan dari Tomi dan Fery. Isinya singkat, namun membuat Ryan was-was. Mereka - Tomi dan Fery, telah menemukan sesuatu yang sudah ditemukan Elsa saat penyelidikan.Kini, pikiran Ryan tidak bisa berhenti memikirkan apa yang dimaksud oleh Tomi dan Fery. Apakah Elsa menemukan sesuatu yang penting sebelum kecelakaan? Atau nyawa Elsa terancam karena "dalang" dari semua itu sudah mengetahui keberhasilan Elsa, sehinga berusaha melenyapkan Elsa dengan alasan kecelakaan?Setibanya di rumah sakit, Ryan langsung menuju kamar tempat Elsa dirawat. Di depan pintu, dia melihat Dedi yang terlihat lelah setelah berjaga semalaman. Dedi segera berdiri ketika melihat bosnya datang."Bagaimana keadaannya?" Ryan bertanya dengan suara tenang, meski sebenarnya hatinya berdebar kencang."Belum ada perubahan, Pak. Dokter bilang kondisinya masih stab
Read more

89. Jawab Saja

Jam sembilan malam, di ruang tunggu rumah sakit yang sepi, Ryan, Tomi, Fery, dan Dedi duduk mengelilingi sebuah meja kecil. Keempatnya berbicara dengan suara pelan, memastikan bahwa diskusi mereka tidak terdengar oleh siapa pun. Ada ketegangan di udara—suasana serius yang penuh kewaspadaan.Ruangan ini adalah ruang tunggu pasien, seperti sebuah kamar untuk beristirahat karena ruang rawat Elsa ini memang VVIP sehingga pihak keluarga atau yang menunggu pasien bisa nyaman saat istirahat sambil menunggu si sakit.Akhirnya Ryan memulai pembicaraan, suaranya dalam dan mantap. "Kita tidak bisa membiarkan siapa pun tahu apa yang sudah kita temukan sampai semuanya jelas. Saya tidak ingin ada kebocoran informasi. Apa pun yang terjadi, Elsa harus aman."Fery mengangguk, matanya menyapu ruangan seolah memastikan tidak ada orang yang mendengarkan. Mereka, sudah mengunci pintu terlebih dahulu dan berpesan pada dokter maupun perawat agar tidak melakukan pemeriksaan. Jika ada sesuatu yang terjadi pad
Read more

90. Negatif Thinking

"Namanya... Reza, Pa. Kami dulu sering main bareng sebelum akhirnya dia kerja di luar negeri," jawab Tanu beralasan.Mendapat pertanyaan tak terduga ini membuat Tanu sedikit gugup, namun dia cepat menguasai diri sehingga bisa menemukan alasan yang tepat."Oh, Reza. Ya, Mama ingat. Kalau kamu memang perlu ketemu, ya sudah, tapi hati-hati di jalan. Jangan terlalu larut pulangnya," sahut Mamanya ikut angkat bicara. Dan untungnya, memang ada nama Reza di list pertemanannya yang tidak begitu diketahui oleh sang papa."Iya, Ma. Nanti juga segera pulang kalau acaranya selesai," jawab Tanu tersenyum, lega karena mereka tidak terlalu curiga. Setelah itu, Tanu berpamitan dan segera keluar dari rumah, menyiapkan dirinya untuk perjalanan ke rumah Erika. Sambil menyetir, pikirannya kembali ke pesan misterius yang dia terima semalam. Isi pesan tersebut singkat namun jelas.“Jika kamu ingin keluargamu tetap aman, berhenti menggali lebih dalam.”Ancaman ini membuat Tanu berpikir, apakah ini ada hub
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status