Semua Bab Kebangkitan Menantu Terbuang: Bab 101 - Bab 110

116 Bab

101. Kerjaan Orang Iseng

Di rumah, Erika duduk di sofa, merasakan keheningan malam yang biasanya memberi rasa tenang meski terasa sepi, tapi kali ini berbeda. Setelah kecelakaan yang dialaminya, kondisi tubuhnya belum sepenuhnya pulih. Ryan memintanya untuk banyak istirahat, namun rasa penasaran dan kegelisahannya tidak bisa begitu saja diabaikan. Terlebih setelah ancaman-ancaman misterius yang ia terima beberapa waktu belakangan."Huhfff, sepi juga di rumah sendirian."Iseng, Erika membuka ponselnya dan memutuskan untuk mengecek media sosialnya. Sudah lama dia tidak aktif, terutama sejak kecelakaan itu. Ketika akhirnya membuka akunnya, dia dikejutkan oleh banyaknya pesan langsung (DM) yang masuk. Beberapa dari mereka tampak normal, pesan dari teman-teman lama yang menanyakan kabarnya, tetapi yang membuat bulu kuduknya meremang adalah pesan-pesan dari akun anonim.Pesan-pesan itu bernada ancaman. Erika menatap layar dengan tegang saat membaca satu per satu pesan tersebut."Kamu tidak akan selamat kali ini," t
Baca selengkapnya

102. Dia Datang

Setelah percakapan dengan Tanu - berbalas pesan, Erika mencoba menenangkan diri, tapi perasaan cemas tak kunjung hilang. Dia memutuskan untuk memeriksa sekali lagi kunci semua pintu dan jendela rumah sebelum akhirnya duduk di sofa, mencoba menenangkan diri. Namun, pikirannya terus dihantui oleh pesan-pesan ancaman itu. Semakin dia mengingatnya, semakin gelisah lagi dia.Saat dia mencoba untuk menonton TV agar teralihkan, tiba-tiba listrik padam. Ruangan yang sebelumnya terasa tenang kini dipenuhi kegelapan yang mencekam. Erika merasakan jantungnya berdetak lebih kencang."Kenapa mati lampu?" gumamnya, mencoba untuk tidak panik.Erika berdiri dan meraih ponselnya, berharap baterainya masih cukup untuk menyalakan senter. Saat ponsel menyala, notifikasi baru muncul—sebuah pesan lain dari akun anonim yang belum dia baca sebelumnya. Dengan tangan gemetar, dia membuka pesan itu."Kami sudah di sini. Ini peringatan terakhirmu. Jangan coba-coba melapor atau melibatkan orang lain, atau kamu da
Baca selengkapnya

103. Ini Nyata

Erika terdiam, tak percaya ketika melihat nama Ryan muncul di layar ponselnya. Tangannya yang gemetaran segera mengangkat telepon itu, suaranya parau karena sedang ketakutan."Mas...mas Ryan?" Suaranya hampir berbisik."Sayang, Erika, aku sudah di jalan pulang. Jangan buka pintu untuk siapa pun, kamu dengar? Apa pun yang terjadi, tetaplah di dalam, kunci semua pintu dan jendela. Aku akan segera sampai," kata Ryan dengan nada tegas, namun terdengar jelas kegelisahan di balik suaranya.Erika merasakan sedikit kelegaan, tapi ketakutan yang menyelimuti masih terlalu kuat. Dia yang belum sehat betul tentunya akan mudah terserang panik dalam keadaan seperti ini."Mereka... mereka bilang, mereka akan masuk kalau aku nggak buka pintu, mas. A-pa, apa yang harus a-ku... lakukan?"Ryan mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab pertanyaan istrinya yang panik, padahal dia juga sangat mengkhawatirkan istrinya saat ini. Tapi dia tidak mau jika sang istri jadi ketakutan, saat mengetahui dia juga t
Baca selengkapnya

104. Usaha Elsa

Erika menatap layar ponselnya yang kembali bergetar, kali ini dari nomor yang tidak dikenal. Rasa takut menjalar ke seluruh tubuhnya, tapi dia tahu dia harus menghadapi situasi ini. Dengan tangan yang gemetar, dia mengangkat telepon itu.“Halo?” suaranya bergetar, hampir tak terdengar.Tak ada jawaban untuk beberapa detik, hanya suara napas di ujung sana. Erika nyaris menutup telepon, namun tiba-tiba terdengar suara berat yang membuat bulu kuduknya merinding.“Kau pikir kau bisa melarikan diri? Ini baru permulaan. Kami tahu segalanya tentangmu dan suamimu. Cepat atau lambat, kalian akan membayar semuanya!"Telepon itu langsung terputus, meninggalkan Erika dalam keheningan yang mencekam. Ia segera mematikan ponselnya, menahan diri agar tidak panik. Dia merasa seperti ditelanjangi di rumahnya sendiri, seolah-olah ada mata yang selalu mengawasi. Ancaman itu semakin nyata, dan dia tahu ini bukan hanya ancaman kosong. Tapi siapa yang menginginkannya terluka? Dan kenapa?Saat Erika berusaha
Baca selengkapnya

105. Mungkin Saja Dia

"Bu Erika?" Elsa panik begitu membaca pesan istri bosnya.Elsa cepat menghubungi Erika, tapi ternyata saat ini Erika sudah dalam keadaan baik-baik saja bersama Ryan. Elsa pun tenang dan meletakkan ponselnya kembali ke atas meja, tapi tak lama kemudian mengambilnya kembali karena ada sesuatu yang baru diingatnya.Beberapa saat kemudian, Elsa terdiam sejenak setelah meletakkan kembali ponselnya, menatap langit-langit kamar rumah sakit sambil berusaha mengabaikan rasa nyeri di kepalanya. Namun, tiba-tiba ada sesuatu yang mengganggunya, sebuah detail penting yang baru saja melintas di pikirannya. Ia langsung meraih ponsel kembali dengan tangan gemetar."Ada yang tidak beres," gumamnya pelan, mencoba mengingat sesuatu yang terlewat.Pikirannya kembali pada beberapa hari sebelum kecelakaan itu terjadi, saat dia sedang menyelidiki penyebab kecelakaan Erika, juga pesan-pesan ancaman yang diterima istri bos-nya itu. Ada satu alamat IP yang berhasil ia lacak, tetapi saat itu ia pikir tidak terl
Baca selengkapnya

106. Fakta Yang Belum Terungkap

Ryan tiba di kantor dengan suasana hati yang masih dipenuhi kekhawatiran tentang istrinya, Erika yang pergi ke rumah sakit untuk menemui Elsa. Meskipun ia berusaha fokus pada pekerjaan, pikirannya terus melayang pada Erika dan ancaman-ancaman yang mereka hadapi.Kantornya terletak di gedung perkantoran modern di pusat kota, lantai paling atas dengan pemandangan kota yang luas. Begitu ia masuk ke ruang kerjanya, dua asistennya, Dedi dan Fery, sudah menunggunya dengan tumpukan laporan yang perlu diselesaikan."Selamat pagi, Pak Ryan," sapa Dedi, sambil memberikan setumpuk dokumen yang sudah dirapikan. "Semua berkas sudah siap untuk presentasi pagi ini. Meeting dengan tim akan mulai lima belas menit lagi."Ryan mengangguk singkat, mengambil dokumen itu dan mulai membacanya sekilas. "Terima kasih, Dedi. Fery, pastikan kamu tetap standby selama meeting. Ada beberapa detail yang mungkin perlu kita diskusikan lebih lanjut setelah itu."Fery yang sedang menyiapkan laptop di meja rapat juga me
Baca selengkapnya

107. Jawaban Elsa

Ryan tiba di kantor dengan suasana hati yang masih dipenuhi kekhawatiran tentang istrinya, Erika yang pergi ke rumah sakit untuk menemui Elsa. Meskipun ia berusaha fokus pada pekerjaan, pikirannya terus melayang pada Erika dan ancaman-ancaman yang mereka hadapi.Kantor pusat Ryan terletak di gedung perkantoran modern di pusat kota, lantai paling atas dengan pemandangan kota yang luas. Begitu ia masuk ke ruang kerjanya, dua asistennya, Dedi dan Fery, sudah menunggunya dengan tumpukan laporan yang perlu diselesaikan."Selamat pagi, Pak Ryan," sapa Dedi, sambil memberikan setumpuk dokumen yang sudah dirapikan. "Semua berkas sudah siap untuk presentasi pagi ini. Meeting dengan tim akan mulai lima belas menit lagi."Ryan mengangguk singkat, mengambil dokumen itu dan mulai membacanya sekilas. "Terima kasih, Dedi. Fery, pastikan kamu tetap standby selama meeting. Ada beberapa detail yang mungkin perlu kita diskusikan lebih lanjut setelah itu."Fery yang
Baca selengkapnya

108. Benar Dia

Elsa terdiam sejenak, menggigit bibirnya sambil menatap Erika dan Nyonya Lee yang sedang menunggu jawabannya dengan penuh harap. Namun, sebelum dia sempat membuka mulut, pintu ruang rawat terbuka. Ryan masuk dengan langkah tergesa, diikuti oleh Fery yang tampak membawa beberapa dokumen.Wajah Ryan langsung mencari Elsa begitu dia masuk. Tapi dia tersenyum begitu melihat keberadaan isteri dan mertuanya, Nyonya Lee. Setelah menyapa dan memberikan kecupan di kening, Ryan beralih pada Elsa. Dia ingin mengajukan beberapa pertanyaan pada asistennya yang seorang ahli IT tersebut, meskipun saat ini Elsa masih berbaring di rumah sakit."Elsa, apa kabar?" tanyanya dengan nada kekhawatiran, tapi tetap tegas. Ia lalu menoleh sekilas ke arah Erika dan Nyonya Lee, memberi mereka senyum singkat sebelum akhirnya berjalan mendekat ke tempat tidur Elsa."Saya baik, Pak Ryan. Terima kasih sudah datang," jawab Elsa pelan, sedikit ragu dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia merapikan selimut di pan
Baca selengkapnya

109. Red Flag

Dia hari berlalu, suasana yang menegangkan perlahan-lahan mulai tenang. Erika, yang sebelumnya diteror dengan ancaman dan rasa takut, kini bisa sedikit bernapas lega. Tidak ada lagi pesan-pesan menakutkan atau kejadian aneh yang mengancam keselamatan keluarganya. Meski begitu, Ryan tidak mau lengah. Dia tetap waspada dengan keselamatan istrinya. Dia tahu bahwa meskipun keadaan terlihat tenang, ancaman bisa datang kapan saja.Ryan mengambil keputusan untuk meningkatkan pengamanan bagi Erika. Ia mempekerjakan tim keamanan pribadi - yang memang dimiliki dan dipimpin Tomi untuk menjaga rumah mereka, memastikan Erika selalu ditemani oleh pengawal setiap kali ia keluar rumah. Meskipun Erika sempat merasa tidak nyaman dengan langkah ini, Ryan bersikeras bahwa ini adalah langkah pencegahan yang memang diperlukan."Aku tidak ingin mengambil risiko, Erika. Kita belum tahu siapa yang benar-benar ada di balik semua ini," terang Ryan saat istrinya protes.Erika masih mencoba meyakinkan Ryan bahwa
Baca selengkapnya

110. Dijodohkan

Di tengah kesibukannya di kantor keluarga Lee, Tanu sibuk memeriksa tumpukan laporan keuangan yang harus ia teliti. Ia mengerjakan setiap angka dengan teliti, memastikan tidak ada kesalahan yang terlewatkan. Fokusnya penuh, meski kelelahan mulai terasa. Namun, keseriusannya tiba-tiba terhenti ketika pintu ruangannya diketuk keras, dan masuklah mamanya, Nyonya Lee, bersama seorang gadis muda yang cantik dan anggun.“Mama?” Tanu menatap mamanya dengan sedikit bingung, apalagi melihat kehadiran tamu tak diundang itu.Nyonya Lee tersenyum, tampak sangat senang dengan apa yang dilakukannya. "Tanu, sayang, Mama ingin mengenalkan seseorang padamu." Ia memandang gadis di sebelahnya dengan bangga."Ini Clara, anak temannya Mama. Kalian harus saling mengenal lebih baik, ya!" Nyonya Lee memperkenalkan gadis yang berada di sampingnya.Tanu menghela napas dalam-dalam. Ia bisa menebak ke mana arah percakapan ini akan menuju. Ya, sama seperti beberapa waktu lalu sebelum adiknya - Erika, resmi menika
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status