Home / Urban / Kebangkitan Menantu Terbuang / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Kebangkitan Menantu Terbuang: Chapter 121 - Chapter 130

150 Chapters

121. Pagi Yang Tegang

Keesokan paginya, suasana apartemen Dedi dipenuhi ketegangan yang tak terlihat namun terasa kuat. Ryan, yang tiba pagi-pagi setelah melewati malam yang sulit, duduk di ruang tamu bersama Dedi, Tomi, dan Fery. Wajahnya masih menunjukkan bekas-bekas serangan semalam, dengan beberapa luka di sudut bibir dan memar di pipi. Meski begitu, sorot matanya tajam, penuh tekad untuk menemukan siapa yang berada di balik semua ini."Pak Ryan, kita perlu tahu detail serangan semalam. Siapa yang nyerang Anda? Atau, apa ada mereka bilang sesuatu?" tanyaDedi mulai bicara, suaranya tenang tapi serius.Ryan menggeleng pelan sambil mengingat-ingat kejadian semalam, sebab dua pria yang menyerangnya juga tidak menyebutkan nama seseorang. Mereka hanya memberikan peringatan supaya dirinya tidak ikut campur urusan orang lain, padahal Ryan tidak tahu urusan siapa yang dimaksud."Mereka nggak bilang apa-apa. Dua orang, besar dan pastinya mereka terlatih. Mereka tahu apa yang mereka lakukan, nggak asal nyerang.
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

122. Tidak Ada Jalan Lain

Tomi menggenggam alat rekam kecil yang ditemukan di saku pria tersebut. Matanya menyipit, menyadari bahwa ini lebih dari sekadar serangan fisik. Mereka sedang dipantau—kemungkinan, setiap langkah mereka dicatat dan mungkin juga dikirimkan ke seseorang yang lebih tinggi, dalang dari semua kejadian ini."Fer, tunggu!" seru Tomi, mengejar Fery dan Elsa yang baru saja mencapai tangga darurat.Fery menoleh, sedikit kebingungan melihat Tomi berlari dengan membawa alat kecil itu."Apa itu?" tanya Fery sambil mengerutkan kening.Tomi mengangkat alat itu di depan wajah mereka, memperlihatkan sesuatu yang ditemukannya tadi."Ini alat rekam, you now? Mereka bukan cuma datang untuk menyerang. Mereka memata-matai kita. Siapa pun yang menyerang pak Ryan semalam, mereka pasti ingin lebih dari sekadar peringatan. Mereka sedang merencanakan sesuatu yang lebih besar," jelas Tomi mengangguk.Elsa menatap alat rekam itu dengan ngeri, paham dengan maksud perkataan Tomi. "Mereka tahu semua yang kita bicara
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

123. Lolos

Dua pria dengan tubuh tinggi besar muncul di sudut tangga, menatap tajam ke arah Tomi dan Fery. Mereka tidak lagi bisa membuang waktu, langsung berlari ke arah keduanya dengan kekuatan penuh. Sementara Tomi dan Fery juga tidak menunggu, berinisiatif untuk menyerang lawan terlebih dahulu.Yang pertama bergerak adalah Tomi, dengan gerakan refleksnya yang cepat dan tepat menyergap salah satu dari dua Pria tadi dengan menghindari pukulan yang diarahkan ke wajahnya dan langsung memberikan serangan balik berupa pukulan yang kuat ke arah perut lawan. Pria itu mundur beberapa langkah akibat pukulan tersebut, terkejut dengan gerakan cepat yang dilakukan oleh Tomi. Tapi dengan cepat pria itu kembali tegak dan melakukan serangan balik. Pertarungan terjadi begitu cepat dan brutal - tendangan, pukulan, dan serangan yang dilancarkan kemudian dihindari dengan cekatan.Di sisi lain, ada Fery yang melawan pria yang postur tubuhnya lebih besar darinya. Namun, ukuran bentuk tubuh ini tidak membuatnya ge
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

124. Terjebak

Suasana di apartemen Dedi, tidak kalah tegangnya. Ryan yang tadinya duduk-duduk di sofa bersama Dedi, sedikit-sedikit melirik - terus menerus, pintu depan. Dia mencoba menekan rasa gelisah, tapi tetap saja tidak bisa memungkiri bahwa firasat buruk datang sejak dirinya tiba tadi. Dan kemungkinan saat ini ada hal-hal yang tidak diinginkan sedang terjadi.Ruangan tampak sunyi, sementara wajah Dedi sedikit lebih pucat karena merasakan ketidaknyamanan. Dia menatap bosnya itu dengan rasa khawatir, sebab sinyal ponsel benar-benar tidak berfungsi."Pak Ryan, bagaimana ini? Kita tidak bisa menghubungi siapa pun, apa yang sebenarnya terjadi saat ini?" tanya Dedi lirih - hampir berbisik."Aku nggak tahu, Ded. Aku juga sudah berusaha menghubungi Fery, Tomi maupun kak Tanu dan juga istriku. Tapi sinyal benar-benar tidak mendukung, atau memang kita sedang diblokir," kesah Ryan dengan gelengan kepala.Ryan memegang ponselnya erat, menatap layar ponselnya yang gelap dengan putus asa. Dia sudah menghu
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

125. Panik

Di rumah, Erika duduk di sofa dengan gelisah, tangannya berulang kali menggenggam ponselnya, mencoba menelepon suaminya - Ryan. Suasana rumah yang biasanya membuatnya merasa nyaman, kali ini terasa mencekam. Udara terasa berat, dan setiap detik yang berlalu menambah kecemasannya. Berkali-kali ia mendengar suara operator di ujung telepon, mengatakan bahwa nomor yang ia tuju berada di luar jangkauan."Di mana kamu, mas? Kenapa nggak bisa dihubungi terus?" gumam Erika dengan frustasi, menggigit bibir bawahnya.Ia menatap layar ponselnya, mencoba menelepon lagi. Tidak hanya Ryan yang tidak bisa dihubungi, tapi juga ketiga asisten suaminya—Dedi, Tomi, dan Fery. Hatinya semakin dipenuhi perasaan tidak enak. Semua nomor yang dia hubungi sama saja—tidak ada jawaban, bahkan pesan tidak terkirim. Ini bukan kebetulan. Sesuatu pasti sedang terjadi."Ya Tuhan, apa yang sebenarnya terjadi?" bisik Erika, matanya mulai berkaca-kaca.Pikirannya mulai melayang ke berbagai skenario buruk, membayangkan R
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

126. Memastikan

Fery menarik napas panjang, mencoba mencari alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan istri bos-nya itu. Dia tahu bahwa Erika sedang panik, dan jika dia menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, bukan tidak mungkin Erika akan langsung menyusul mereka. Itu bisa berbahaya, mengingat situasi yang mereka hadapi saat ini sedang tidak terkendali.“Eh, Bu Erika, tenang dulu, ya,” jawab Fery dengan berusaha menenangkan suaranya sendiri. "Kita lagi di luar apartemen, ngurusin sesuatu. Tadi ada urusan dadakan, jadi handphone-nya nggak bisa diangkat. Tapi pak Ryan aman kok. Kita semua aman, Bu."“Apa? Urusan apa, Fer? Kenapa kamu terdengar gugup? Mas Ryan di mana sekarang?!” Erika masih tidak puas dengan jawaban itu, nada suaranya menunjukkan bahwa dia semakin cemas.Fery menatap Tomi dan Elsa yang sedang bersiap masuk ke taksi, sambil terus memikirkan alasan. Dia tahu dia harus memberikan jawaban yang membuat Erika merasa aman, tapi tidak juga membuatnya ingin menyusul ke sini.“Kami... eh, l
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

127. Sekacau Itu

Demi keamanan dan keselamatan mereka, Tomi mengeluarkan ponselnya dan segera menghubungi salah satu anak buahnya yang bertugas memantau rumah Elsa. Pikirannya terfokus pada satu hal—keamanan mereka harus dipastikan sebelum mereka membuat keputusan selanjutnya. Di kursi belakang, Fery masih diam, sementara Elsa tampak gelisah menunggu kabar tentang rumahnya.“Bro, cek rumah Elsa sekarang. Pastikan keadaannya aman,” ujar Tomi dengan tegas di telepon. Setelah mendengar suara di seberang, lalu ia menambahkan, “jangan terlalu mencolok, lakukan dari jauh. Kalau ada yang aneh, langsung kasih tahu gue.”Elsa yang duduk di kursi depan menghela napas panjang, menggigit bibirnya - khawatir. Pikirannya berkecamuk, apakah rumahnya benar-benar aman atau sudah menjadi target lawan? Setelah serangan yang mereka alami, Elsa tak bisa membayangkan jika rumahnya juga sudah terancam.Tomi menutup telepon dan mencoba menenangkan dirinya sambil menatap Fery dan Elsa. “Kita tunggu sebentar, ya. Mereka lagi n
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

128. Bisa Jadi

Begitu di dalam mobil, Dedi langsung menghubungi Tomi - tidak sabar. Wajahnya tegang, karena sejak serangan tadi mereka kehilangan komunikasi akibat sinyal yang diblokir. Tangannya sedikit gemetar saat dia menekan nomor Tomi, berharap kali ini panggilan bisa tersambung."Ini gimana sih, kenapa nggak nyambung terus?" gumam Dedi kesal sambil mencoba lagi.Sementara itu, Ryan mengeluarkan ponselnya. Rencananya, dia mau menghubungi Tanu, tapi harus tertunda sebentar karena dia merasa harus memberi tahu Erika dulu - istrinya pasti khawatir. Bagaimanapun, Erika pasti sedang cemas setelah beberapa kali mencoba menghubungi dan tidak mendapat kabar seharian ini.Dengan jantung berdebar, Ryan memencet nomor Erika. Dalam beberapa detik, panggilannya tersambung. Suara Erika terdengar penuh kecemasan di seberang sana.“Mas Ryan! Kamu di mana? Kenapa nggak bisa dihubungi?! Apa yang terjadi?!” suara Erika terdengar tegang dan sedikit bergetar. Sepertinya, Erika tidak percaya dengan alasan Fery - beb
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

129. Rapat Malam Hari

Malam semakin larut ketika akhirnya mobil yang dikendarai Ryan dan Dedi memasuki pelataran kantor. Meskipun suasana tampak sepi, lampu-lampu di sekitar gedung tetap menyala terang. Di depan, seorang petugas keamanan tampak berjaga dengan santai, namun seketika tegap ketika melihat mobil mereka mendekat. Security itu langsung membuka gerbang tanpa banyak tanya, sebab Ryan, sebagai pemilik perusahaan, adalah sosok yang tidak asing bagi mereka.Dedi keluar dari mobil lebih dulu, disusul Ryan yang wajahnya masih menyimpan ketegangan. Mereka berdua berjalan cepat ke pintu masuk, sementara Fery dan Tomi - juga Elsa, sudah menunggu di dalam. Tak butuh waktu lama sebelum akhirnya mereka semua berkumpul di ruang rapat kecil di lantai atas kantor, tempat yang biasa mereka gunakan untuk diskusi internal.Elsa, yang tampak lebih lelah daripada biasanya, duduk di pojok dengan tatapan cemas. Dedi mendekatinya sebentar, menanyakan kondisi gadis itu tanpa banyak bicara, kemudian duduk di sebelahnya.
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more

130. Mendesak

Malam semakin larut ketika Ryan akhirnya tiba di rumahnya. Udara dingin terasa menusuk, namun kepalanya dipenuhi dengan berbagai pikiran dan rencana, membuat tubuhnya terasa panas dan tegang. Saat membuka pintu, suasana rumah tampak tenang, hanya lampu kecil di ruang tengah yang menyala, memberikan sedikit cahaya di kegelapan.Langkah kaki Ryan perlahan menginjak lantai kayu yang dingin. Saat matanya mengarah ke ruang tengah, dia menemukan Erika sedang tertidur di sofa, dengan selimut tipis menutupi tubuhnya. Ada ponsel di tangan Erika, mungkin ia mencoba menghubungi Ryan hingga akhirnya tertidur karena terlalu lelah menunggu.Perasaan bersalah seketika menyerang Ryan. Istrinya pasti sangat khawatir, dan ia telah membuatnya menunggu terlalu lama tanpa kabar yang jelas. Dia mendekat pelan, duduk di tepi sofa sambil memandangi wajah Erika yang tenang dalam tidurnya. Semua kecemasan yang dirasakan istrinya seolah terlihat dalam ekspresi wajahnya.Ryan mengusap wajah Erika dengan lembut,
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more
PREV
1
...
101112131415
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status