Share

123. Lolos

last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-27 21:55:59

Dua pria dengan tubuh tinggi besar muncul di sudut tangga, menatap tajam ke arah Tomi dan Fery. Mereka tidak lagi bisa membuang waktu, langsung berlari ke arah keduanya dengan kekuatan penuh. Sementara Tomi dan Fery juga tidak menunggu, berinisiatif untuk menyerang lawan terlebih dahulu.

Yang pertama bergerak adalah Tomi, dengan gerakan refleksnya yang cepat dan tepat menyergap salah satu dari dua Pria tadi dengan menghindari pukulan yang diarahkan ke wajahnya dan langsung memberikan serangan balik berupa pukulan yang kuat ke arah perut lawan. Pria itu mundur beberapa langkah akibat pukulan tersebut, terkejut dengan gerakan cepat yang dilakukan oleh Tomi. Tapi dengan cepat pria itu kembali tegak dan melakukan serangan balik. Pertarungan terjadi begitu cepat dan brutal - tendangan, pukulan, dan serangan yang dilancarkan kemudian dihindari dengan cekatan.

Di sisi lain, ada Fery yang melawan pria yang postur tubuhnya lebih besar darinya. Namun, ukuran bentuk tubuh ini tidak membuatnya ge
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   124. Terjebak

    Suasana di apartemen Dedi, tidak kalah tegangnya. Ryan yang tadinya duduk-duduk di sofa bersama Dedi, sedikit-sedikit melirik - terus menerus, pintu depan. Dia mencoba menekan rasa gelisah, tapi tetap saja tidak bisa memungkiri bahwa firasat buruk datang sejak dirinya tiba tadi. Dan kemungkinan saat ini ada hal-hal yang tidak diinginkan sedang terjadi.Ruangan tampak sunyi, sementara wajah Dedi sedikit lebih pucat karena merasakan ketidaknyamanan. Dia menatap bosnya itu dengan rasa khawatir, sebab sinyal ponsel benar-benar tidak berfungsi."Pak Ryan, bagaimana ini? Kita tidak bisa menghubungi siapa pun, apa yang sebenarnya terjadi saat ini?" tanya Dedi lirih - hampir berbisik."Aku nggak tahu, Ded. Aku juga sudah berusaha menghubungi Fery, Tomi maupun kak Tanu dan juga istriku. Tapi sinyal benar-benar tidak mendukung, atau memang kita sedang diblokir," kesah Ryan dengan gelengan kepala.Ryan memegang ponselnya erat, menatap layar ponselnya yang gelap dengan putus asa. Dia sudah menghu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Kebangkitan Menantu Terbuang   125. Panik

    Di rumah, Erika duduk di sofa dengan gelisah, tangannya berulang kali menggenggam ponselnya, mencoba menelepon suaminya - Ryan. Suasana rumah yang biasanya membuatnya merasa nyaman, kali ini terasa mencekam. Udara terasa berat, dan setiap detik yang berlalu menambah kecemasannya. Berkali-kali ia mendengar suara operator di ujung telepon, mengatakan bahwa nomor yang ia tuju berada di luar jangkauan."Di mana kamu, mas? Kenapa nggak bisa dihubungi terus?" gumam Erika dengan frustasi, menggigit bibir bawahnya.Ia menatap layar ponselnya, mencoba menelepon lagi. Tidak hanya Ryan yang tidak bisa dihubungi, tapi juga ketiga asisten suaminya—Dedi, Tomi, dan Fery. Hatinya semakin dipenuhi perasaan tidak enak. Semua nomor yang dia hubungi sama saja—tidak ada jawaban, bahkan pesan tidak terkirim. Ini bukan kebetulan. Sesuatu pasti sedang terjadi."Ya Tuhan, apa yang sebenarnya terjadi?" bisik Erika, matanya mulai berkaca-kaca.Pikirannya mulai melayang ke berbagai skenario buruk, membayangkan R

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Kebangkitan Menantu Terbuang   126. Memastikan

    Fery menarik napas panjang, mencoba mencari alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan istri bos-nya itu. Dia tahu bahwa Erika sedang panik, dan jika dia menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, bukan tidak mungkin Erika akan langsung menyusul mereka. Itu bisa berbahaya, mengingat situasi yang mereka hadapi saat ini sedang tidak terkendali.“Eh, Bu Erika, tenang dulu, ya,” jawab Fery dengan berusaha menenangkan suaranya sendiri. "Kita lagi di luar apartemen, ngurusin sesuatu. Tadi ada urusan dadakan, jadi handphone-nya nggak bisa diangkat. Tapi pak Ryan aman kok. Kita semua aman, Bu."“Apa? Urusan apa, Fer? Kenapa kamu terdengar gugup? Mas Ryan di mana sekarang?!” Erika masih tidak puas dengan jawaban itu, nada suaranya menunjukkan bahwa dia semakin cemas.Fery menatap Tomi dan Elsa yang sedang bersiap masuk ke taksi, sambil terus memikirkan alasan. Dia tahu dia harus memberikan jawaban yang membuat Erika merasa aman, tapi tidak juga membuatnya ingin menyusul ke sini.“Kami... eh, l

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Kebangkitan Menantu Terbuang   127. Sekacau Itu

    Demi keamanan dan keselamatan mereka, Tomi mengeluarkan ponselnya dan segera menghubungi salah satu anak buahnya yang bertugas memantau rumah Elsa. Pikirannya terfokus pada satu hal—keamanan mereka harus dipastikan sebelum mereka membuat keputusan selanjutnya. Di kursi belakang, Fery masih diam, sementara Elsa tampak gelisah menunggu kabar tentang rumahnya.“Bro, cek rumah Elsa sekarang. Pastikan keadaannya aman,” ujar Tomi dengan tegas di telepon. Setelah mendengar suara di seberang, lalu ia menambahkan, “jangan terlalu mencolok, lakukan dari jauh. Kalau ada yang aneh, langsung kasih tahu gue.”Elsa yang duduk di kursi depan menghela napas panjang, menggigit bibirnya - khawatir. Pikirannya berkecamuk, apakah rumahnya benar-benar aman atau sudah menjadi target lawan? Setelah serangan yang mereka alami, Elsa tak bisa membayangkan jika rumahnya juga sudah terancam.Tomi menutup telepon dan mencoba menenangkan dirinya sambil menatap Fery dan Elsa. “Kita tunggu sebentar, ya. Mereka lagi n

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • Kebangkitan Menantu Terbuang   128. Bisa Jadi

    Begitu di dalam mobil, Dedi langsung menghubungi Tomi - tidak sabar. Wajahnya tegang, karena sejak serangan tadi mereka kehilangan komunikasi akibat sinyal yang diblokir. Tangannya sedikit gemetar saat dia menekan nomor Tomi, berharap kali ini panggilan bisa tersambung."Ini gimana sih, kenapa nggak nyambung terus?" gumam Dedi kesal sambil mencoba lagi.Sementara itu, Ryan mengeluarkan ponselnya. Rencananya, dia mau menghubungi Tanu, tapi harus tertunda sebentar karena dia merasa harus memberi tahu Erika dulu - istrinya pasti khawatir. Bagaimanapun, Erika pasti sedang cemas setelah beberapa kali mencoba menghubungi dan tidak mendapat kabar seharian ini.Dengan jantung berdebar, Ryan memencet nomor Erika. Dalam beberapa detik, panggilannya tersambung. Suara Erika terdengar penuh kecemasan di seberang sana.“Mas Ryan! Kamu di mana? Kenapa nggak bisa dihubungi?! Apa yang terjadi?!” suara Erika terdengar tegang dan sedikit bergetar. Sepertinya, Erika tidak percaya dengan alasan Fery - beb

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • Kebangkitan Menantu Terbuang   129. Rapat Malam Hari

    Malam semakin larut ketika akhirnya mobil yang dikendarai Ryan dan Dedi memasuki pelataran kantor. Meskipun suasana tampak sepi, lampu-lampu di sekitar gedung tetap menyala terang. Di depan, seorang petugas keamanan tampak berjaga dengan santai, namun seketika tegap ketika melihat mobil mereka mendekat. Security itu langsung membuka gerbang tanpa banyak tanya, sebab Ryan, sebagai pemilik perusahaan, adalah sosok yang tidak asing bagi mereka.Dedi keluar dari mobil lebih dulu, disusul Ryan yang wajahnya masih menyimpan ketegangan. Mereka berdua berjalan cepat ke pintu masuk, sementara Fery dan Tomi - juga Elsa, sudah menunggu di dalam. Tak butuh waktu lama sebelum akhirnya mereka semua berkumpul di ruang rapat kecil di lantai atas kantor, tempat yang biasa mereka gunakan untuk diskusi internal.Elsa, yang tampak lebih lelah daripada biasanya, duduk di pojok dengan tatapan cemas. Dedi mendekatinya sebentar, menanyakan kondisi gadis itu tanpa banyak bicara, kemudian duduk di sebelahnya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Kebangkitan Menantu Terbuang   130. Mendesak

    Malam semakin larut ketika Ryan akhirnya tiba di rumahnya. Udara dingin terasa menusuk, namun kepalanya dipenuhi dengan berbagai pikiran dan rencana, membuat tubuhnya terasa panas dan tegang. Saat membuka pintu, suasana rumah tampak tenang, hanya lampu kecil di ruang tengah yang menyala, memberikan sedikit cahaya di kegelapan.Langkah kaki Ryan perlahan menginjak lantai kayu yang dingin. Saat matanya mengarah ke ruang tengah, dia menemukan Erika sedang tertidur di sofa, dengan selimut tipis menutupi tubuhnya. Ada ponsel di tangan Erika, mungkin ia mencoba menghubungi Ryan hingga akhirnya tertidur karena terlalu lelah menunggu.Perasaan bersalah seketika menyerang Ryan. Istrinya pasti sangat khawatir, dan ia telah membuatnya menunggu terlalu lama tanpa kabar yang jelas. Dia mendekat pelan, duduk di tepi sofa sambil memandangi wajah Erika yang tenang dalam tidurnya. Semua kecemasan yang dirasakan istrinya seolah terlihat dalam ekspresi wajahnya.Ryan mengusap wajah Erika dengan lembut,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Kebangkitan Menantu Terbuang   131. Tidak Biasa

    Ryan tidak langsung menjawab pertanyaan istrinya. Dia justru menatap istrinya dengan mata penuh kesedihan. Dia tidak bisa menceritakan secara detail kecurigaannya, karena belum terbukti benar. Tapi, serangan demi serangan yang terjadi hari ini memberikan gambaran tentang situasi dan kondisi yang memang kompleks. "Kemungkinan besar tidak. Itulah yang membuatku takut. Mereka sudah terlalu dekat, Erika. Aku hanya ingin kamu aman, dan itu sebabnya aku memindahkanmu ke kamar tadi. Aku tidak ingin mengambil risiko," ujar Ryan beralasan.Erika mendekat, menggenggam tangan Ryan dengan lembut. "Lalu, apa yang bisa kita lakukan, mas? Kamu nggak bisa menghadapi ini sendirian, jadi... ceritakan padaku. Mungkin aku bisa menjadi pendengar yang baik, meskipun tidak bisa membantu secara langsung."Ryan mengangguk pelan, merasa beban di hatinya sedikit terangkat karena akhirnya bisa berbicara jujur pada Erika. "Aku sedang menyusun strategi dengan tim. Kami akan mengambil langkah-langkah lebih jauh un

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02

Bab terbaru

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   150. Memang Dia (Tamat)

    "Apa maksudmu, Bang Ded?" tanya Elsa dengan nada heran, menatap Dedi dengan bingung - tidak mengerti arah pembicaraannya tadi.Dedi menghela napas panjang, berhenti sejenak di depan lift yang belum terbuka. Ia memastikan tidak ada orang lain di sekitar mereka sebelum melanjutkan pembicaraannya."Aku tahu kamu dekat dengan Pak Ryan. Kita semua dekat dengannya, tapi aku melihat ada sesuatu yang lebih dari sekadar hubungan profesional antara kamu dan dia," ujar Dedi dengan serius, menatap langsung ke mata Elsa.Elsa mengerutkan kening. "Maksudmu, aku dan Pak Ryan...?" Ia tertawa kecil, merasa absurd dengan apa yang dipikirkan Dedi. "Bang Ded, kamu salah paham. Aku tidak ada perasaan apa-apa terhadap Pak Ryan. Dia bosku, dan kita hanya bekerja sama. Hubungan kita sebatas profesional, tidak lebih."Namun, Dedi tampak tidak terpengaruh oleh penjelasan Elsa. "El, aku tahu kamu orang yang baik. Tapi terkadang, kedekatan bisa menimbulkan persepsi yang salah, apalagi ketika orang lain melihatny

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   149. Peringatan Kecil

    Beberapa hari setelah perbincangan Ryan dan Rangga, suasana di sekitarnya semakin stabil. Hubungan Ryan dengan orang-orang di sekitarnya mulai membaik, terutama dengan istrinya - Erika, yang sempat syok berat karena mengetahui papanya ikut terlibat dalam konspirasi yang ingin menjatuhkan suaminya. Sementara Nyonya Lee juga ikut syok dan akhirnya harus mengungsi ke luar negeri demi kesehatan mentalnya.Tanu yang sempat khawatir dengan kehadiran Rangga, akhirnya bisa bernapas lega setelah mengetahui bahwa Rangga tidak lagi memiliki ambisi untuk mengambil alih perusahaan. Tindakan Ryan yang memperbaiki hubungan dengan Rangga menjadi kunci untuk menghindari konflik lebih jauh, dan itu membuatnya semakin dihargai oleh keluarga dan orang-orang di sekitarnya.Sementara itu, di rumah, hubungan Ryan dan Erika semakin hangat. Meskipun sibuk dengan urusan perusahaan dan masalah-masalah yang baru saja berlalu, Ryan selalu meluangkan waktu untuk istrinya. Mereka sering menghabiskan waktu bersama d

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   148. Negosiastor

    Beberapa hari setelah Tuan Lee, Tuan Haris, dan Nadia diproses hukum, suasana di perusahaan Ryan mulai stabil. Tidak ada yang bisa lepas begitu saja dari jerat hukum, jika memang mereka bersalah. Dan Ryan, tidak memiliki toleransi bagi mereka yang berkhianat.Berbeda dengan keadaan Ryan, Tanu justru sedang resah. Keberadaan Rangga yang masih berkeliaran di sekitar perusahaan Lee membuatnya merasa terganggu. Meski Rangga tidak lagi membuat keributan atau mencoba mengambil alih perusahaan, kehadirannya tetap memicu ketegangan yang membuat suasana tidak nyaman. Tanu tidak bisa menyembunyikan rasa jengkelnya, sering kali mengeluh pada Ryan atau Erika tentang hal tersebut.Melihat ketidaknyamanan Tanu dan menyadari bahwa permasalahan di antara mereka bisa saja merusak hubungan keluarga yang tersisa, Ryan memutuskan untuk mengambil inisiatif. Dia merasa sudah waktunya berbicara dengan Rangga, bukan sebagai rival bisnis, tetapi sebagai saudara yang masih memiliki ikatan darah dengan istrinya

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   147. Bertanggung Jawab

    Ryan berhenti melangkah dan menoleh kembali ke arah Tanu, matanya tampak serius. Pertanyaan yang baru saja dilontarkan Tanu membuat suasana yang semula mulai mereda kembali terasa tegang. Erika, yang berdiri di samping suaminya, menatap Tanu dengan cemas, seakan tahu bahwa pembahasan ini akan membawa kembali ingatan-ingatan buruk yang tentu saja masih membekas dengan jelas.Ryan menghela napas panjang sebelum berbicara. "Kak Tanu, aku tahu ini bukan hal yang mudah untuk kita semua. Apalagi, bagimu dan Erika, dia tetaplah papa kalian." Ryan berbicara dengan hati-hati, tak ingin memancing lebih banyak perasaan keduanya terluka."Tapi, Papa..." Suara Tanu tercekat, menelan ludahnya susah. "Apa yang harus kita lakukan sekarang? Bagaimana jika dia—""Kita harus menyerahkan semuanya pada hukum, Kak Tanu." Ryan memotong dengan tegas, namun suaranya tetap tenang. "Semua bukti sudah jelas mengarah ke Papa. Dia terlibat dalam rencana bersama Tuan Haris dan melibatkan Nadia juga untuk mencelakak

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   146. Menyerah

    Erika berjalan anggun memasuki ruang meeting, di sampingnya ada Ryan yang selalu tampak tenang namun penuh wibawa. Suara langkah kaki mereka berdua yang berirama membuat suasana di ruangan itu terasa semakin menegangkan. Tanu yang masih berdiri di depan meja konferensi menatap ke arah keduanya, sementara Rangga yang semula tampak percaya diri, kini mulai terlihat tidak nyaman dengan kehadiran mereka.Ryan, yang memegang saham terbesar di perusahaan ini setelah penyuntikan dana besar-besaran saat perusahaan Lee hampir bangkrut, hanya memberikan anggukan kecil kepada Tanu. Ia kemudian berjalan ke arah kursi di ujung meja, posisi yang biasanya diisi oleh pemegang keputusan tertinggi dalam pertemuan semacam ini.Erika, yang selama ini menjadi sosok penting di balik layar - sebab dirinya juga memiliki beberapa persen saham di perusahaan keluarganya ini, tidak banyak bicara. Namun kehadirannya kali ini jelas menunjukkan bahwa dia bukan sekadar anak perempuan dari Tuan Lee, tetapi juga seora

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   145. Diingatkan Kembali

    Tanu berdiri tegak di ruang pertemuan yang luas, matanya menatap dengan tajam ke arah sepupunya - Rangga, yang memaksa ikut dalam pertemuan ini. Rangga duduk di hadapannya dengan sikap percaya diri, merasa menjadi bagian dari perusahaan yang saat ini dipimpin Tanu.Rangga, sepupu Tanu yang juga sekaligus keponakan Tuan Lee, kini berani menunjukkan ketertarikannya untuk mengambil alih kepemimpinan perusahaan yang selama ini dijalankan oleh Tuan Lee. Sementara itu, Tuan Lee, ayah Tanu dan Erika, kini tengah mendekam di penjara, jelas telah membuat keputusan-keputusan yang mempengaruhi banyak hal - termasuk merosotnya harga saham perusahaan. Namun, meskipun hubungan keluarga ini mengikat mereka dalam ikatan darah, Tanu tahu bahwa tidak ada tempat bagi Rangga di dalam dunia bisnisnya ini —terutama dengan segala yang telah terjadi.Tangga sendiri - bersama dengan keluarganya yang lain, sudah mendapatkan bagiannya di luar kota - perusahaan cabang yang selama ini ditangani mendiang ayahnya R

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   144. Tidak Pernah Menduga

    Malam itu, Ryan duduk di tepi tempat tidur mereka, memandangi Erika yang duduk masih betah terpaku di kursi dekat jendela, menatap kosong ke luar. Udara malam yang sejuk tampaknya tidak bisa menenangkan kekacauan yang bergejolak di dalam diri Erika.Ryan bisa melihatnya, bagaimana istrinya itu memendam sesuatu yang besar, sebuah kepedihan yang lebih dalam dari sekadar banyak peristiwa - termasuk kecelakaan yang pernah dia alami beberapa waktu lalu."Aku nggak tahu harus bagaimana, mas Ryan," ujar Erika pelan, suaranya serak."Kenapa, hm?" Ryan bertanya maksud perkataan istrinya."Papa... dia... dia..." Erika terhenti, suaranya hampir hilang ditelan perasaan yang mendalam."Selama ini aku merasa terjebak dalam permainan yang tak aku pahami. Semua ini ternyata sudah direncanakan sejak lama, dan aku... aku tidak pernah tahu apa-apa tentang rencana papa." Akhirnya, Erika bisa mengeluarkan kata-kata yang begitu menyesakkan dadanya.Ryan menghembuskan napas panjang, berjalan mendekat dan du

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   143. Rasa Yang Ada

    Setelah peristiwa yang mengguncang mereka semua, hari-hari selanjutnya penuh dengan ketegangan meskipun situasi sudah mulai mereda. Ryan masih berusaha menenangkan Erika dan dirinya sendiri setelah semua yang terjadi, sementara Elsa, Dedi, Fery, dan Tomi berusaha memberikan dukungan moral pada mereka berdua. Namun, ada satu hal yang tak banyak orang ketahui, bahkan Elsa sendiri belum menyadarinya.Dedi selalu memperhatikan Elsa dari kejauhan, bahkan sudah sejak lama. Di tengah segala kecemasan dan ketegangan yang mereka alami, Dedi merasa cemas dengan keberadaan Elsa yang selalu berada di dekat Ryan. Entah mengapa, setiap kali melihat Elsa tertawa atau berbicara dengan Ryan, hatinya terasa teriris. Dedi tahu perasaan ini bukan hal yang bisa ia tunjukkan, apalagi di tengah kesibukan mereka yang terus bergulir. Namun, perasaan itu semakin tak bisa ia bendung."Elsa, bisa bantu aku sebentar?" Dedi memanggil, berusaha tidak terlalu terlihat gelisah.Elsa yang sedang berdiri bersama Fery d

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   142. Campur Aduk

    Ketika suasana semakin tegang dan tak terkontrol di ruangan gelap itu, tiba-tiba terdengar suara sirine polisi dari kejauhan, semakin dan mendekat ke lokasi. Ryan, Julian, dan Tuan Lee sama-sama tersentak, menyadari bahwa keadaan akan segera berubah drastis.Tak lama kemudian, pintu ruangan terbuka dengan keras. Dedi, Fery, dan Tomi masuk berbarengan, wajah mereka tegang namun sedikit lega melihat Ryan masih berdiri meskipun dengan wajah yang tampak lelah dan tubuh penuh luka."Kalian?!" seru Ryan, terkejut melihat asistennya. "Bagaimana kalian bisa tahu kami di sini?" tanyanya kemudian.Dedi mendekat cepat, matanya melirik sejenak ke arah Tuan Lee yang masih tersandar di dinding dan Tuan Haris yang tergeletak di lantai, juga Julian yang diam saja seperti tidak melakukan apapun dalam keadaan ini."Kami dapat info dari Elsa, Pak Ryan. Kami segera ke sini begitu tahu kau dalam bahaya," terang Dedi."Kau tamat, selesai sekarang ini, Tuan Haris. Polisi juga sudah di sini," ujar Fery dingi

DMCA.com Protection Status