Share

87. Tak Disangka

Author: Tompealla Kriweall
last update Last Updated: 2024-11-04 22:46:24

Di kantor Ryan, suasana tidak jauh berbeda dengan hari-hari sebelumnya—kesibukan khas yang menyelimuti seluruh ruangan. Namun, di balik rutinitas tersebut, ada ketegangan yang tak kasat mata. Kecelakaan Erika dan Elsa terus membayangi semua orang, terutama Tomi dan Fery, yang kini duduk di ruangan kerja Elsa, memeriksa komputer dan laptopnya.

Mereka berusaha menemukan petunjuk apa pun yang bisa menjelaskan kecelakaan Erika dan apakah Elsa sempat menemukan sesuatu sebelum dirinya sendiri terlibat dalam kecelakaan itu. Tomi menatap layar komputer dengan intens, mencoba membuka beberapa file yang terkunci dengan password, sementara Fery menyisir folder-folder yang tersimpan di laptop.

“Kau yakin Elsa sempat menyimpan sesuatu di sini? Karena sejauh ini aku belum menemukan apa-apa,” ujar Fery, merasa sedikit tertekan - frustrasi.

“Aku nggak yakin seratus persen, tapi berdasarkan obrolan terakhir kami, Elsa memang sedang menyelidiki sesuatu yang berhubungan dengan kecelakaan Bu Erika. Dia b
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   88. Elsa Adalah Kunci

    Selesai makan siang, Ryan akhirnya meninggalkan rumah untuk menuju rumah sakit. Dia berpikir tentang semua yang terjadi belakangan ini, terutama setelah mendapatkan pesan dari Tomi dan Fery. Isinya singkat, namun membuat Ryan was-was. Mereka - Tomi dan Fery, telah menemukan sesuatu yang sudah ditemukan Elsa saat penyelidikan.Kini, pikiran Ryan tidak bisa berhenti memikirkan apa yang dimaksud oleh Tomi dan Fery. Apakah Elsa menemukan sesuatu yang penting sebelum kecelakaan? Atau nyawa Elsa terancam karena "dalang" dari semua itu sudah mengetahui keberhasilan Elsa, sehinga berusaha melenyapkan Elsa dengan alasan kecelakaan?Setibanya di rumah sakit, Ryan langsung menuju kamar tempat Elsa dirawat. Di depan pintu, dia melihat Dedi yang terlihat lelah setelah berjaga semalaman. Dedi segera berdiri ketika melihat bosnya datang."Bagaimana keadaannya?" Ryan bertanya dengan suara tenang, meski sebenarnya hatinya berdebar kencang."Belum ada perubahan, Pak. Dokter bilang kondisinya masih stab

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   89. Jawab Saja

    Jam sembilan malam, di ruang tunggu rumah sakit yang sepi, Ryan, Tomi, Fery, dan Dedi duduk mengelilingi sebuah meja kecil. Keempatnya berbicara dengan suara pelan, memastikan bahwa diskusi mereka tidak terdengar oleh siapa pun. Ada ketegangan di udara—suasana serius yang penuh kewaspadaan.Ruangan ini adalah ruang tunggu pasien, seperti sebuah kamar untuk beristirahat karena ruang rawat Elsa ini memang VVIP sehingga pihak keluarga atau yang menunggu pasien bisa nyaman saat istirahat sambil menunggu si sakit.Akhirnya Ryan memulai pembicaraan, suaranya dalam dan mantap. "Kita tidak bisa membiarkan siapa pun tahu apa yang sudah kita temukan sampai semuanya jelas. Saya tidak ingin ada kebocoran informasi. Apa pun yang terjadi, Elsa harus aman."Fery mengangguk, matanya menyapu ruangan seolah memastikan tidak ada orang yang mendengarkan. Mereka, sudah mengunci pintu terlebih dahulu dan berpesan pada dokter maupun perawat agar tidak melakukan pemeriksaan. Jika ada sesuatu yang terjadi pad

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   90. Negatif Thinking

    "Namanya... Reza, Pa. Kami dulu sering main bareng sebelum akhirnya dia kerja di luar negeri," jawab Tanu beralasan.Mendapat pertanyaan tak terduga ini membuat Tanu sedikit gugup, namun dia cepat menguasai diri sehingga bisa menemukan alasan yang tepat."Oh, Reza. Ya, Mama ingat. Kalau kamu memang perlu ketemu, ya sudah, tapi hati-hati di jalan. Jangan terlalu larut pulangnya," sahut Mamanya ikut angkat bicara. Dan untungnya, memang ada nama Reza di list pertemanannya yang tidak begitu diketahui oleh sang papa."Iya, Ma. Nanti juga segera pulang kalau acaranya selesai," jawab Tanu tersenyum, lega karena mereka tidak terlalu curiga. Setelah itu, Tanu berpamitan dan segera keluar dari rumah, menyiapkan dirinya untuk perjalanan ke rumah Erika. Sambil menyetir, pikirannya kembali ke pesan misterius yang dia terima semalam. Isi pesan tersebut singkat namun jelas.“Jika kamu ingin keluargamu tetap aman, berhenti menggali lebih dalam.”Ancaman ini membuat Tanu berpikir, apakah ini ada hub

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   91. Tidak Ingat

    Di kantor Ryan, suasana tampak seperti hari-hari biasanya. Karyawan sibuk dengan tugas-tugas mereka, dan tidak ada tanda-tanda ketegangan yang mungkin dirasakan sebab gara-gara memang tidak tahu apa-apa. Namun, Ryan tahu bahwa apa yang terlihat di luar hanyalah sebuah kepura-puraan. Di dalam pikirannya, segala sesuatunya jauh lebih rumit. Elsa masih belum sadar dari koma, dan ancaman yang terus berdatangan mulai mempersempit ruang geraknya.Ryan duduk di ruang kantornya, matanya fokus pada layar laptop di depannya. Bersama asistennya, Dedi, mereka sudah mulai menyusun rencana untuk menggali lebih dalam tentang siapa yang berada di balik semua ancaman ini. Namun, Ryan menyadari bahwa mereka tidak bisa terburu-buru. Setiap langkah harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak menarik perhatian musuh yang mereka hadapi."Pak, saya baru saja dapat kabar dari orang dalam yang kita tanam. Ada gerakan dari pihak lawan, tapi sejauh ini mereka masih belum tahu kita sedang menyelidiki mereka."De

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   92. Other Issues

    Beberapa hari setelah pembahasan serius dengan ketiga asistennya saat di ruang rawat Elsa, Ryan masih sibuk dengan pekerjaannya di kantor ketika dia menerima telepon dari Tomi yang sedang tugas berjaga di rumah sakit. Kabar yang sudah lama dia nantikan akhirnya datang—Elsa mulai menunjukkan tanda-tanda sadar dari koma. Meskipun belum sepenuhnya pulih, ini adalah perkembangan positif yang sangat berarti."Baik, akan segera ke sana."Ryan langsung bergegas menuju rumah sakit, begitu telepon dengan Tomi selesai. Di dalam kamar, Elsa terbaring dengan selang-selang yang masih terpasang di tubuhnya, namun matanya sudah sedikit terbuka, memandang samar-samar ke sekeliling ruangan. Dokter yang menangani Elsa sedang berdiri di samping ranjangnya, memberikan penjelasan kepada Ryan yang baru tiba."Pak Ryan, pasien sudah menunjukkan perkembangan yang baik. Namun, kondisinya masih sangat lemah, jadi kami sarankan agar ia tetap beristirahat dan tidak banyak beraktivitas. Jangan dulu terlalu banyak

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   93. Surprise Saat Meeting

    Pagi itu, ruang rapat utama perusahaan dipenuhi oleh ketua divisi perusahaan yang berkumpul untuk mendiskusikan strategi akhir tahun. Tanu, yang biasanya tenang, kali ini merasa sedikit cemas. Meski Ryan telah banyak membantu menyelamatkan perusahaan, rumor kedatangan sepupu yang dari luar kota membuatnya tak bisa menghilangkan rasa tidak nyaman. Ia sudah mendengar kabar bahwa sepupunya, anak dari kakak almarhum papanya, ingin terlibat lebih dalam di perusahaan ini. Namun, Tanu tidak menyangka bahwa hari itu akan menjadi hari yang paling menguji kesabarannya.Di tengah rapat yang sedang berlangsung, pintu ruang rapat terbuka lebar dan seorang pria muda yang usianya tak jauh darinya berpenampilan formal melangkah masuk tanpa diundang. Semua orang langsung terdiam, pandangan mereka tertuju pada pria asing yang baru saja mengganggu pertemuan penting tersebut."Maaf mengganggu," ucap pria itu dengan senyum penuh percaya diri. "Saya di sini untuk memperkenalkan diri. Nama saya adalah Rangg

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   94. Pengakuan Elsa

    Dua hari kemudian, di rumah sakit, kondisi Elsa yang semakin membaik memberikan harapan besar bagi Ryan dan ketiga asistennya. Elsa juga sudah mulai bisa diajak bicara, meski masih lemah dan belum bisa banyak berbicara atau bergerak. Namun, kesadaran dan responsnya yang perlahan pulih menjadi pertanda baik bahwa mereka akhirnya bisa mendapatkan jawaban atas banyak pertanyaan yang selama ini menggantung - sebab kunci utama mereka saat ini adalah Elsa."Syukurlah kalau perkembangannya semakin maju, aku senang karena setidaknya dia kembali sehat." Wajah Ryan tampak lebih tenang dan tidak tegang seperti biasa."Iya, pak Ryan. Meskipun responnya tidak seperti semula setidaknya ada harapan," ujar Dedi yang diangguki kedua temannya - Tomi dan Fery.Ryan, yang hampir setiap hari datang menjenguk Elsa - tanpa melupakan kewajibannya pada sang istri, tampak lebih tenang namun juga bersemangat. Baginya, kesehatan Elsa bukan hanya soal menyelamatkan nyawa, tetapi juga kunci untuk mengungkap mister

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   95. Ketemu Dia Lagi

    "Akhirnya aku bisa kembali, melihat bagaimana kebingungannya seorang, Ryan."Julian bergumam sendiri, duduk di kursi kereta yang membawanya kembali ke kota. Dia terpaksa naik kereta karena tidak mendapatkan tiket pesawat hingga 2 hari kedepan. Setelah menyelesaikan pekerjaannya di kantor cabang Tuan Haris yang ada di luar kota.Dalam perjalanan itu, dia tampak termenung, namun bibirnya sedikit tersungging senyuman misterius, yang seperti menunjukkan perasaan puas yang selama ini dia sembunyikan. Kabar tentang kehidupan Ryan yang semakin kacau akibat beberapa kejadian buruk yang menimpa keluarganya, termasuk kecelakaan yang dialami Erika dan Elsa, membuat Julian merasa ada sedikit kemenangan dalam pertarungan panjang mereka.Meski waktu telah berlalu, dendam Julian terhadap Ryan masih membara. Mereka pernah bekerja di perusahaan yang sama di masa lalu, namun perbedaan visi dan ambisi mereka membuat hubungan keduanya hancur. Julian selalu merasa berada jauh lebih tinggi dari pada Ryan y

Latest chapter

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   116. Khawatir

    Kondisi Elsa berangsur membaik setelah perawatan intensif di rumah sakit. Luka-luka fisiknya mulai pulih, dan senyumnya yang lama hilang kini perlahan kembali menghiasi wajahnya. Dokter telah memberikan izin untuknya pulang, namun di balik kabar baik itu, ada kekhawatiran yang menggelayuti pikiran semua orang, terutama Dedi. Rekan kerja yang paling dekat dengannya, sejak mereka menjadi asisten Ryan.Dedi, yang selama ini selalu berada di samping Elsa - bekerja sama untuk kesuksesan perusahaan Ryan, tentu tahu bahwa membiarkannya pulang ke rumah bisa menjadi risiko besar. Meski tidak ada ancaman nyata yang terungkap, kejadian kecelakaan yang dialami Elsa tidak bisa dianggap sebagai kebetulan - apalagi Elsa tinggal seorang diri di rumahnya, sebab Elsa adalah yatim yang diusir oleh keluarga ibunya dan ditolong Ryan saat itu. Perasaan tidak nyaman semakin menghantui Dedi seandainya Elsa di rumah sendirian. Apalagi dengan semua yang terjadi akhir-akhir ini, Dedi tidak bisa menyingkirkan pi

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   115. Menggali Ingatan

    Waktu jam kantor sudah usai, sementara Ryan duduk termenung sendirian di ruang kantornya yang sepi - semua asistennya sudah pergi dan melakukan tugasnya masing-masing.Lampu meja yang redup memberikan suasana muram pada ruangan, seolah mencerminkan kegelisahan yang tak pernah pergi dari benaknya Ryan. Tangannya menggenggam pena, tapi pikirannya melayang jauh, menembus waktu, ke kehidupan yang pernah ia jalani. Suatu kehidupan yang membuatnya mati dengan cara yang tragis—dikhianati oleh orang-orang yang seharusnya berada di sisinya.Ryan masih ingat dengan jelas, hari itu adalah hari yang kelam. Saat semua yang ia bangun perlahan hancur berantakan, dan ia tidak pernah sempat menemukan siapa yang berada di balik semua penderitaannya. Ryan tersenyum pahit, mengingat detik-detik menjelang kecelakaan yang merenggut nyawanya. Tubuhnya terlempar dari mobil yang tergelincir di tikungan tajam jalan raya, dan saat kesadarannya perlahan memudar, hanya satu pikiran yang memenuhi benaknya saat itu

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   104. Tertekan Situasi

    Erika sedang duduk di teras rumahnya - sendiri karena Ryan masih berada di kantor, menikmati sore yang tenang dengan secangkir teh di tangannya. Udara sejuk sedikit membantu meredakan pikirannya yang sejak beberapa hari terakhir terus dipenuhi oleh kekacauan yang menimpa dirinya dan Elsa. Belum lagi pikiran tentang ancaman demi ancaman yang diterimanya - juga Tanu yang sering membuatnya khawatir, terutama setelah kegagalan perusahaan yang sempat membebani kakak laki-lakinya itu."Atau, kegagalan kakak ada kaitannya dengan semua ini?" gumam Erika yang sedang berpikir.Ketika sedang tenggelam dalam pikirannya, terdengar suara mobil berhenti di depan rumah. Erika menoleh dan mendapati Nyonya Lee turun dari mobil mewahnya dengan elegan. Sosok wanita paruh baya itu tampak anggun dalam balutan busana mahal, namun senyum yang menghiasi wajahnya kali ini berbeda—ada sesuatu yang nampaknya ingin ia sampaikan.“Ma…” Erika berdiri, menyambut kedatangan ibu mereka dengan sedikit canggung. Biasany

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   113. Fakta Baru

    Ceklek!"Tanu!" panggil seseorang yang baru saja masuk ke ruangannya - dengan nada tinggi."Kau..." Tanu tidak sanggup menyebutkan sebuah nama, yang baru saja masuk ke dalam ruangannya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.Tanu mematung di tempatnya, matanya terpaku pada sosok yang berdiri di ambang pintu. Wajah itu tidak asing baginya—begitu akrab hingga membawa kenangan yang sempat ia kubur dalam-dalam."Mei..." gumam Tanu, suaranya serak.Wanita itu melangkah masuk dengan tatapan penuh emosi. Dia tampak berbeda dari terakhir kali mereka bertemu. Raut wajahnya tidak hanya memancarkan kemarahan, tetapi juga keteguhan, seolah dia datang dengan tujuan yang jelas."Tanu, kita harus bicara," kata Mei tegas, tanpa basa-basi."Kalau ini soal masa lalu, Maya, aku sudah selesai dengan semua itu. Aku sudah minta maaf..." Tanu menghela napas panjang, lalu kembali duduk di kursinya.Maya mendengus tak suka dengan jawaban Tanu, sebab dia ingin bicara sesuatu yang lebih besar daripada masalah yan

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   112. Banyak Yang Dipikirkan

    Perusahaan keluarga Lee.Di ruangannya, Tanu duduk termenung di balik meja kerjanya. Laporan keuangan yang sebelumnya memenuhi pikirannya kini hanya seperti bayangan kabur. Kata-kata mamanya, "Keluarga Lee membutuhkan penerus," terus terngiang di kepalanya. Meski ia tahu maksud mamanya baik, tapi rasanya terlalu banyak beban yang harus ia pikul.Bukannya Tanu tidak tertarik dengan Clara. Gadis itu anggun dan terlihat cerdas. Namun, pikirannya terlalu penuh dengan masalah perusahaan. Di balik pintu tertutup ruangannya, Tanu merasa sendirian, memikul harapan keluarganya yang begitu besar."Hm..."Dia menatap ponselnya yang tergeletak di meja, ada panggilan tak terjawab dari papanya - Tuan Lee. Mungkin sang papa ingin membahas situasi perusahaan, atau lebih buruk lagi, tentang rencana perjodohan ini.Bisa jadi, kan? Nyonya Lee tentu meminta dukungan dari suaminya, dengan alasan jika sudah waktunya Tanu menikah dan memiliki keluarga agar punya anak juga. Dan Nyonya Lee pastinya mengompor-

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   111. Dia Terlibat

    Rumah Sakit.Di kamar rawat inap Elsa, suasana terasa tenang meski udara dingin dari AC sedikit menusuk kulit. Elsa masih terbaring dengan selimut menutupi tubuhnya. Wajahnya tampak lelah, tetapi sorot matanya tetap menunjukkan tekadnya yang kuat. Di kursi sebelah tempat tidurnya, Dedi duduk dengan serius, tangannya memegang laptop kecil yang terhubung dengan ponsel Elsa.“Mas Dedi,” panggil Elsa, suaranya pelan namun tetap terdengar pasti.“Ya, El?” Dedi langsung menoleh, mengalihkan perhatiannya dari layar laptop.“Aku butuh bantuanmu untuk menyelidiki seseorang,” ujar Elsa tanpa basa-basi. Ia berusaha duduk, tetapi Dedi segera membantunya agar tidak terlalu memaksakan diri - karena Elsa masih belum cukup kuat.“Siapa yang harus aku selidiki, El?” tanya Dedi, wajahnya menunjukkan kesiapan penuh.“Diana,” jawab Elsa sambil menarik napas dalam. “Dia staf keuangan di perusahaan, mas. Beberapa waktu lalu, aku menemukan bukti kalau dia melakukan penyelewengan dana. Tapi sebelum aku bisa

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   110. Dijodohkan

    Di tengah kesibukannya di kantor keluarga Lee, Tanu sibuk memeriksa tumpukan laporan keuangan yang harus ia teliti. Ia mengerjakan setiap angka dengan teliti, memastikan tidak ada kesalahan yang terlewatkan. Fokusnya penuh, meski kelelahan mulai terasa. Namun, keseriusannya tiba-tiba terhenti ketika pintu ruangannya diketuk keras, dan masuklah mamanya, Nyonya Lee, bersama seorang gadis muda yang cantik dan anggun.“Mama?” Tanu menatap mamanya dengan sedikit bingung, apalagi melihat kehadiran tamu tak diundang itu.Nyonya Lee tersenyum, tampak sangat senang dengan apa yang dilakukannya. "Tanu, sayang, Mama ingin mengenalkan seseorang padamu." Ia memandang gadis di sebelahnya dengan bangga."Ini Clara, anak temannya Mama. Kalian harus saling mengenal lebih baik, ya!" Nyonya Lee memperkenalkan gadis yang berada di sampingnya.Tanu menghela napas dalam-dalam. Ia bisa menebak ke mana arah percakapan ini akan menuju. Ya, sama seperti beberapa waktu lalu sebelum adiknya - Erika, resmi menika

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   109. Red Flag

    Dia hari berlalu, suasana yang menegangkan perlahan-lahan mulai tenang. Erika, yang sebelumnya diteror dengan ancaman dan rasa takut, kini bisa sedikit bernapas lega. Tidak ada lagi pesan-pesan menakutkan atau kejadian aneh yang mengancam keselamatan keluarganya. Meski begitu, Ryan tidak mau lengah. Dia tetap waspada dengan keselamatan istrinya. Dia tahu bahwa meskipun keadaan terlihat tenang, ancaman bisa datang kapan saja.Ryan mengambil keputusan untuk meningkatkan pengamanan bagi Erika. Ia mempekerjakan tim keamanan pribadi - yang memang dimiliki dan dipimpin Tomi untuk menjaga rumah mereka, memastikan Erika selalu ditemani oleh pengawal setiap kali ia keluar rumah. Meskipun Erika sempat merasa tidak nyaman dengan langkah ini, Ryan bersikeras bahwa ini adalah langkah pencegahan yang memang diperlukan."Aku tidak ingin mengambil risiko, Erika. Kita belum tahu siapa yang benar-benar ada di balik semua ini," terang Ryan saat istrinya protes.Erika masih mencoba meyakinkan Ryan bahwa

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   108. Benar Dia

    Elsa terdiam sejenak, menggigit bibirnya sambil menatap Erika dan Nyonya Lee yang sedang menunggu jawabannya dengan penuh harap. Namun, sebelum dia sempat membuka mulut, pintu ruang rawat terbuka. Ryan masuk dengan langkah tergesa, diikuti oleh Fery yang tampak membawa beberapa dokumen.Wajah Ryan langsung mencari Elsa begitu dia masuk. Tapi dia tersenyum begitu melihat keberadaan isteri dan mertuanya, Nyonya Lee. Setelah menyapa dan memberikan kecupan di kening, Ryan beralih pada Elsa. Dia ingin mengajukan beberapa pertanyaan pada asistennya yang seorang ahli IT tersebut, meskipun saat ini Elsa masih berbaring di rumah sakit."Elsa, apa kabar?" tanyanya dengan nada kekhawatiran, tapi tetap tegas. Ia lalu menoleh sekilas ke arah Erika dan Nyonya Lee, memberi mereka senyum singkat sebelum akhirnya berjalan mendekat ke tempat tidur Elsa."Saya baik, Pak Ryan. Terima kasih sudah datang," jawab Elsa pelan, sedikit ragu dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia merapikan selimut di pan

DMCA.com Protection Status