Home / Urban / Kebangkitan Menantu Terbuang / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Kebangkitan Menantu Terbuang: Chapter 71 - Chapter 80

116 Chapters

71. Kecelakaan

Beberapa minggu setelah Ryan dan Erika merencanakan masa depan mereka yang lebih santai, kehidupan mereka tetap berjalan harmonis. Setiap pagi, mereka memiliki kebiasaan sarapan bersama di taman belakang rumah. Ryan kini benar-benar bisa menikmati waktu luangnya tanpa harus merasa tergesa-gesa atau cemas dengan urusan perusahaan, apalagi dengan Tanu yang mulai kembali bekerja, meskipun Ryan masih memantau perkembangan kakak iparnya tersebut.Pagi itu, setelah sarapan, Erika berpamitan kepada Ryan untuk pergi bertemu seorang teman yang sudah lama tidak ia temui. Ryan, yang awalnya ingin menemani, memutuskan untuk tinggal di rumah agar bisa mengurus beberapa hal kecil terkait proyek yang masih dalam tahap awal perencanaan."Hati-hati, sayang." Ryan mencium kening istrinya sebelum masuk mobil."Iya, sayang. Aku akan segera kembali, begitu urusanku selesai." Erika mengelus lengan atas suaminya."Tidak perlu terburu-buru, yang penting kamu happy. Ingat itu, ok!" sahut Ryan dengan mengerlin
Read more

72. Titik Terang

Hari masih pagi saat Elsa menyelesaikan analisisnya di kantor. Setelah berjam-jam memutar ulang rekaman demi rekaman CCTV dari beberapa lokasi yang dilewati Erika pada hari kecelakaan, hasil yang dia dapatkan belum juga menunjukkan tanda-tanda ada seseorang yang sengaja membuat insiden itu. Semuanya tampak berjalan biasa saja, tanpa ada yang mencurigakan.Rekaman jalanan dan beberapa CCTV toko hanya menampilkan Erika berkendara dengan tenang, hingga akhirnya mobilnya melaju kencang tak terkendali. Tidak ada kendaraan yang terlihat mencurigakan atau seseorang yang seolah-olah mengikuti Erika. Elsa menghela napas, merasa sedikit lega, tapi juga bingung karena belum menemukan petunjuk berarti.Namun, belum puas, Elsa melanjutkan pengecekan pada CCTV yang ada di sekitar rumah Ryan dan Erika. Ia mendapati rekaman di dekat rumah yang cukup aneh."Itu... siapa ya?" gumam Erika dengan mengerutkan kening saat melihat layar laptop.Dalam rekaman CCTV tersebut - pada hari kecelakaan, terlihat so
Read more

73. Mungkin Orang Terdekat

"Hah, hah...hahh... apa? Apa yang terjadi? Tidak, hah... tidak!"Di saat Ryan baru saja keluar dari kamar mandi ketika Erika terbangun dari tidurnya dengan napas yang memburu. Tubuhnya penuh keringat dingin tapi terasa lemah, dan seketika ia diserang oleh rasa panik yang menghantamnya seperti gelombang air pasang.Kilatan-kilatan kecelakaan yang ia alami tiba-tiba memenuhi pikirannya. Mobil yang melaju tak terkendali, suara rem yang berdecit tajam, dan saat-saat di mana ia kehilangan kendali penuh atas kendaraan. Tangannya gemetar memegangi tepi ranjang rumah sakit, dan ia mencoba mengingat setiap detail, namun semuanya terasa buram dan menakutkan.Ryan yang awalnya mau duduk di sebelah ranjang, segera bangkit lagi dari duduknya. Dia melihat istrinya terbangun dengan keadaan yang begitu kacau.“Erika, sayang. Kamu tidak apa-apa?” tanyanya lembut, meskipun dalam hatinya, perasaan khawatir tidak bisa hilang dengan mudah.Erika menatap Ryan dengan pandangan bingung dan ketakutan, karena
Read more

74. Banyak Kemungkinan

Pintu kamar rumah sakit perlahan terbuka, dan seketika aroma khas parfum mamanya memenuhi ruangan. Ryan menoleh, melihat kedua orang tua Erika—Papa dan Mama—melangkah masuk dengan wajah khawatir namun penuh kasih sayang. Mamanya, Tian Lee atau lebih akrab disapa Nyonya Lee, segera mendekat, memeluk dan mencium kening Erika, lalu duduk di sisi tempat tidur sambil menggenggam tangan anaknya."Sayang, gimana kabarmu? Kamu masih lemas?" tanya Nyonya Lee lembut, matanya tampak berkaca-kaca melihat putri satu-satunya terbaring di rumah sakit.Erika tersenyum lemah, berusaha menenangkan sang mama meskipun masih ada ketakutan yang tersimpan di benaknya. "Aku sudah lebih baik, Ma. Hanya sedikit lelah dan masih agak kaget."Papa Erika, Tuan Lee, berdiri di sebelah Ryan, menepuk pundak menantunya sambil berkata, "Untung saja kamu cepat dibawa ke rumah sakit. Kalau terlambat sedikit, siapa yang tahu bagaimana jadinya. Kamu harus bersyukur, Erika.""Iya, Pa. Yang penting sekarang Erika sudah selam
Read more

75. Membaik

Setelah sepuluh hari menjalani perawatan di rumah sakit, Erika akhirnya diperbolehkan pulang. Dokter telah memeriksa kondisinya dengan seksama dan memastikan bahwa fisiknya sudah cukup pulih. Luka-lukanya mulai mengering, dan meskipun awalnya ia mengalami trauma yang cukup mendalam, secara perlahan, Erika telah melewati rasa takut yang menyelimuti dirinya dan ini berkat dukungan dari sang suami - Ryan."Syukurlah, aku sudah diperbolehkan pulang, mas." Erika terlihat senang sebab sudah sedikit bosan dengan suasana rumah sakit."Iya, sayang. Udah kangen rumah ya, hm?" tanya Ryan tapi tetap tangannya sibuk dengan pekerjaan.Pagi itu, Ryan memang sibuk mengemas barang-barang Erika. Ia memastikan semuanya sudah siap untuk dibawa pulang. Erika yang masih merasa sedikit lemah, duduk di tepi tempat tidurnya, menatap keluar jendela rumah sakit. Pemandangan matahari pagi yang mulai menyinari kota membuatnya merasa lega, bahwa hari ini ia bisa kembali ke rumah.Setelah selesai beberes, Ryan mend
Read more

76. Mengejutkan

Malam itu, Ryan duduk di ruang kerjanya, menatap layar laptop dengan penuh konsentrasi. Elsa baru saja mengirimkan laporan yang merinci penyelidikan terhadap seorang pria bernama Andi. Dari hasil investigasi, Andi ternyata memiliki keterkaitan dengan sebuah kelompok kriminal kecil yang kerap kali menyelundupkan barang-barang ilegal, namun mereka bukan pelaku biasa."Ternyata teroganisir juga mereka," gumam Ryan menggeleng perlahan.Nama-nama lain yang muncul dalam laporan itu membuat Ryan semakin waspada. Andi adalah salah satu kaki tangan penting dari seorang tokoh yang lebih besar dan mungkin berpengaruh dalam jaringan kejahatan tersebut.Ponsel Ryan bergetar di meja, menampilkan pesan dari Elsa. Memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai laporannya."Ada bukti kuat bahwa Andi terlibat langsung dalam sabotase mobil Bu Erika. Dia juga terlihat beberapa kali bertemu dengan seseorang yang kita curigai sebagai dalang utama. Aku bisa lanjut menyelidiki kalau pak Ryan mengijinkan."Ryan
Read more

77. Kemungkinan Yang Kebetulan

Setelah memberikan perintah pada Dedi, Ryan langsung bergegas setelah menutup teleponnya. Hatinya berdebar kencang, memikirkan Elsa yang baru saja mengalami kecelakaan. Padahal, mereka baru saja membahas langkah-langkah penting dalam penyelidikan Andi. Kini, situasi berubah secepat kilat, menambah rasa cemas yang telah menghantui sejak kecelakaan Erika kemarin."Sayang, aku mau menemui Dedi di rumah sakit." Ryan pamit pada sang istri, supaya istrinya tidak mencari-cari - nanti."Ke rumah sakit? Dedi sakit, mas?" tanya Erika dengan kening berkerut.Wanita itu tahu siapa Dedi, tapi tidak dengan sakitnya atau kabar terbaru dari salah satu asisten Ryan. Dia juga tahu siapa saja yang saat ini menjadi orang-orang kepercayaan suaminya, yang dari dulu memang menjadi asisten dan membantu pekerjaan Ryan."Elsa kecelakaan, sayang. Tidak apa-apa, kan? Aku hanya ingin memastikan saja, semuanya diurus dengan baik." Ryan kembali meminta izin untuk pergi ke rumah sakit tempat Elsa dibawa.Erika menga
Read more

78. Semua Terencana

"Minta pada Tomi dan Fery untuk menyelidiki TKP!" perintah Ryan."Baik, pak." Dedi mengangguk lalu merokok ponselnya dan menghubungi Tomi."Aku ingin segera mendapatkan laporan," terang Ryan menambahi.Dengan dugaan sementara itu, Ryan meminta Dedi untuk menelpon Tomi dan Fery, memberikan perintah untuk segera menyelidik ke tempat kejadian - di tempat Elsa kecelakaan. Bisa jadi, ada petunjuk penting yang bisa menunjukkan siapa pelaku yang sudah mencelakai Elsa.Beberapa jam berlalu dengan keheningan yang mencekam di ruang tunggu rumah sakit. Ryan dan Dedi hanya bisa duduk di sana, menatap ke arah ruang perawatan intensif tempat Elsa dirawat. Awalnya, ada sedikit kelegaan setelah dokter mengatakan kondisinya stabil. Tapi sekarang, situasi mulai terasa lebih suram.Tak lama, seorang perawat keluar dari ruang perawatan dan menghampiri mereka. "Maaf, saya butuh tanda tangan untuk prosedur tambahan. Kondisi pasien sedikit berubah, jadi dokter memutuskan untuk melakukan pemindaian - scannin
Read more

79. Bukti Lain

Beberapa waktu lalu.Tomi menghela napas panjang sambil mengusap wajahnya yang mulai berkeringat. Mobil yang mereka kendarai nyaris tidak bergerak, terjebak dalam kemacetan panjang di tengah jalan raya kota. Fery yang duduk di sebelahnya, memukul-mukul setir dengan kesal."Macetnya parah banget. Kita bisa habis waktu di sini saja," gerutu Fery tidak sabar.Tiba-tiba, ponsel Tomi bergetar. Ia mengeluarkannya dari saku dan melihat nama Dedi muncul di layar. Tanpa menunggu lama, ia menjawab panggilan tersebut."Ya, Ded? Kami sedang dalam perjalanan," kata Tomi dengan suara sedikit frustasi."Dalam perjalanan? Lama sekali, kalian di mana sekarang?" tanya Dedi dari seberang - rumah sakit, suaranya terdengar tegang."Kami terjebak macet. Ada kecelakaan tadi, mungkin ini yang membuat jalanan jadi penuh. Kami masih di jalan, tapi kayaknya butuh waktu lebih lama untuk sampai ke TKP," jelas Tomi sambil melirik ke arah Fery, yang hanya mengangkat bahu tanda tidak berdaya."Pak Ryan sudah nunggu
Read more

80. Pesta Berakhir

Beberapa waktu kemudianDi lorong rumah sakit, suasana terasa tegang. Lampu-lampu neon yang terang tidak cukup untuk mengusir kecemasan yang menghantui. Ryan berdiri dengan gelisah di depan ruang operasi, sesekali melirik jam tangannya yang seolah bergerak lebih lambat dari biasanya. Dedi duduk di kursi tak jauh darinya, diam sambil menunduk, menahan segala emosi yang membuncah di dadanya.Sudah berjam-jam Elsa berada di dalam, dan hingga kini belum ada kabar yang pasti. Ryan hanya bisa berharap, meskipun kekhawatiran bahwa sesuatu yang lebih buruk bisa saja terjadi terus menghantuinya.Tiba-tiba, ponsel Dedi bergetar. Ia segera meraihnya, membaca pesan dari Tomi yang memberikan kabar tentang hasil penyelidikannya."Kami hampir sampai. Ada banyak bukti baru. Aku akan jelaskan begitu tiba."Dedi menghela napas, menoleh ke arah Ryan yang tampak semakin gelisah. Bosnya itu memang beda dari bos-bos yang lain, sebab rasa kekeluargaan mereka sangat kental - sudah seperti saudara sendiri."P
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status