Home / Urban / Kebangkitan Menantu Terbuang / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Kebangkitan Menantu Terbuang: Chapter 51 - Chapter 60

116 Chapters

51. Pengejaran

Julian berdiri di depan cermin, menatap bayangannya yang memantulkan kecemasan dan ketegangan. Dengan langkah cepat, dia telah mengatur barang-barang ke dalam koper dan tas ransel. Setiap detik terasa berharga saat dia mempersiapkan diri untuk melarikan diri dari keruwetan yang mengancamnya. Keputusan untuk pergi ke luar kota adalah langkah terakhir yang dia rasa bisa diambil untuk menjauh dari masalah yang semakin meluas, karena rencana balas dendamnya tidak semulus yang direncanakan.Pakaian yang dikenakan—jaket kulit hitam dan celana jeans—memberikan kesan keberanian yang berusaha ditunjukkannya. Namun, di dalam hatinya, gelombang rasa bersalah terus menerpa setiap kali dia memikirkan Tanu dan konsekuensi dari tindakannya. Dia menarik napas dalam-dalam, berusaha mengusir semua pikiran negatif itu.Sementara itu, di tempat yang aman, Ryan memantau semua aktivitas Julian dari jauh. Dia tidak sendiri, tim yang dipimpin oleh asisten IT-nya, Elsa, bersembunyi di tempat berbeda, siap men
Read more

52. Aku Tidak Kalah

Dengan langkah cepat, Tuan Arman mendekati pelabuhan, otaknya berputar-putar merencanakan pelarian. Di depan matanya terbentang lautan gelap, bercampur cahaya lampu dari kapal-kapal yang bersandar. Seharusnya ini adalah tempat aman baginya, tetapi dia tahu betul bahwa langkahnya mungkin saja sudah terdeteksi. Setiap detik berlalu, kegelisahan menyergapnya, membuat napasnya semakin cepat dengan debaran jantung yang mengila.Di sisi lain pelabuhan, tim kepolisian bersiap untuk menangkapnya. Mereka bersembunyi di antara tumpukan kontainer, menunggu dengan sabar. Rencana mereka sudah matang—mereka akan mengelilingi Tuan Arman dan mencegahnya melarikan diri kw luar negeri lewat jalur laut. Satu sinyal, dan mereka akan bergerak.Ketika Tuan Arman mencapai dermaga, dia menyadari sesuatu yang tidak beres. Suara langkah kaki dan bisikan samar menyentuh telinganya. Dia berbalik dan melihat bayangan yang bergerak cepat. Hatinya berdegup kencang. "Sialan!" teriaknya, melangkah mundur, mengedarka
Read more

53. Menjenguk Tanu

Setelah dua minggu menjalani perawatan dan mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekat, Tanu mulai merasakan perubahan dalam dirinya. Meski luka-lukanya masih terasa, baik fisik maupun emosional, semangatnya perlahan-lahan bangkit kembali. Dia bertekad untuk tidak lagi menjadi korban keadaan, berusaha untuk sembuh dan kembali beraktivitas seperti dulu.Tanu duduk di ranjang rumah sakit, menatap jendela yang membingkai pemandangan kota. Cahaya matahari yang hangat menyinari wajahnya, seolah memberi energi baru untuknya. Perlahan-lahan, dia meraih ponselnya dan membuka foto-foto kenangan indah, mengingat momen-momen bahagia yang pernah ia alami bersama keluarganya.Laki-laki muda itu sadar jika beberapa waktu lalu dia sedikit apa dengan keluarganya, terlalu asyik sendiri dengan komunitas pertemanan yang nyatanya justru rusak karena keegoisan salah satu orang."Aku sudah melewati masa-masa terburuk," bisiknya pada diri sendiri, menguatkan hatinya. Setiap detik yang berlalu, dia merasa
Read more

54. Dikejar

Setelah berpamitan dengan Tanu, Ryan dan Erika berjalan keluar dari rumah sakit. Mereka berdua merasa lega melihat perkembangan positif Tanu. Namun, suasana tetap menyimpan sedikit keraguan di hati mereka. Ryan menghela napas, menggenggam tangan sang istri - Erika.“Dia akan baik-baik saja, sayang. Jadi, tenang ya?” Ryan, menatap Erika yang terlihat cemas.“Ya, aku yakin,” jawab Erika, berusaha meyakinkan dirinya sendiri. “Dia hanya butuh waktu dan dukungan kita. Kita harus terus ada untuknya.”“Mari kita cari sesuatu yang enak untuk dimakan,” usul Ryan, berusaha mengalihkan perhatian dan rasa khawatir sang istri. “Aku rasa kita sudah layak merayakan kemajuan Tanu hari ini.”“Setuju!” Erika tersenyum, matanya berbinar-binar. “Bagaimana kalau kita mampir ke warung tenda pinggir jalan yang terkenal itu? Mereka punya makanan yang enak sekali.” Erika kembali bersemangat mengingat makanan yang dua sukai.“Bagus! Aku ingat kamu sangat menyukai soto di sana,” Ryan berkata, mulai merasa berse
Read more

55. Siapa Mereka Yang Menguntit

Sementara di dalam mobil yang mengejar Ryan dan Erika, suasana justru menjadi tegang setelah kehilangan jejak. Dua pria yang duduk di dalamnya saling bertukar tatapan frustasi, sebab misi mereka gagal.“Damn it! Kita hampir dapatkan mereka!” kata pria bertubuh kekar dengan nada marah, memukul stir mobil dengan keras.“Kenapa mereka harus belok ke jalan itu?” umpatnya kesal.“Tenang, Daf,” jawab temannya yang lebih kurus, mencoba meredakan ketegangan. “Kita bisa cari jalan lain dan coba ikuti mereka lagi. Mereka tidak akan jauh dari sini.”Di mobil kedua, wanita bertudung hodie itu menggigit bibirnya, tampak tidak puas karena mangsa lepas. “Kita seharusnya lebih cepat. Jika mereka melapor ke polisi, semua ini bisa menjadi masalah besar bagi kita.”“Aku juga tau itu. Tapi kita tidak bisa mundur sekarang,” pria pengemudi itu menjawab, tatapannya tajam. “Kita hanya perlu menemukan mereka sekali lagi sebelum mereka ke tempat yang lebih aman. Ayo kita pergi ke arah yang mereka tempuh!”Kedu
Read more

56. Rahasia Dan Pertanyaan

Sebenarnya, Ryan bisa saja menunggu orang-orangnya di pom bensin tadi. Tapi posisi jalan dan lokasi ternyata lebih jauh dari pusat keramaian, jadi dia memutuskan untuk pergi untuk mencari tempat yang lebih aman dibandingkan pom bensin tersebut.Di perjalanan, Erika memberikan usulan untuk pergi ke mall dan disetujui Ryan yang segera memberitahu lokasinya ke orang-orang yang menyusul. Dan untungnya, orang-orangnya bisa dengan cepat sampai di mall tersebut.Ryan dan Erika berlari secepat mungkin saat dari parkiran menuju mall, berusaha menghindari perhatian dari penguntit mereka. Keduanya masuk ke dalam mall dengan napas terengah-engah, merasakan sedikit kelegaan saat melihat kerumunan orang di sekeliling mereka. Suasana ramai ini memberi mereka harapan untuk bisa bersembunyi dengan lebih baik.“Mas, aku rasa kita bisa pergi ke lantai atas dan mencari tempat yang lebih aman,” saran Erika, mengamati sekeliling dengan penuh kewaspadaan.“Setuju. Kita perlu mencari tempat untuk bersembunyi
Read more

57. Yang Bertanggung Jawab

Setelah melewati pintu darurat dan bergegas keluar dari mal, Ryan dan Erika berlari menuju mobil yang sudah menunggu di area parkir belakang. Dengan Aris dan timnya di belakang, mereka melesat dengan cepat, menghindari kerumunan yang terjebak dalam suasana mall yang sibuk.Sesampainya di mobil, Ryan segera memasukkan Erika ke dalam dan mengunci pintunya supaya bisa secepatnya pergi dari tempat tersebut.“Aman sekarang. Kita sudah jauh dari mereka,” katanya, berusaha menenangkan istrinya. Erika terlihat masih tegang, napasnya masih terengah-engah karena ketakutan."Ya, iya ... mas. Ayo kita pulang," ajak Erika yang sudah merasa lelah.Mereka segera meluncur menuju rumah mereka, menghindari jalur utama yang mungkin terlalu terbuka - memberikan kemudahan untuk para pengungkit. Di sepanjang perjalanan, Ryan tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya. Menanyakan kondisi istrinya, meskipun dia juga tahu bahwa istrinya tidak terluka atau kurang suatu apapun.“Kamu baik-baik saja, kan, saya
Read more

58. Tetap Membisu

Saat itu, Aris dan timnya bergerak cepat setelah mendapatkan petunjuk tentang lokasi para penguntit yang telah meneror Ryan dan Erika. Mereka memang sengaja tidak langsung melakukan penangkapan di mall, menghindari kericuhan dan kepanikan pengunjung. Jadi, saat Ryan dan Erika pulang dengan pengawalan, beberapa orang mengejar para penguntit tersebut. Kini, Aris dan orang-orangnya datang ke sebuah gudang tua di pinggiran kota, mereka sudah bersiap untuk melakukan penangkapan. Mereka mengetahui tempat ini tentu atas bantuan Tomi yang mengawasi mereka dari jauh, selain memang ada orang-orang khusus yang mengikuti. Sekarang, suasana malam yang gelap membuat mereka lebih mudah bergerak tanpa terdeteksi. Dengan menggunakan alat komunikasi canggih, Aris memimpin timnya menyusuri area tersebut. “Mari kita pastikan semua pintu keluar tertutup. Mereka tidak boleh lolos,” perintah Aris dengan wajah tegas. Timnya yang terdiri dari beberapa orang bersiap di posisi masing-masing, siap menghadap
Read more

59. Petunjuk

Proses penangkapan telah diceritakan oleh Aris, membuat Ryan menunggu dengan tegang saat Aris melanjutkan penjelasannya. Suara Aris tampak serak, dan Ryan bisa merasakan suasana mendesak di balik kata-kata yang disampaikan.“Mereka adalah suruhan dari pesaing kita, Pak. Sepertinya mereka mencoba mengintimidasi kita dan mencari tahu informasi tentang Tuan Lee dan bisnis kita,” Aris menjelaskan, nadanya tegas namun penuh kekhawatiran.Ryan tertegun sejenak. “Apa? Mereka berani melakukan itu? Bukankah ini sudah melampaui batas?” pikirnya, merasa marah dan tak percaya.“Ya, mereka mulai beroperasi secara agresif, terutama setelah insiden yang menimpa Tuan Tanu. Ini terlihat jelas, Pak. Mereka ingin memanfaatkan situasi ini untuk keuntungan mereka,” Aris melanjutkan, dengan suara yang lebih tenang.Ryan menggelengkan kepala, tidak bisa mempercayai informasi ini. “Tapi kenapa mereka menargetkan kita? Kami bukan orang besar di industri ini. Tuan Lee pun tidak pernah terlihat sebagai ancaman,
Read more

60. Terpaksa Mengaku

Beberapa waktu lalu.Aris memandang para penguntit yang terikat di depan matanya, rasa sabar semakin menipis. Dia merasakan kemarahannya yang kini seperti menyelimuti ruangan, dan suara cambuk yang dia pegang menggema dalam pikirannya - menunggu untuk memberikan hukuman.“Siapa yang berani melawanku, ha?!” teriak Aris, suaranya menggema menembus kesunyian malam. “Kalian akan menyesali keputusan kalian untuk tidak berbicara!” lanjutnya dengan wajah merah padam.Dia menghampiri penguntit pertama, yang telah disekap dengan tangan terikat. Mengintimidasi supaya penguntit tersebut mau bicara, memberitahu siapa orang yang sudah memberikan mereka tugas.“Bisa kau bayangkan bagaimana rasanya jika kami membiarkanmu merasakan kesakitan, dengan cambuk ini?” Aris bertanya dengan nada dingin. “Kami tidak hanya akan menyakiti tubuhmu, tetapi juga membiarkan pikiranmu menderita. Meminta untuk mati saja, huh!"Aris mulai menggerakkan cambuknya, menciptakan suara berdengung yang membuat para penguntit
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status