Home / Urban / Kebangkitan Menantu Terbuang / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Kebangkitan Menantu Terbuang: Chapter 41 - Chapter 50

116 Chapters

41. Situasi Sulit

Dari kejauhan, seorang pria berpenampilan rapi mengamati situasi yang sedang berlangsung. Dia berdiri di dalam bayang-bayang kegelapan, memanfaatkan kegelapan malam untuk menyembunyikan niat jahatnya. Pria itu adalah Arman, seorang rival bisnis Tuan Lee yang telah lama menginginkan untuk menghancurkan reputasi dan kekuasaan pria itu. Dalam pandangannya, Tuan Lee adalah penghalang terbesar untuk mencapai tujuannya.Mendengar berita tentang Tanu yang sudah tertangkap dan sedang dalam bahaya membuatnya tersenyum sinis, senang karena rencana yang telah disusun berjalan dengan mudah dan lancar.“Begitu mudahnya mengatur rencana,” pikirnya. Arman telah merencanakan semuanya dengan hati-hati, dan sekarang saatnya untuk memanfaatkan situasi ini.“Dengan menculik Tanu, aku bisa memaksa Tuan Lee untuk melakukan kesalahan,” gumamnya, menyeringai. Dia ingin melihat lelaki itu berjuang, terkejut dalam kepanikan saat tahu putra yang dibangga-banggakan dalam bahaya.“Mungkin dia bahkan bisa mati kar
Read more

42. Belum Berakhir

Dalam ketegangan yang menyelimuti malam, situasi semakin memburuk ketika bentrokan antara tiga kubu mulai mengemuka. Dika dan pria paruh baya bersiap untuk menyerang, namun mereka tidak sendirian. Dari arah lain, Arman dan sekutunya juga bersiap untuk bertindak, memanfaatkan kekacauan yang terjadi.Malam yang seharusnya digunakan untuk beristirahat dengan tenang, harus pecah karena ulah mereka-mereka. Untung saja, area yang mereka gunakan untuk bentrok ini ada di daerah sepi dari pemukiman warga.Dengan tatapan penuh, Dika bergerak lebih dekat. Dia berteriak pada sahabatnya supaya tenang, karena dia yang akan menyelesaikan kekacauan ini.“Tanu, bertahanlah! Aku akan membebaskanmu!” teriaknya dengan penuh semangat. Pria paruh baya di sampingnya menegaskan sikapnya, menatap pria besar itu dengan sinis, siap untuk melawan demi menyelamatkan Tanu.Namun, situasi menjadi semakin rumit ketika sekutu Arman muncul, kelompok pria bersenjata yang bersembunyi di kegelapan malam dengan berlindung
Read more

43. Serang Balik

Dalam ketegangan yang melanda malam itu, suara sirene polisi semakin mendekat, menggema di kejauhan dan menambah ketidakpastian akan apa yang terjadi. Suasana semakin mencekam dengan pertarungan yang berlangsung di antara tiga kubu - Dika dan pria paruh baya melawan pria besar dan sekutunya, sementara Arman mengawasi dari jauh, berharap bisa memanfaatkan momen kacau itu.Kedua belah pihak saling menyerang, suara tinju dan teriakan beradu, menambah kebisingan di malam yang seharusnya tenang. Dika, meski merasakan sakit yang luar biasa akibat serangan-serangan yang didapatnya, tetapi dia tetap berusaha melindungi Tanu. Dia berusaha mencari celah untuk mendekat, namun semakin banyak sekutu Arman yang muncul mengancam harapan mereka untuk menyelamatkan Tanu.Di sisi lain, Tanu merasa terjebak di tengah ketidakpastian. Apalagi keadaannya belum benar-benar pulih dari kesadaran atau pengaruh alkohol.“Eughh ... A-pa yang harus kulakukan?” pikirnya, berusaha fokus pada suara Dika. Dengan mele
Read more

44. Supaya Cepat

Kegelapan malam semakin membungkus pertempuran yang berlangsung, dengan setiap detik yang berlalu menambah ketegangan di antara ketiga kubu yang bertarung. Di tengah segala keributan ini, Tanu sudah terjatuh lemah, tubuhnya penuh luka dan darah yang mengalir dari beberapa pukulan. Keadaannya semakin buruk, ia terengah-engah berusaha untuk tetap sadar di tengah rasa sakit yang menguasainya.Tanu bukannya tidak bisa melawan, tapi karena dalam keadaan pengaruh alkohol, dia tidak bisa melawan dengan maksimal. Jadi, awalnya bisa dengan mudah membuatnya salah hingga babak belur.Dika, meski sudah lelah dan terhuyung-huyung, berusaha keras untuk bertahan. Wajahnya penuh luka dan napasnya tersengal, namun dia tidak mau menyerah."Tanu, bertahanlah... sedikit lagi!" teriaknya, meskipun tubuhnya terasa seperti akan remuk. Dia mencoba menghadang setiap serangan, berusaha untuk melindungi Tanu yang semakin terpuruk dalam situasi ini. Pria paruh baya yang ada di samping Dika, meski tidak sepenuhn
Read more

45. Tetap Khawatir

"Man, cepat lah!" perintah Tuan Lee pada supir. Dia sangat cemas dengan keselamatan putranya."I-ya, iya Tuan." Pak Maman - supir, mengganguk mengiyakan saja.Meskipun beberapa waktu terakhir ini Tanu begitu menyebalkan karena sering membangkang, bagaimanapun juga Tanu tetap putranya. Anak laki-laki yang tidak hanya menggantikan dirinya sebagai pemimpin perusahaan, tetapi juga marga keluarga Lee.Dalam kegelapan malam yang semakin pekat, Tuan Lee akhirnya tiba di lokasi setelah perjalanan yang terasa lebih panjang dari biasanya. Mobilnya berhenti tepat di tepi kerumunan, dan Tuan Lee keluar dengan langkah terburu-buru. Matanya langsung menyapu tempat itu, mencari-cari keberadaan putranya, Tanu. Suasana yang kacau dan suara sirene polisi yang semakin mendekat membuatnya semakin cemas.Di tengah keributan, ia melihat sesosok tubuh yang tergeletak di tanah - dipangkuan menantunya. Sejenak, pandangannya terfokus pada Dika yang terluka parah, dan kemud
Read more

46. Apa Bisa Selamat?

Di rumah sakit.Setibanya di rumah sakit, suasana di ruang IGD (Instalasi Gawat Darurat) begitu sibuk. Tuan Lee, Ryan, dan dua anggota polisi mengikuti dengan cemas di belakang petugas medis yang membawa Tanu dan Dika melalui lorong-lorong sempit menuju ruang perawatan. Ketegangan begitu terasa, berlomba dengan rasa khawatir dan degup jantung dengan setiap detik yang berlalu membawa harapan sekaligus ketakutan yang lebih besar.Di ruang IGD, sejumlah tenaga medis bergerak cepat, membagi tugas mereka dengan profesionalisme yang tinggi. Seorang dokter yang memimpin tim, Dr. Natan, mengenakan jas putih dengan masker bedah yang menutupi sebagian wajahnya. Matanya yang tajam memandang dengan serius ke arah Tanu yang terluka parah, tubuhnya penuh dengan luka-luka dan darah yang terus mengalir.Sedangkan Dika ditangani oleh tim dokter yang lain, yang tidak kalah terus menangani luka-luka di tubuhnya Dika."Tolong, bantu saya!" teriak Dr. Natan kepada asistennya saat mereka mulai menangani Ta
Read more

47. Dalam Kendali

Setelah beberapa jam berlalu, suasana di ruang IGD masih penuh dengan ketegangan. Tuan Lee, Ryan, dan Erika berdiri di luar ruang perawatan, mereka tak mampu berbuat banyak selain menunggu kabar dari dokter. Keadaan Tanu dan Dika masih sangat kritis, dan meskipun dokter telah berusaha sebaik mungkin, mereka belum bisa memberikan kepastian dengan hasilnya.Namun, ketika pintu IGD terbuka lagi dan Dr. Natan keluar dengan ekspresi yang serius, semua mata langsung tertuju padanya. Ryan mendekat dengan langkah tergesa-gesa, berharap mendapatkan kabar baik, meskipun rasa cemas menggerogoti setiap syaraf dalam tubuhnya."Dokter... bagaimana kondisi kakak saya? Bagaimana Tanu?" Ryan bertanya, suaranya serak. Tuan Lee di sampingnya, wajahnya semakin muram, menunggu dengan penuh harap akan keselamatan putranya.Dr. Natan menghela napas panjang sebelum akhirnya berbicara dengan hati-hati. Dia tidak ingin membuat keluarga pasien merasa lebih khawatir lagi."Kondisinya stabil, tetapi ini belum bis
Read more

48. Mulai Terkuak

Dua hari setelah kejadian yang mengguncang keluarga Lee, suasana di kantor Ryan terkesan semakin tegang. Elsa, salah satu asisten Ryan yang satu-satunya berjenis kelamin perempuan - sang ahli IT, dan Dedi, asisten yang selalu sigap, sudah memulai langkah-langkah untuk menghancurkan kekuatan ekonomi yang dimiliki oleh Tuan Arman. Berbekal keterampilan mereka, keduanya bekerja tanpa henti, menggunakan segala cara yang ada untuk menghancurkan perusahaan milik Arman.Saat ini Elsa duduk di depan laptop, wajahnya serius saat menatap layar yang penuh dengan data dan grafik. Dedi berdiri di sampingnya, memantau proses yang sedang berlangsung.“Kita hampir selesai, Elsa,” kata Dedi, menyandarkan dirinya di meja yang dipenuhi monitor dan kabel-kabel. “Semua transaksi besar yang dilakukan tuan Arman dalam beberapa bulan terakhir sudah kita peta dengan jelas. Perusahaan-perusahaan yang dia kontrol mulai terhubung satu sama lain, dan mereka mulai terjerat dalam masalah finansial.”Elsa mengangguk
Read more

49. Kabur Lagi

Saat berada di dalam tahanan, Tuan Arman berhasil melarikan diri dengan segala kekuatan koneksinya. Bahkan dia belum menghubungi pihak pengacara saja, sudah cukup untuk dia bisa kabur dari tahanan sementara.Dan di sinilah akhirnya Tuan Arman berada. Di sebuah rumah kecil yang tersembunyi di pinggiran kota, Tuan Arman duduk dengan wajah penuh kemarahan. Rumah itu sangat sederhana dan jauh dari kemewahan yang biasa dia nikmati selama ini, namun saat ini tempat itu adalah satu-satunya tempat yang bisa dia gunakan untuk sembunyikan dirinya dari kejaran polisi. Dengan statusnya sebagai DPO, dia merasa terpojok. Semua jaringan yang dia bangun selama ini mulai runtuh, dan dia tahu hanya soal waktu sebelum polisi menemukannya."Sial! Brengsek! Seharusnya tidak seperti ini hasilnya. Arghh..." Tuan Arman memukul meja kayu di depannya, membuat barang-barang di atasnya bergetar. Wajahnya merah padam, matanya penuh kebencian.Sudah dua hari sejak Ryan dan timnya menggempur perusahaannya, menghanc
Read more

50. Melepas Ketegangan

Keadaan di rumah yang terlihat sunyi - karena memang sudah larut malam, Ryan membuka pintu kamar tidurnya dengan langkah pelan. Tubuhnya terasa berat setelah seharian menghadapi berbagai tekanan, mulai dari situasi di kantor hingga berlarut-larutnya kasus Tanu yang menguras emosinya. Wajahnya tampak lelah, garis-garis kelelahan semakin terlihat, namun hatinya tetap tidak bisa mengabaikan tanggung jawabnya dan kecemasan yang ada belum juga reda.Ketika pintu kamar tertutup di belakangnya, Erika sudah ada di dalam, duduk di tepi tempat tidur. Dengan ekspresi penuh perhatian, Erika bangkit lalu berjalan mendekat ke arah datangnya sang suami. Dia bisa merasakan kelelahan yang begitu jelas dari raut wajah suaminya."Mas Ryan, kau kelihatan sangat lelah. Apa masih ada yang mengganggu?" tanya Erika, suaranya lembut - merasa khawatir.Ryan menghela napas panjang, melepaskan sepatu yang menempel di kakinya dan duduk di sisi tempat tidur. "Semua hal terasa begitu berat akhir-akhir ini, sayang.
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status