Share

41. Situasi Sulit

Author: Tompealla Kriweall
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Dari kejauhan, seorang pria berpenampilan rapi mengamati situasi yang sedang berlangsung. Dia berdiri di dalam bayang-bayang kegelapan, memanfaatkan kegelapan malam untuk menyembunyikan niat jahatnya. Pria itu adalah Arman, seorang rival bisnis Tuan Lee yang telah lama menginginkan untuk menghancurkan reputasi dan kekuasaan pria itu. Dalam pandangannya, Tuan Lee adalah penghalang terbesar untuk mencapai tujuannya.

Mendengar berita tentang Tanu yang sudah tertangkap dan sedang dalam bahaya membuatnya tersenyum sinis, senang karena rencana yang telah disusun berjalan dengan mudah dan lancar.

“Begitu mudahnya mengatur rencana,” pikirnya. Arman telah merencanakan semuanya dengan hati-hati, dan sekarang saatnya untuk memanfaatkan situasi ini.

“Dengan menculik Tanu, aku bisa memaksa Tuan Lee untuk melakukan kesalahan,” gumamnya, menyeringai. Dia ingin melihat lelaki itu berjuang, terkejut dalam kepanikan saat tahu putra yang dibangga-banggakan dalam bahaya.

“Mungkin dia bahkan bisa mati kar
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   42. Belum Berakhir

    Dalam ketegangan yang menyelimuti malam, situasi semakin memburuk ketika bentrokan antara tiga kubu mulai mengemuka. Dika dan pria paruh baya bersiap untuk menyerang, namun mereka tidak sendirian. Dari arah lain, Arman dan sekutunya juga bersiap untuk bertindak, memanfaatkan kekacauan yang terjadi.Malam yang seharusnya digunakan untuk beristirahat dengan tenang, harus pecah karena ulah mereka-mereka. Untung saja, area yang mereka gunakan untuk bentrok ini ada di daerah sepi dari pemukiman warga.Dengan tatapan penuh, Dika bergerak lebih dekat. Dia berteriak pada sahabatnya supaya tenang, karena dia yang akan menyelesaikan kekacauan ini.“Tanu, bertahanlah! Aku akan membebaskanmu!” teriaknya dengan penuh semangat. Pria paruh baya di sampingnya menegaskan sikapnya, menatap pria besar itu dengan sinis, siap untuk melawan demi menyelamatkan Tanu.Namun, situasi menjadi semakin rumit ketika sekutu Arman muncul, kelompok pria bersenjata yang bersembunyi di kegelapan malam dengan berlindung

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   43. Serang Balik

    Dalam ketegangan yang melanda malam itu, suara sirene polisi semakin mendekat, menggema di kejauhan dan menambah ketidakpastian akan apa yang terjadi. Suasana semakin mencekam dengan pertarungan yang berlangsung di antara tiga kubu - Dika dan pria paruh baya melawan pria besar dan sekutunya, sementara Arman mengawasi dari jauh, berharap bisa memanfaatkan momen kacau itu.Kedua belah pihak saling menyerang, suara tinju dan teriakan beradu, menambah kebisingan di malam yang seharusnya tenang. Dika, meski merasakan sakit yang luar biasa akibat serangan-serangan yang didapatnya, tetapi dia tetap berusaha melindungi Tanu. Dia berusaha mencari celah untuk mendekat, namun semakin banyak sekutu Arman yang muncul mengancam harapan mereka untuk menyelamatkan Tanu.Di sisi lain, Tanu merasa terjebak di tengah ketidakpastian. Apalagi keadaannya belum benar-benar pulih dari kesadaran atau pengaruh alkohol.“Eughh ... A-pa yang harus kulakukan?” pikirnya, berusaha fokus pada suara Dika. Dengan mele

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   44. Supaya Cepat

    Kegelapan malam semakin membungkus pertempuran yang berlangsung, dengan setiap detik yang berlalu menambah ketegangan di antara ketiga kubu yang bertarung. Di tengah segala keributan ini, Tanu sudah terjatuh lemah, tubuhnya penuh luka dan darah yang mengalir dari beberapa pukulan. Keadaannya semakin buruk, ia terengah-engah berusaha untuk tetap sadar di tengah rasa sakit yang menguasainya.Tanu bukannya tidak bisa melawan, tapi karena dalam keadaan pengaruh alkohol, dia tidak bisa melawan dengan maksimal. Jadi, awalnya bisa dengan mudah membuatnya salah hingga babak belur.Dika, meski sudah lelah dan terhuyung-huyung, berusaha keras untuk bertahan. Wajahnya penuh luka dan napasnya tersengal, namun dia tidak mau menyerah."Tanu, bertahanlah... sedikit lagi!" teriaknya, meskipun tubuhnya terasa seperti akan remuk. Dia mencoba menghadang setiap serangan, berusaha untuk melindungi Tanu yang semakin terpuruk dalam situasi ini. Pria paruh baya yang ada di samping Dika, meski tidak sepenuhn

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   45. Tetap Khawatir

    "Man, cepat lah!" perintah Tuan Lee pada supir. Dia sangat cemas dengan keselamatan putranya."I-ya, iya Tuan." Pak Maman - supir, mengganguk mengiyakan saja.Meskipun beberapa waktu terakhir ini Tanu begitu menyebalkan karena sering membangkang, bagaimanapun juga Tanu tetap putranya. Anak laki-laki yang tidak hanya menggantikan dirinya sebagai pemimpin perusahaan, tetapi juga marga keluarga Lee.Dalam kegelapan malam yang semakin pekat, Tuan Lee akhirnya tiba di lokasi setelah perjalanan yang terasa lebih panjang dari biasanya. Mobilnya berhenti tepat di tepi kerumunan, dan Tuan Lee keluar dengan langkah terburu-buru. Matanya langsung menyapu tempat itu, mencari-cari keberadaan putranya, Tanu. Suasana yang kacau dan suara sirene polisi yang semakin mendekat membuatnya semakin cemas.Di tengah keributan, ia melihat sesosok tubuh yang tergeletak di tanah - dipangkuan menantunya. Sejenak, pandangannya terfokus pada Dika yang terluka parah, dan kemud

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   46. Apa Bisa Selamat?

    Di rumah sakit.Setibanya di rumah sakit, suasana di ruang IGD (Instalasi Gawat Darurat) begitu sibuk. Tuan Lee, Ryan, dan dua anggota polisi mengikuti dengan cemas di belakang petugas medis yang membawa Tanu dan Dika melalui lorong-lorong sempit menuju ruang perawatan. Ketegangan begitu terasa, berlomba dengan rasa khawatir dan degup jantung dengan setiap detik yang berlalu membawa harapan sekaligus ketakutan yang lebih besar.Di ruang IGD, sejumlah tenaga medis bergerak cepat, membagi tugas mereka dengan profesionalisme yang tinggi. Seorang dokter yang memimpin tim, Dr. Natan, mengenakan jas putih dengan masker bedah yang menutupi sebagian wajahnya. Matanya yang tajam memandang dengan serius ke arah Tanu yang terluka parah, tubuhnya penuh dengan luka-luka dan darah yang terus mengalir.Sedangkan Dika ditangani oleh tim dokter yang lain, yang tidak kalah terus menangani luka-luka di tubuhnya Dika."Tolong, bantu saya!" teriak Dr. Natan kepada asistennya saat mereka mulai menangani Ta

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   47. Dalam Kendali

    Setelah beberapa jam berlalu, suasana di ruang IGD masih penuh dengan ketegangan. Tuan Lee, Ryan, dan Erika berdiri di luar ruang perawatan, mereka tak mampu berbuat banyak selain menunggu kabar dari dokter. Keadaan Tanu dan Dika masih sangat kritis, dan meskipun dokter telah berusaha sebaik mungkin, mereka belum bisa memberikan kepastian dengan hasilnya.Namun, ketika pintu IGD terbuka lagi dan Dr. Natan keluar dengan ekspresi yang serius, semua mata langsung tertuju padanya. Ryan mendekat dengan langkah tergesa-gesa, berharap mendapatkan kabar baik, meskipun rasa cemas menggerogoti setiap syaraf dalam tubuhnya."Dokter... bagaimana kondisi kakak saya? Bagaimana Tanu?" Ryan bertanya, suaranya serak. Tuan Lee di sampingnya, wajahnya semakin muram, menunggu dengan penuh harap akan keselamatan putranya.Dr. Natan menghela napas panjang sebelum akhirnya berbicara dengan hati-hati. Dia tidak ingin membuat keluarga pasien merasa lebih khawatir lagi."Kondisinya stabil, tetapi ini belum bis

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   48. Mulai Terkuak

    Dua hari setelah kejadian yang mengguncang keluarga Lee, suasana di kantor Ryan terkesan semakin tegang. Elsa, salah satu asisten Ryan yang satu-satunya berjenis kelamin perempuan - sang ahli IT, dan Dedi, asisten yang selalu sigap, sudah memulai langkah-langkah untuk menghancurkan kekuatan ekonomi yang dimiliki oleh Tuan Arman. Berbekal keterampilan mereka, keduanya bekerja tanpa henti, menggunakan segala cara yang ada untuk menghancurkan perusahaan milik Arman.Saat ini Elsa duduk di depan laptop, wajahnya serius saat menatap layar yang penuh dengan data dan grafik. Dedi berdiri di sampingnya, memantau proses yang sedang berlangsung.“Kita hampir selesai, Elsa,” kata Dedi, menyandarkan dirinya di meja yang dipenuhi monitor dan kabel-kabel. “Semua transaksi besar yang dilakukan tuan Arman dalam beberapa bulan terakhir sudah kita peta dengan jelas. Perusahaan-perusahaan yang dia kontrol mulai terhubung satu sama lain, dan mereka mulai terjerat dalam masalah finansial.”Elsa mengangguk

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   49. Kabur Lagi

    Saat berada di dalam tahanan, Tuan Arman berhasil melarikan diri dengan segala kekuatan koneksinya. Bahkan dia belum menghubungi pihak pengacara saja, sudah cukup untuk dia bisa kabur dari tahanan sementara.Dan di sinilah akhirnya Tuan Arman berada. Di sebuah rumah kecil yang tersembunyi di pinggiran kota, Tuan Arman duduk dengan wajah penuh kemarahan. Rumah itu sangat sederhana dan jauh dari kemewahan yang biasa dia nikmati selama ini, namun saat ini tempat itu adalah satu-satunya tempat yang bisa dia gunakan untuk sembunyikan dirinya dari kejaran polisi. Dengan statusnya sebagai DPO, dia merasa terpojok. Semua jaringan yang dia bangun selama ini mulai runtuh, dan dia tahu hanya soal waktu sebelum polisi menemukannya."Sial! Brengsek! Seharusnya tidak seperti ini hasilnya. Arghh..." Tuan Arman memukul meja kayu di depannya, membuat barang-barang di atasnya bergetar. Wajahnya merah padam, matanya penuh kebencian.Sudah dua hari sejak Ryan dan timnya menggempur perusahaannya, menghanc

Latest chapter

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   115. Menggali Ingatan

    Waktu jam kantor sudah usai, sementara Ryan duduk termenung sendirian di ruang kantornya yang sepi - semua asistennya sudah pergi dan melakukan tugasnya masing-masing.Lampu meja yang redup memberikan suasana muram pada ruangan, seolah mencerminkan kegelisahan yang tak pernah pergi dari benaknya Ryan. Tangannya menggenggam pena, tapi pikirannya melayang jauh, menembus waktu, ke kehidupan yang pernah ia jalani. Suatu kehidupan yang membuatnya mati dengan cara yang tragis—dikhianati oleh orang-orang yang seharusnya berada di sisinya.Ryan masih ingat dengan jelas, hari itu adalah hari yang kelam. Saat semua yang ia bangun perlahan hancur berantakan, dan ia tidak pernah sempat menemukan siapa yang berada di balik semua penderitaannya. Ryan tersenyum pahit, mengingat detik-detik menjelang kecelakaan yang merenggut nyawanya. Tubuhnya terlempar dari mobil yang tergelincir di tikungan tajam jalan raya, dan saat kesadarannya perlahan memudar, hanya satu pikiran yang memenuhi benaknya saat itu

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   104. Tertekan Situasi

    Erika sedang duduk di teras rumahnya - sendiri karena Ryan masih berada di kantor, menikmati sore yang tenang dengan secangkir teh di tangannya. Udara sejuk sedikit membantu meredakan pikirannya yang sejak beberapa hari terakhir terus dipenuhi oleh kekacauan yang menimpa dirinya dan Elsa. Belum lagi pikiran tentang ancaman demi ancaman yang diterimanya - juga Tanu yang sering membuatnya khawatir, terutama setelah kegagalan perusahaan yang sempat membebani kakak laki-lakinya itu."Atau, kegagalan kakak ada kaitannya dengan semua ini?" gumam Erika yang sedang berpikir.Ketika sedang tenggelam dalam pikirannya, terdengar suara mobil berhenti di depan rumah. Erika menoleh dan mendapati Nyonya Lee turun dari mobil mewahnya dengan elegan. Sosok wanita paruh baya itu tampak anggun dalam balutan busana mahal, namun senyum yang menghiasi wajahnya kali ini berbeda—ada sesuatu yang nampaknya ingin ia sampaikan.“Ma…” Erika berdiri, menyambut kedatangan ibu mereka dengan sedikit canggung. Biasany

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   113. Fakta Baru

    Ceklek!"Tanu!" panggil seseorang yang baru saja masuk ke ruangannya - dengan nada tinggi."Kau..." Tanu tidak sanggup menyebutkan sebuah nama, yang baru saja masuk ke dalam ruangannya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.Tanu mematung di tempatnya, matanya terpaku pada sosok yang berdiri di ambang pintu. Wajah itu tidak asing baginya—begitu akrab hingga membawa kenangan yang sempat ia kubur dalam-dalam."Mei..." gumam Tanu, suaranya serak.Wanita itu melangkah masuk dengan tatapan penuh emosi. Dia tampak berbeda dari terakhir kali mereka bertemu. Raut wajahnya tidak hanya memancarkan kemarahan, tetapi juga keteguhan, seolah dia datang dengan tujuan yang jelas."Tanu, kita harus bicara," kata Mei tegas, tanpa basa-basi."Kalau ini soal masa lalu, Maya, aku sudah selesai dengan semua itu. Aku sudah minta maaf..." Tanu menghela napas panjang, lalu kembali duduk di kursinya.Maya mendengus tak suka dengan jawaban Tanu, sebab dia ingin bicara sesuatu yang lebih besar daripada masalah yan

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   112. Banyak Yang Dipikirkan

    Perusahaan keluarga Lee.Di ruangannya, Tanu duduk termenung di balik meja kerjanya. Laporan keuangan yang sebelumnya memenuhi pikirannya kini hanya seperti bayangan kabur. Kata-kata mamanya, "Keluarga Lee membutuhkan penerus," terus terngiang di kepalanya. Meski ia tahu maksud mamanya baik, tapi rasanya terlalu banyak beban yang harus ia pikul.Bukannya Tanu tidak tertarik dengan Clara. Gadis itu anggun dan terlihat cerdas. Namun, pikirannya terlalu penuh dengan masalah perusahaan. Di balik pintu tertutup ruangannya, Tanu merasa sendirian, memikul harapan keluarganya yang begitu besar."Hm..."Dia menatap ponselnya yang tergeletak di meja, ada panggilan tak terjawab dari papanya - Tuan Lee. Mungkin sang papa ingin membahas situasi perusahaan, atau lebih buruk lagi, tentang rencana perjodohan ini.Bisa jadi, kan? Nyonya Lee tentu meminta dukungan dari suaminya, dengan alasan jika sudah waktunya Tanu menikah dan memiliki keluarga agar punya anak juga. Dan Nyonya Lee pastinya mengompor-

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   111. Dia Terlibat

    Rumah Sakit.Di kamar rawat inap Elsa, suasana terasa tenang meski udara dingin dari AC sedikit menusuk kulit. Elsa masih terbaring dengan selimut menutupi tubuhnya. Wajahnya tampak lelah, tetapi sorot matanya tetap menunjukkan tekadnya yang kuat. Di kursi sebelah tempat tidurnya, Dedi duduk dengan serius, tangannya memegang laptop kecil yang terhubung dengan ponsel Elsa.“Mas Dedi,” panggil Elsa, suaranya pelan namun tetap terdengar pasti.“Ya, El?” Dedi langsung menoleh, mengalihkan perhatiannya dari layar laptop.“Aku butuh bantuanmu untuk menyelidiki seseorang,” ujar Elsa tanpa basa-basi. Ia berusaha duduk, tetapi Dedi segera membantunya agar tidak terlalu memaksakan diri - karena Elsa masih belum cukup kuat.“Siapa yang harus aku selidiki, El?” tanya Dedi, wajahnya menunjukkan kesiapan penuh.“Diana,” jawab Elsa sambil menarik napas dalam. “Dia staf keuangan di perusahaan, mas. Beberapa waktu lalu, aku menemukan bukti kalau dia melakukan penyelewengan dana. Tapi sebelum aku bisa

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   110. Dijodohkan

    Di tengah kesibukannya di kantor keluarga Lee, Tanu sibuk memeriksa tumpukan laporan keuangan yang harus ia teliti. Ia mengerjakan setiap angka dengan teliti, memastikan tidak ada kesalahan yang terlewatkan. Fokusnya penuh, meski kelelahan mulai terasa. Namun, keseriusannya tiba-tiba terhenti ketika pintu ruangannya diketuk keras, dan masuklah mamanya, Nyonya Lee, bersama seorang gadis muda yang cantik dan anggun.“Mama?” Tanu menatap mamanya dengan sedikit bingung, apalagi melihat kehadiran tamu tak diundang itu.Nyonya Lee tersenyum, tampak sangat senang dengan apa yang dilakukannya. "Tanu, sayang, Mama ingin mengenalkan seseorang padamu." Ia memandang gadis di sebelahnya dengan bangga."Ini Clara, anak temannya Mama. Kalian harus saling mengenal lebih baik, ya!" Nyonya Lee memperkenalkan gadis yang berada di sampingnya.Tanu menghela napas dalam-dalam. Ia bisa menebak ke mana arah percakapan ini akan menuju. Ya, sama seperti beberapa waktu lalu sebelum adiknya - Erika, resmi menika

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   109. Red Flag

    Dia hari berlalu, suasana yang menegangkan perlahan-lahan mulai tenang. Erika, yang sebelumnya diteror dengan ancaman dan rasa takut, kini bisa sedikit bernapas lega. Tidak ada lagi pesan-pesan menakutkan atau kejadian aneh yang mengancam keselamatan keluarganya. Meski begitu, Ryan tidak mau lengah. Dia tetap waspada dengan keselamatan istrinya. Dia tahu bahwa meskipun keadaan terlihat tenang, ancaman bisa datang kapan saja.Ryan mengambil keputusan untuk meningkatkan pengamanan bagi Erika. Ia mempekerjakan tim keamanan pribadi - yang memang dimiliki dan dipimpin Tomi untuk menjaga rumah mereka, memastikan Erika selalu ditemani oleh pengawal setiap kali ia keluar rumah. Meskipun Erika sempat merasa tidak nyaman dengan langkah ini, Ryan bersikeras bahwa ini adalah langkah pencegahan yang memang diperlukan."Aku tidak ingin mengambil risiko, Erika. Kita belum tahu siapa yang benar-benar ada di balik semua ini," terang Ryan saat istrinya protes.Erika masih mencoba meyakinkan Ryan bahwa

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   108. Benar Dia

    Elsa terdiam sejenak, menggigit bibirnya sambil menatap Erika dan Nyonya Lee yang sedang menunggu jawabannya dengan penuh harap. Namun, sebelum dia sempat membuka mulut, pintu ruang rawat terbuka. Ryan masuk dengan langkah tergesa, diikuti oleh Fery yang tampak membawa beberapa dokumen.Wajah Ryan langsung mencari Elsa begitu dia masuk. Tapi dia tersenyum begitu melihat keberadaan isteri dan mertuanya, Nyonya Lee. Setelah menyapa dan memberikan kecupan di kening, Ryan beralih pada Elsa. Dia ingin mengajukan beberapa pertanyaan pada asistennya yang seorang ahli IT tersebut, meskipun saat ini Elsa masih berbaring di rumah sakit."Elsa, apa kabar?" tanyanya dengan nada kekhawatiran, tapi tetap tegas. Ia lalu menoleh sekilas ke arah Erika dan Nyonya Lee, memberi mereka senyum singkat sebelum akhirnya berjalan mendekat ke tempat tidur Elsa."Saya baik, Pak Ryan. Terima kasih sudah datang," jawab Elsa pelan, sedikit ragu dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia merapikan selimut di pan

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   107. Jawaban Elsa

    Ryan tiba di kantor dengan suasana hati yang masih dipenuhi kekhawatiran tentang istrinya, Erika yang pergi ke rumah sakit untuk menemui Elsa. Meskipun ia berusaha fokus pada pekerjaan, pikirannya terus melayang pada Erika dan ancaman-ancaman yang mereka hadapi.Kantor pusat Ryan terletak di gedung perkantoran modern di pusat kota, lantai paling atas dengan pemandangan kota yang luas. Begitu ia masuk ke ruang kerjanya, dua asistennya, Dedi dan Fery, sudah menunggunya dengan tumpukan laporan yang perlu diselesaikan."Selamat pagi, Pak Ryan," sapa Dedi, sambil memberikan setumpuk dokumen yang sudah dirapikan. "Semua berkas sudah siap untuk presentasi pagi ini. Meeting dengan tim akan mulai lima belas menit lagi."Ryan mengangguk singkat, mengambil dokumen itu dan mulai membacanya sekilas. "Terima kasih, Dedi. Fery, pastikan kamu tetap standby selama meeting. Ada beberapa detail yang mungkin perlu kita diskusikan lebih lanjut setelah itu."Fery yang

DMCA.com Protection Status