Semua Bab Kebangkitan Menantu Terbuang: Bab 31 - Bab 40

123 Bab

31. Resah

Ryan baru saja keluar dari ruangan ketika dia menerima pesan dari Erika, namun suasana di kepalanya sudah penuh dengan ketegangan. Saat dia berusaha mencerna situasi yang baru saja terjadi, langkahnya terhenti ketika Tanu menyusulnya dengan tatapan penuh amarah.“Ryan, ini semua salahmu!” Tanu tiba-tiba meluapkan emosinya. “Jika kamu tidak mengikutsertakan dirimu dalam masalah ini, mungkin Julian tidak akan melarikan diri. Kau seharusnya mendukungku, bukan membiarkan dia pergi begitu saja!”“Tanu, tunggu sebentar! Aku hanya ingin membantu, bukan menyalahkan siapa pun. Kita semua tahu Julian yang seharusnya bertanggung jawab atas tindakannya. Dia yang membuat keputusan untuk pergi!” Ryan terkejut mendengar tuduhan kakak iparnya barusan.“Benar, tapi kamu seharusnya bisa melihat bahwa kehadiranmu justru membuat situasi ini semakin buruk!” Tanu menegaskan, dengan suaranya tinggi.“Kau memberinya alasan untuk melarikan diri. Jika tidak ada campur tanganmu, dia mungkin akan menghadapi masa
Baca selengkapnya

32. Jelas Salah

Di tempatnya berada, Ryan justru mendapatkan hinaan dari Julian. Mantan atasannya Ryan itu tetap tidak mempercayai jika Ryan sesukses itu, berpikir bahwa semuanya hanya rekayasa Ryan supaya bisa mengambil hati Tuan Lee dan bisa menikahi Erika.Sementara Ryan merasakan sakit di wajahnya setelah pukulan dari Julian, dan sudut bibirnya tampak mengalir darah. Kejadian itu membuatnya tertegun sejenak, bingung dengan reaksi laki-laki itu yang seharusnya bisa dia ajak berbicara.“Pak Julian, apa yang kamu lakukan?” Ryan berusaha menahan rasa sakit dan amarah karena terkejut.“Ini semua karena kamu! Jika kamu tidak ada di sini, aku tidak akan merasa tertekan dan terpaksa melarikan diri!” Julian berteriak, suaranya dipenuhi emosi yang sulit ditangkap oleh Ryan.“Bukan aku yang membuat keputusan itu, pak Julian. Kamu sendiri yang memilih untuk kabur! Kita semua ingin kamu bertanggung jawab,” sahut Ryan berusaha tetap tenang meski rasa sakit di wajahnya mulai berdenyut.Julian mendesah, tatapan
Baca selengkapnya

33. Hanya Bualan

“Siapa kamu?” tanya Erika dengan nada dingin, berusaha menahan emosinya.Erika menatap tajam pada orang yang baru mendekatinya. Wanita itu tidak bisa mengerti mengapa ada orang yang tidak dikenalinya itu berani mengungkapkan kata-kata yang menyakitkan seperti tadi.“Oh ya, kenalkan, namaku Dika. Aku teman baik Julian,” jawab pria itu dengan senyum yang tidak menyenangkan. “Kamu tahu, banyak orang berbicara tentang bagaimana watak aslinya Julian yang suka kabur dari tanggung jawabnya. Mereka bilang, jika kamu menjadi tunangannya, kamu seharusnya bisa menjaga Julian agar tidak melarikan diri.”“Apa maksudmu bicara seperti itu? Itu bukan urusanmu!” suara Erika meninggi, menunjukkan rasa ketidaksukaannya dalam setiap kata yang diucapkan pria itu.Erika merasa darahnya mendidih mendengar komentar orang yang bahkan baru pertama kalinya ini ditemui, dan Erika seketika sadar bahwa kakaknya - Tanu, sudah salah dalam memilih teman.Dika mengangkat bahu, terlihat santai seolah-olah tidak peduli
Baca selengkapnya

34. Bukan Pecundang

Di restoran.Saat Erika menunggu dengan penuh kecemasan, pintu restoran terbuka dan Julian masuk. Senyum lebar menghiasi wajahnya, seolah-olah semua masalah yang ditinggalkannya tidak pernah terjadi. Dia mencari-cari di antara kerumunan, dan saat melihat Erika, dia bergegas menghampirinya.“Erika! Kenapa kamu di sini sendirian?” tanyanya dengan nada ceria, namun dalam hati Erika, rasa cemas mulai menyelimuti kembali.“Julian! Aku… aku menunggu mas Ryan,” jawab Erika ragu, mengingat perkataan Dika yang masih membekas di pikirannya. Dia merasa tidak nyaman melihat Julian, terutama setelah mendengar komentar yang menyakitkan dari Dika.“Ryan? Kenapa dia tidak di sini? Ada masalah?” Julian bertanya dengan nada penuh perhatian, seolah-olah sangat peduli pada keadaan Erika.Laki-laki itu tersenyum dalam hati, berpikir bahwa rencananya akan segera diwujudkan. Tadi, saat permasalahan menimpanya dan salah satu penyebabnya adalah Ryan, Julian sangat kesal. Tapi di saat mendapatkan pesan dari Di
Baca selengkapnya

35. Pengganggu

Suasana di restoran semakin tegang saat Ryan mendapati Julian berdiri dekat Erika. Rasa cemas dan marah menyatu dalam diri Ryan, membuatnya ingin segera melindungi istrinya. Saat Julian mengangkat alisnya, dia merasakan tantangan dalam tatapan Ryan.“Halo, Ryan! Senang melihatmu lagi,” sapa Julian dengan nada yang berusaha terdengar ramah, meski dalam hatinya bergejolak rasa kesal, senang tapi juga marah melihat situasi ini. Dia tahu bahwa jika berhasil membuat Erika ragu terhadap suaminya, dia bisa mengambil keuntungan dari situasi ini.“Senang melihatmu juga, pak Julian. Kenapa Anda ada di sini?” Ryan bertanya, suaranya datar dan tajam saat bicara formal, menandakan ketidaknyamanan hubungan mereka.“Oh, aku hanya mencoba menemani Erika saat kamu tidak bisa datang. Ternyata, dia membutuhkan teman." Julian menjawab dengan senyum yang dipaksakan, seakan-akan tidak ada yang aneh dengan kehadirannya yang tidak pernah diharapkan.“Dan sepertinya kamu berhasil. Tapi aku datang sekarang, j
Baca selengkapnya

36. Kalah Lagi

Suasana di restoran terasa semakin tegang, dan Erika bisa merasakan napasnya yang berat di antara dua pria yang sedang berdebat.Julian, dengan pakaian rapinya yang sudah sedikit berantakan tertegun mendengar penegasan Erika, tetapi amarah dan ketidakpuasan segera muncul di wajahnya. Dia merasa usahanya untuk menjatuhkan Ryan akan sia-sia jika Erika tetap berdiri di samping suaminya.Ryan, dengan segala ketenangan yang dimilikinya, tetap fokus pada Erika. Penampilannya juga masih rapi tidak seperti Julian yang memang terlihat sedikit tidak rapi. Laki-laki itu tahu betapa besar rasa cinta dan perasaan istrinya, dan ia ingin memastikan bahwa ia akan tetap menjadi tempat perlindungan bagi Erika.“Kita bisa melanjutkan makan kita, sayang. Aku sudah pesan beberapa makanan yang kamu suka,” ujarnya dengan senyum hangat, berusaha mengalihkan perhatian dari pertikaian yang tidak perlu ini.Namun, Julian yang masih berusaha mempertahankan posisinya, berkata, “Tunggu dulu, Ryan. Apakah kamu bena
Baca selengkapnya

37. Pecundang yang Sebenarnya

Setelah kepergian Julian dan Dika, suasana di restoran mulai tenang kembali. Ryan dan Erika duduk berseberangan, saling menatap dengan campuran rasa lega dan cinta yang mendalam. Ryan merasa hatinya dipenuhi rasa bersalah karena telah mengabaikan perhatian yang seharusnya diberikan kepada istrinya di tengah kesibukannya mengembangkan bisnis.Erika tersenyum lembut, namun Ryan dapat melihat ada bayangan ketegangan yang tersisa di matanya. Ia merasa perlu melakukan sesuatu untuk menebus rasa bersalah dan menunjukkan betapa berartinya Erika baginya. Dengan lembut, Ryan menggenggam tangan Erika, menyalurkan rasa hangat yang menenangkan.“Sayang, aku minta maaf jika selama ini kamu merasa ditinggalkan. Semua ini tidak seharusnya terjadi. Aku ingin kita bisa lebih baik lagi,” ucapnya lembut.Erika mengangguk, mata mereka saling bertautan lama seakan-akan menikmati waktu yang telah lewat. Mereka tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan saat mereka bisa berdua, tanpa harus memikirkan apapun.“Ak
Baca selengkapnya

38. Suasana yang Berbeda

Sesampainya di rumah mereka yang tenang, setelah melalui hari yang penuh ketegangan, Ryan dan Erika masuk ke kamar mereka. Udara malam terasa lebih hangat, seolah menyelimuti mereka dalam keheningan yang penuh dengan perasaan dan ketulusan.Ryan duduk di tepi ranjang, melepaskan sepatu dan jaketnya. Erika, yang sudah menyiapkan suasana, mendekat dengan langkah pelan, matanya penuh dengan kelembutan. Dia tahu betul bagaimana cara menghibur dan menenangkan suaminya setelah hari yang penuh tantangan ini."Mas, aku tahu kamu sudah cukup lelah hari ini," ujar Erika dengan suara lembut, menatap Ryan dengan penuh perhatian. "Tapi aku ingin memastikan bahwa kamu merasa nyaman di sini, di rumah kita ini, bersama aku."Ryan menatap istrinya dengan senyum kecil, merasa bersyukur memiliki Erika di sisinya. "Kamu selalu tahu bagaimana membuatku merasa lebih baik, sayang."Erika perlahan mengusap pundak Ryan, merasakan betapa lelahnya tubuh suaminya. Namun, ada sesuatu yang lebih dalam yang ingin d
Baca selengkapnya

39. Rencana Licik

Julian duduk termenung di dalam kamarnya, matanya menatap kosong ke luar jendela. Malam semakin larut, namun pikirannya tak kunjung tenang. Suasana kota yang hening terasa kontras dengan gelora emosi yang ada dalam dirinya. Perasaan marah, kecewa, dan kesepian bercampur aduk. Semua yang dia usahakan, semua yang dia perjuangkan, kini terasa seperti puing-puing yang hancur di depannya.Tanu, salah satu teman sekaligus sahabat terdekatnya terasa semakin jauh dari harapannya, dan Ryan, yang kini sukses dengan Erika, semakin memperburuk perasaan hati Julian. Sebuah rasa marah, kecewa dan sejuta rasa lainnya mulai menguasai. Ia menyadari bahwa "pertempuran" yang ia hadapi bukan hanya dengan Ryan, tapi juga dengan masa lalu yang kembali menghantuinya. Masa lalu yang melibatkan Tuan Lee, pria yang menjadi penyebab kecelakaan yang menewaskan kedua orang tuanya.Julian memijat pelipisnya, berpikir keras. Ia tahu, untuk mencapai tujuannya—membalas dendam pada Tuan Lee—dia harus merencanakan lang
Baca selengkapnya

40. Ancaman Serius

Tanu terkulai di dalam taksi, kepalanya serasa mau pecah akibat alkohol yang masih mengalir dalam tubuhnya. Ia menatap kosong ke luar jendela, memandangi lampu-lampu kota yang berkelap-kelip, merasa dunia di sekitarnya berputar. Suara musik yang menggema dari klub malam masih terngiang di telinganya, menciptakan ruwetnya semua hal yang ada dalam pikirannya yang sudah kacau.“Hai, kau! Ke mana pun, cepat!” teriak Tanu pada sopir taksi, berusaha menegakkan diri meski tubuhnya terasa berat, lalu ambruk lagi.Namun, pikiran-pikiran laki-laki itu tidak bisa berhenti memikirkan semua masalah yang dihadapinya. Papanya, Julian dan bisnisnya yang hancur menyebabkan semua masalah yang berkaitan dengannya membuat posisi dirinya merasa semakin terjepit.Di luar mobil, seperti ada banyak sekali bayangan-bayangan gelap mengintai. Dan salah satu dari mereka - bayangan itu, seorang pria bertubuh besar dengan jaket hitam, menunggu di sudut jalan. Rencana untuk mencelakai Tanu telah disusun dengan mata
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status