Share

39. Rencana Licik

last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-04 22:55:03

Julian duduk termenung di dalam kamarnya, matanya menatap kosong ke luar jendela. Malam semakin larut, namun pikirannya tak kunjung tenang. Suasana kota yang hening terasa kontras dengan gelora emosi yang ada dalam dirinya. Perasaan marah, kecewa, dan kesepian bercampur aduk. Semua yang dia usahakan, semua yang dia perjuangkan, kini terasa seperti puing-puing yang hancur di depannya.

Tanu, salah satu teman sekaligus sahabat terdekatnya terasa semakin jauh dari harapannya, dan Ryan, yang kini sukses dengan Erika, semakin memperburuk perasaan hati Julian. Sebuah rasa marah, kecewa dan sejuta rasa lainnya mulai menguasai. Ia menyadari bahwa "pertempuran" yang ia hadapi bukan hanya dengan Ryan, tapi juga dengan masa lalu yang kembali menghantuinya. Masa lalu yang melibatkan Tuan Lee, pria yang menjadi penyebab kecelakaan yang menewaskan kedua orang tuanya.

Julian memijat pelipisnya, berpikir keras. Ia tahu, untuk mencapai tujuannya—membalas dendam pada Tuan Lee—dia harus merencanakan lang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   40. Ancaman Serius

    Tanu terkulai di dalam taksi, kepalanya serasa mau pecah akibat alkohol yang masih mengalir dalam tubuhnya. Ia menatap kosong ke luar jendela, memandangi lampu-lampu kota yang berkelap-kelip, merasa dunia di sekitarnya berputar. Suara musik yang menggema dari klub malam masih terngiang di telinganya, menciptakan ruwetnya semua hal yang ada dalam pikirannya yang sudah kacau.“Hai, kau! Ke mana pun, cepat!” teriak Tanu pada sopir taksi, berusaha menegakkan diri meski tubuhnya terasa berat, lalu ambruk lagi.Namun, pikiran-pikiran laki-laki itu tidak bisa berhenti memikirkan semua masalah yang dihadapinya. Papanya, Julian dan bisnisnya yang hancur menyebabkan semua masalah yang berkaitan dengannya membuat posisi dirinya merasa semakin terjepit.Di luar mobil, seperti ada banyak sekali bayangan-bayangan gelap mengintai. Dan salah satu dari mereka - bayangan itu, seorang pria bertubuh besar dengan jaket hitam, menunggu di sudut jalan. Rencana untuk mencelakai Tanu telah disusun dengan mata

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-05
  • Kebangkitan Menantu Terbuang   41. Situasi Sulit

    Dari kejauhan, seorang pria berpenampilan rapi mengamati situasi yang sedang berlangsung. Dia berdiri di dalam bayang-bayang kegelapan, memanfaatkan kegelapan malam untuk menyembunyikan niat jahatnya. Pria itu adalah Arman, seorang rival bisnis Tuan Lee yang telah lama menginginkan untuk menghancurkan reputasi dan kekuasaan pria itu. Dalam pandangannya, Tuan Lee adalah penghalang terbesar untuk mencapai tujuannya.Mendengar berita tentang Tanu yang sudah tertangkap dan sedang dalam bahaya membuatnya tersenyum sinis, senang karena rencana yang telah disusun berjalan dengan mudah dan lancar.“Begitu mudahnya mengatur rencana,” pikirnya. Arman telah merencanakan semuanya dengan hati-hati, dan sekarang saatnya untuk memanfaatkan situasi ini.“Dengan menculik Tanu, aku bisa memaksa Tuan Lee untuk melakukan kesalahan,” gumamnya, menyeringai. Dia ingin melihat lelaki itu berjuang, terkejut dalam kepanikan saat tahu putra yang dibangga-banggakan dalam bahaya.“Mungkin dia bahkan bisa mati kar

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-07
  • Kebangkitan Menantu Terbuang   42. Belum Berakhir

    Dalam ketegangan yang menyelimuti malam, situasi semakin memburuk ketika bentrokan antara tiga kubu mulai mengemuka. Dika dan pria paruh baya bersiap untuk menyerang, namun mereka tidak sendirian. Dari arah lain, Arman dan sekutunya juga bersiap untuk bertindak, memanfaatkan kekacauan yang terjadi.Malam yang seharusnya digunakan untuk beristirahat dengan tenang, harus pecah karena ulah mereka-mereka. Untung saja, area yang mereka gunakan untuk bentrok ini ada di daerah sepi dari pemukiman warga.Dengan tatapan penuh, Dika bergerak lebih dekat. Dia berteriak pada sahabatnya supaya tenang, karena dia yang akan menyelesaikan kekacauan ini.“Tanu, bertahanlah! Aku akan membebaskanmu!” teriaknya dengan penuh semangat. Pria paruh baya di sampingnya menegaskan sikapnya, menatap pria besar itu dengan sinis, siap untuk melawan demi menyelamatkan Tanu.Namun, situasi menjadi semakin rumit ketika sekutu Arman muncul, kelompok pria bersenjata yang bersembunyi di kegelapan malam dengan berlindung

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-07
  • Kebangkitan Menantu Terbuang   43. Serang Balik

    Dalam ketegangan yang melanda malam itu, suara sirene polisi semakin mendekat, menggema di kejauhan dan menambah ketidakpastian akan apa yang terjadi. Suasana semakin mencekam dengan pertarungan yang berlangsung di antara tiga kubu - Dika dan pria paruh baya melawan pria besar dan sekutunya, sementara Arman mengawasi dari jauh, berharap bisa memanfaatkan momen kacau itu.Kedua belah pihak saling menyerang, suara tinju dan teriakan beradu, menambah kebisingan di malam yang seharusnya tenang. Dika, meski merasakan sakit yang luar biasa akibat serangan-serangan yang didapatnya, tetapi dia tetap berusaha melindungi Tanu. Dia berusaha mencari celah untuk mendekat, namun semakin banyak sekutu Arman yang muncul mengancam harapan mereka untuk menyelamatkan Tanu.Di sisi lain, Tanu merasa terjebak di tengah ketidakpastian. Apalagi keadaannya belum benar-benar pulih dari kesadaran atau pengaruh alkohol.“Eughh ... A-pa yang harus kulakukan?” pikirnya, berusaha fokus pada suara Dika. Dengan mele

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • Kebangkitan Menantu Terbuang   44. Supaya Cepat

    Kegelapan malam semakin membungkus pertempuran yang berlangsung, dengan setiap detik yang berlalu menambah ketegangan di antara ketiga kubu yang bertarung. Di tengah segala keributan ini, Tanu sudah terjatuh lemah, tubuhnya penuh luka dan darah yang mengalir dari beberapa pukulan. Keadaannya semakin buruk, ia terengah-engah berusaha untuk tetap sadar di tengah rasa sakit yang menguasainya.Tanu bukannya tidak bisa melawan, tapi karena dalam keadaan pengaruh alkohol, dia tidak bisa melawan dengan maksimal. Jadi, awalnya bisa dengan mudah membuatnya salah hingga babak belur.Dika, meski sudah lelah dan terhuyung-huyung, berusaha keras untuk bertahan. Wajahnya penuh luka dan napasnya tersengal, namun dia tidak mau menyerah."Tanu, bertahanlah... sedikit lagi!" teriaknya, meskipun tubuhnya terasa seperti akan remuk. Dia mencoba menghadang setiap serangan, berusaha untuk melindungi Tanu yang semakin terpuruk dalam situasi ini. Pria paruh baya yang ada di samping Dika, meski tidak sepenuhn

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • Kebangkitan Menantu Terbuang   45. Tetap Khawatir

    "Man, cepat lah!" perintah Tuan Lee pada supir. Dia sangat cemas dengan keselamatan putranya."I-ya, iya Tuan." Pak Maman - supir, mengganguk mengiyakan saja.Meskipun beberapa waktu terakhir ini Tanu begitu menyebalkan karena sering membangkang, bagaimanapun juga Tanu tetap putranya. Anak laki-laki yang tidak hanya menggantikan dirinya sebagai pemimpin perusahaan, tetapi juga marga keluarga Lee.Dalam kegelapan malam yang semakin pekat, Tuan Lee akhirnya tiba di lokasi setelah perjalanan yang terasa lebih panjang dari biasanya. Mobilnya berhenti tepat di tepi kerumunan, dan Tuan Lee keluar dengan langkah terburu-buru. Matanya langsung menyapu tempat itu, mencari-cari keberadaan putranya, Tanu. Suasana yang kacau dan suara sirene polisi yang semakin mendekat membuatnya semakin cemas.Di tengah keributan, ia melihat sesosok tubuh yang tergeletak di tanah - dipangkuan menantunya. Sejenak, pandangannya terfokus pada Dika yang terluka parah, dan kemud

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • Kebangkitan Menantu Terbuang   46. Apa Bisa Selamat?

    Di rumah sakit.Setibanya di rumah sakit, suasana di ruang IGD (Instalasi Gawat Darurat) begitu sibuk. Tuan Lee, Ryan, dan dua anggota polisi mengikuti dengan cemas di belakang petugas medis yang membawa Tanu dan Dika melalui lorong-lorong sempit menuju ruang perawatan. Ketegangan begitu terasa, berlomba dengan rasa khawatir dan degup jantung dengan setiap detik yang berlalu membawa harapan sekaligus ketakutan yang lebih besar.Di ruang IGD, sejumlah tenaga medis bergerak cepat, membagi tugas mereka dengan profesionalisme yang tinggi. Seorang dokter yang memimpin tim, Dr. Natan, mengenakan jas putih dengan masker bedah yang menutupi sebagian wajahnya. Matanya yang tajam memandang dengan serius ke arah Tanu yang terluka parah, tubuhnya penuh dengan luka-luka dan darah yang terus mengalir.Sedangkan Dika ditangani oleh tim dokter yang lain, yang tidak kalah terus menangani luka-luka di tubuhnya Dika."Tolong, bantu saya!" teriak Dr. Natan kepada asistennya saat mereka mulai menangani Ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • Kebangkitan Menantu Terbuang   47. Dalam Kendali

    Setelah beberapa jam berlalu, suasana di ruang IGD masih penuh dengan ketegangan. Tuan Lee, Ryan, dan Erika berdiri di luar ruang perawatan, mereka tak mampu berbuat banyak selain menunggu kabar dari dokter. Keadaan Tanu dan Dika masih sangat kritis, dan meskipun dokter telah berusaha sebaik mungkin, mereka belum bisa memberikan kepastian dengan hasilnya.Namun, ketika pintu IGD terbuka lagi dan Dr. Natan keluar dengan ekspresi yang serius, semua mata langsung tertuju padanya. Ryan mendekat dengan langkah tergesa-gesa, berharap mendapatkan kabar baik, meskipun rasa cemas menggerogoti setiap syaraf dalam tubuhnya."Dokter... bagaimana kondisi kakak saya? Bagaimana Tanu?" Ryan bertanya, suaranya serak. Tuan Lee di sampingnya, wajahnya semakin muram, menunggu dengan penuh harap akan keselamatan putranya.Dr. Natan menghela napas panjang sebelum akhirnya berbicara dengan hati-hati. Dia tidak ingin membuat keluarga pasien merasa lebih khawatir lagi."Kondisinya stabil, tetapi ini belum bis

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10

Bab terbaru

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   150. Memang Dia (Tamat)

    "Apa maksudmu, Bang Ded?" tanya Elsa dengan nada heran, menatap Dedi dengan bingung - tidak mengerti arah pembicaraannya tadi.Dedi menghela napas panjang, berhenti sejenak di depan lift yang belum terbuka. Ia memastikan tidak ada orang lain di sekitar mereka sebelum melanjutkan pembicaraannya."Aku tahu kamu dekat dengan Pak Ryan. Kita semua dekat dengannya, tapi aku melihat ada sesuatu yang lebih dari sekadar hubungan profesional antara kamu dan dia," ujar Dedi dengan serius, menatap langsung ke mata Elsa.Elsa mengerutkan kening. "Maksudmu, aku dan Pak Ryan...?" Ia tertawa kecil, merasa absurd dengan apa yang dipikirkan Dedi. "Bang Ded, kamu salah paham. Aku tidak ada perasaan apa-apa terhadap Pak Ryan. Dia bosku, dan kita hanya bekerja sama. Hubungan kita sebatas profesional, tidak lebih."Namun, Dedi tampak tidak terpengaruh oleh penjelasan Elsa. "El, aku tahu kamu orang yang baik. Tapi terkadang, kedekatan bisa menimbulkan persepsi yang salah, apalagi ketika orang lain melihatny

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   149. Peringatan Kecil

    Beberapa hari setelah perbincangan Ryan dan Rangga, suasana di sekitarnya semakin stabil. Hubungan Ryan dengan orang-orang di sekitarnya mulai membaik, terutama dengan istrinya - Erika, yang sempat syok berat karena mengetahui papanya ikut terlibat dalam konspirasi yang ingin menjatuhkan suaminya. Sementara Nyonya Lee juga ikut syok dan akhirnya harus mengungsi ke luar negeri demi kesehatan mentalnya.Tanu yang sempat khawatir dengan kehadiran Rangga, akhirnya bisa bernapas lega setelah mengetahui bahwa Rangga tidak lagi memiliki ambisi untuk mengambil alih perusahaan. Tindakan Ryan yang memperbaiki hubungan dengan Rangga menjadi kunci untuk menghindari konflik lebih jauh, dan itu membuatnya semakin dihargai oleh keluarga dan orang-orang di sekitarnya.Sementara itu, di rumah, hubungan Ryan dan Erika semakin hangat. Meskipun sibuk dengan urusan perusahaan dan masalah-masalah yang baru saja berlalu, Ryan selalu meluangkan waktu untuk istrinya. Mereka sering menghabiskan waktu bersama d

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   148. Negosiastor

    Beberapa hari setelah Tuan Lee, Tuan Haris, dan Nadia diproses hukum, suasana di perusahaan Ryan mulai stabil. Tidak ada yang bisa lepas begitu saja dari jerat hukum, jika memang mereka bersalah. Dan Ryan, tidak memiliki toleransi bagi mereka yang berkhianat.Berbeda dengan keadaan Ryan, Tanu justru sedang resah. Keberadaan Rangga yang masih berkeliaran di sekitar perusahaan Lee membuatnya merasa terganggu. Meski Rangga tidak lagi membuat keributan atau mencoba mengambil alih perusahaan, kehadirannya tetap memicu ketegangan yang membuat suasana tidak nyaman. Tanu tidak bisa menyembunyikan rasa jengkelnya, sering kali mengeluh pada Ryan atau Erika tentang hal tersebut.Melihat ketidaknyamanan Tanu dan menyadari bahwa permasalahan di antara mereka bisa saja merusak hubungan keluarga yang tersisa, Ryan memutuskan untuk mengambil inisiatif. Dia merasa sudah waktunya berbicara dengan Rangga, bukan sebagai rival bisnis, tetapi sebagai saudara yang masih memiliki ikatan darah dengan istrinya

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   147. Bertanggung Jawab

    Ryan berhenti melangkah dan menoleh kembali ke arah Tanu, matanya tampak serius. Pertanyaan yang baru saja dilontarkan Tanu membuat suasana yang semula mulai mereda kembali terasa tegang. Erika, yang berdiri di samping suaminya, menatap Tanu dengan cemas, seakan tahu bahwa pembahasan ini akan membawa kembali ingatan-ingatan buruk yang tentu saja masih membekas dengan jelas.Ryan menghela napas panjang sebelum berbicara. "Kak Tanu, aku tahu ini bukan hal yang mudah untuk kita semua. Apalagi, bagimu dan Erika, dia tetaplah papa kalian." Ryan berbicara dengan hati-hati, tak ingin memancing lebih banyak perasaan keduanya terluka."Tapi, Papa..." Suara Tanu tercekat, menelan ludahnya susah. "Apa yang harus kita lakukan sekarang? Bagaimana jika dia—""Kita harus menyerahkan semuanya pada hukum, Kak Tanu." Ryan memotong dengan tegas, namun suaranya tetap tenang. "Semua bukti sudah jelas mengarah ke Papa. Dia terlibat dalam rencana bersama Tuan Haris dan melibatkan Nadia juga untuk mencelakak

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   146. Menyerah

    Erika berjalan anggun memasuki ruang meeting, di sampingnya ada Ryan yang selalu tampak tenang namun penuh wibawa. Suara langkah kaki mereka berdua yang berirama membuat suasana di ruangan itu terasa semakin menegangkan. Tanu yang masih berdiri di depan meja konferensi menatap ke arah keduanya, sementara Rangga yang semula tampak percaya diri, kini mulai terlihat tidak nyaman dengan kehadiran mereka.Ryan, yang memegang saham terbesar di perusahaan ini setelah penyuntikan dana besar-besaran saat perusahaan Lee hampir bangkrut, hanya memberikan anggukan kecil kepada Tanu. Ia kemudian berjalan ke arah kursi di ujung meja, posisi yang biasanya diisi oleh pemegang keputusan tertinggi dalam pertemuan semacam ini.Erika, yang selama ini menjadi sosok penting di balik layar - sebab dirinya juga memiliki beberapa persen saham di perusahaan keluarganya ini, tidak banyak bicara. Namun kehadirannya kali ini jelas menunjukkan bahwa dia bukan sekadar anak perempuan dari Tuan Lee, tetapi juga seora

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   145. Diingatkan Kembali

    Tanu berdiri tegak di ruang pertemuan yang luas, matanya menatap dengan tajam ke arah sepupunya - Rangga, yang memaksa ikut dalam pertemuan ini. Rangga duduk di hadapannya dengan sikap percaya diri, merasa menjadi bagian dari perusahaan yang saat ini dipimpin Tanu.Rangga, sepupu Tanu yang juga sekaligus keponakan Tuan Lee, kini berani menunjukkan ketertarikannya untuk mengambil alih kepemimpinan perusahaan yang selama ini dijalankan oleh Tuan Lee. Sementara itu, Tuan Lee, ayah Tanu dan Erika, kini tengah mendekam di penjara, jelas telah membuat keputusan-keputusan yang mempengaruhi banyak hal - termasuk merosotnya harga saham perusahaan. Namun, meskipun hubungan keluarga ini mengikat mereka dalam ikatan darah, Tanu tahu bahwa tidak ada tempat bagi Rangga di dalam dunia bisnisnya ini —terutama dengan segala yang telah terjadi.Tangga sendiri - bersama dengan keluarganya yang lain, sudah mendapatkan bagiannya di luar kota - perusahaan cabang yang selama ini ditangani mendiang ayahnya R

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   144. Tidak Pernah Menduga

    Malam itu, Ryan duduk di tepi tempat tidur mereka, memandangi Erika yang duduk masih betah terpaku di kursi dekat jendela, menatap kosong ke luar. Udara malam yang sejuk tampaknya tidak bisa menenangkan kekacauan yang bergejolak di dalam diri Erika.Ryan bisa melihatnya, bagaimana istrinya itu memendam sesuatu yang besar, sebuah kepedihan yang lebih dalam dari sekadar banyak peristiwa - termasuk kecelakaan yang pernah dia alami beberapa waktu lalu."Aku nggak tahu harus bagaimana, mas Ryan," ujar Erika pelan, suaranya serak."Kenapa, hm?" Ryan bertanya maksud perkataan istrinya."Papa... dia... dia..." Erika terhenti, suaranya hampir hilang ditelan perasaan yang mendalam."Selama ini aku merasa terjebak dalam permainan yang tak aku pahami. Semua ini ternyata sudah direncanakan sejak lama, dan aku... aku tidak pernah tahu apa-apa tentang rencana papa." Akhirnya, Erika bisa mengeluarkan kata-kata yang begitu menyesakkan dadanya.Ryan menghembuskan napas panjang, berjalan mendekat dan du

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   143. Rasa Yang Ada

    Setelah peristiwa yang mengguncang mereka semua, hari-hari selanjutnya penuh dengan ketegangan meskipun situasi sudah mulai mereda. Ryan masih berusaha menenangkan Erika dan dirinya sendiri setelah semua yang terjadi, sementara Elsa, Dedi, Fery, dan Tomi berusaha memberikan dukungan moral pada mereka berdua. Namun, ada satu hal yang tak banyak orang ketahui, bahkan Elsa sendiri belum menyadarinya.Dedi selalu memperhatikan Elsa dari kejauhan, bahkan sudah sejak lama. Di tengah segala kecemasan dan ketegangan yang mereka alami, Dedi merasa cemas dengan keberadaan Elsa yang selalu berada di dekat Ryan. Entah mengapa, setiap kali melihat Elsa tertawa atau berbicara dengan Ryan, hatinya terasa teriris. Dedi tahu perasaan ini bukan hal yang bisa ia tunjukkan, apalagi di tengah kesibukan mereka yang terus bergulir. Namun, perasaan itu semakin tak bisa ia bendung."Elsa, bisa bantu aku sebentar?" Dedi memanggil, berusaha tidak terlalu terlihat gelisah.Elsa yang sedang berdiri bersama Fery d

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   142. Campur Aduk

    Ketika suasana semakin tegang dan tak terkontrol di ruangan gelap itu, tiba-tiba terdengar suara sirine polisi dari kejauhan, semakin dan mendekat ke lokasi. Ryan, Julian, dan Tuan Lee sama-sama tersentak, menyadari bahwa keadaan akan segera berubah drastis.Tak lama kemudian, pintu ruangan terbuka dengan keras. Dedi, Fery, dan Tomi masuk berbarengan, wajah mereka tegang namun sedikit lega melihat Ryan masih berdiri meskipun dengan wajah yang tampak lelah dan tubuh penuh luka."Kalian?!" seru Ryan, terkejut melihat asistennya. "Bagaimana kalian bisa tahu kami di sini?" tanyanya kemudian.Dedi mendekat cepat, matanya melirik sejenak ke arah Tuan Lee yang masih tersandar di dinding dan Tuan Haris yang tergeletak di lantai, juga Julian yang diam saja seperti tidak melakukan apapun dalam keadaan ini."Kami dapat info dari Elsa, Pak Ryan. Kami segera ke sini begitu tahu kau dalam bahaya," terang Dedi."Kau tamat, selesai sekarang ini, Tuan Haris. Polisi juga sudah di sini," ujar Fery dingi

DMCA.com Protection Status