Home / Urban / Kebangkitan Menantu Terbuang / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Kebangkitan Menantu Terbuang: Chapter 21 - Chapter 30

116 Chapters

21. Tepat Sasaran

"Dedi, lanjutkan rencana berikutnya di perusahaan game yang baru saja bergabung. Buat renovasi sistem dan periklanan untuk promosi," ujar Ryan di awal meeting pagi ini."Siap, pak Ryan. Saya dan Tim sudah mempersiapkan rencana yang telah dibuat sedemikian rupa untuk langkah game-game yang kurang laku di pasaran, dengan target yang mengubahnya agar lebih menarik." Dedi berikan penjelasan."Bagus, lanjutkan rencana tersebut. Dan kamu, bagaimana Elsa?" tanya Ryan, beralih pada asistennya yang lain.Elsa adalah satu-satunya asisten Ryan yang perempuan, sebab meskipun beda dari asisten lainnya, Elsa memiliki kepribadian yang tegas dan tidak mudah menyerah.Dedi adalah asistennya Ryan yang paling lama, yang membantunya sejak pertama kali membuka usaha. Dia juga yang ditunjuk untuk membeli saham perusahaan game miliknya Tanu. Ryan memang sengaja memakai nama asisten-asistennya, yang berjumlah lima orang untuk keperluan bisnisnya.Ryan sendiri ad
Read more

22. Tamparan Keras

"Jangan biarkan saham kita dikuasai oleh seseorang di pasar saham, Tanu! Jadi, pastikan orang itu takut dan menjual sahamnya supaya tidak mendominasi kepemilikan saham kita!"Tuan Lee, mengingatkan anak laki-lakinya dengan tegas. Ia tidak mau kecolongan lagi untuk harga sahamnya, sebab sempat merosot dan akhirnya dibeli oleh dua orang saja. Dan itupun tidak ia ketahui siapa sebenarnya orang yang membeli.Tapi, Tanu mendengarkan peringatan papanya dengan tidak bersemangat. Pikirannya sedang bercabang menjadi dua, sebab perusahaan game miliknya yang kini telah berpindah menjadi milik orang lain, dan harga beli yang jauh lebih murah. Jelas ia rugi karena sesuai dengan modal yang dulu dikeluarkannya saat membangun perusahaan game tersebut."Tanu, kamu dengar tidak apa yang papa katakan, huh?" bentak tuan Lee - gusar."Hahhh ... iya, pa." Tanu menyahuti dengan lesu dan tidak fokus.Hal ini membuat tuan Lee memicingkan matanya, memperhatikan ke
Read more

23. Praduga

"Kita pergi ke gedung Graha Raya untuk menemui klien," ujar Ryan memberitahu asistennya yang bernama Fery.Asistennya yang satu ini, biasanya diajak Ryan sebagai supir sekaligus bodyguard sebab tubuh atletis yang kekar memang dimiliki Fery - mantan binaragawan yang bermasalah di tempatnya latihan beberapa bulan lalu.Ryan mengambil Fery, yang saat itu hampir dipidanakan oleh pelatihnya karena difitnah ingin memperkosa kekasih pelatih tersebut. Padahal yang sebenarnya adalah, kekasih pelatih itulah yang memaksa Fery, tapi di saat ketahuan justru gadis itu "playing victim" sementara Fery tidak memiliki bukti yang cukup kuat untuk membela diri sehingga dipaksa untuk mengaku.Untungnya ada Ryan yang membantunya dengan memaparkan semua bukti-bukti sehingga Fery bisa dibebaskan, sementara pelatihnya bersama sang kekasih mendapatkan tuntutan balik dengan tuduhan pencemaran nama baik."Lewat jalan lain, pak Ryan? Kalau lewat jalan utama, macetnya parah." Fery menawarkan alternatif jalan yang
Read more

24. Adu Jotos

Tap tap tapLangkah lebar Tanu, langsung menuju ke ruang kantor Julian yang sudah sangat dikenalnya. Bahkan para staf dan sekretaris Julian, tidak perlu bertanya kepada Tanu tentang kepentingannya datang mencari Julian di kantor ini.Clek!"Apa tidak bisa mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk, tidak ada attitude sana sekali!" bentak Julian, yang belum sadar jika yang datang adalah Tanu - bukan sekretaris atau stafnya."Hm," gumam Tanu tidak jelas."Eh kau, Tanu. Aku sedang sibuk, maaf. Aku tidak tahu jika yang datang itu kamu," ujar Julian yang sedikit terkejut saat melihat siapa yang datang.Tapi Julian tidak langsung mempersilahkan tamunya itu untuk masuk, apalagi duduk. Sedangkan Tanu masih berdiri dengan pintu ruangan yang terbuka - sama seperti saat dia membukanya tadi.Kakak iparnya Ryan itu ingin tahu, apakah Julian masih ada keinginan untuk mengajaknya bicara atau sekedar basa-basi membicarakan tentang per
Read more

25. Demi Keuntungan

Di dalam ruang kantor Julian, ketegangan semakin memuncak. Setelah menerima pukulan dari Tanu, Julian merasa terhina dan marah. Dia bangkit, menatap Tanu dengan mata berapi-api.“Jangan pikir aku akan menyerah begitu saja!” teriak Julian, sambil melayangkan tinjunya ke arah Tanu. Keduanya kembali terlibat dalam perkelahian, saling menangkis dan membalas serangan. Suara gaduh dari pertarungan mereka mengganggu staf yang bekerja di luar ruangan Julian, beberapa di antaranya berusaha melihat dari balik pintu.“Ini semua salahmu! Kau mengkhianatiku!” bentak Tanu sambil mendorong Julian ke dinding.“Salahku? Kau yang tidak bisa mengelola perusahaannya dengan baik!” balas Julian, meski napasnya mulai memburu.Setiap pukulan dan tendangan terasa semakin melelahkan, tetapi keduanya tidak mau menyerah. Tanu mengingat semua pengorbanan yang ia lakukan untuk Julian, sementara Julian merasa bahwa dia sudah melakukan yang terbaik untuk perusahaan mereka - juga
Read more

26. Mengungkap Kebenaran

Tuan Lee, mencoba tetap tenang lalu berkata, “Kita semua berada dalam situasi sulit. Perusahaan bangkrut dan kita harus menemukan jalan keluar bersama. Mari kita lihat apa yang bisa kita lakukan untuk memperbaikinya.”Ryan masih berdiri di sudut ruangan, merasakan gelombang emosi antara Tanu dan Julian. Ketegangan semakin memuncak, dan dia tahu bahwa ini adalah momen krusial. Tuan Lee berusaha menenangkan situasi, tetapi suara Tanu yang meninggi menandakan bahwa keadaan semakin sulit.“Berapa kau menjualnya, Julian?” Tanu menekankan setiap kata, matanya tajam menatap Julian.“Aku sudah mentransfernya ke rekening kamu, Tanu. 3,2 miliar, bukan?” jawab Julian, mencoba bersikap tenang meski ketakutan jelas terlihat di wajahnya.“Sialan, kau! Orang itu membelinya dengan harga 5,5 miliar! Lalu di mana uang sisanya?” Tanu berteriak, suaranya penuh amarah dan kekecewaan.Ryan merasakan aura panas ini. Tanu berhak tahu kebenarannya. Namun, dia tetap diam, menyadari bahwa mengungkapkan perannya
Read more

27. Permainan Catur

Julian segera mengambil langkah untuk membalikkan situasi. Dengan nada tenang dan tidak menunjukkan kepanikan, ia mengangkat kedua tangannya.“Tunggu! Ini bukan seperti yang kalian pikirkan. Aku tidak berniat menipu siapa pun,” katanya, mencoba untuk tidak menunjukkan wajahnya yang ketakutan.Ryan dan Tuan Lee saling bertukar pandang, merasakan taktik Julian yang sudah pasti manipulatif. Tapi keduanya diam menunggu kelanjutan dari apa yang ingin dikatakan "Pecundang" tersebut, namun Tanu menyahut terlebih dahulu.“Kau bisa mengatakan apapun, Julian, tetapi fakta tetaplah fakta. Dasar penipu!” Tanu menjawab tegas, tidak mau tertipu lagi. “Kau seharusnya memberi tahu aku jika ada perjanjian lain.”“Perjanjian? Apa kau pikir aku yang mengontrol semuanya?” Julian menambahkan dengan nada victim, memutar balikan fakta bahwa dialah yang seakan-akan telah tertipu.“Aku hanya menjalankan tugas sebagai penanggung jawab, bukan? Sisa uang itu sudah digunakan untuk membayar orang-orang yang memban
Read more

28. Mati Kutu

Sebelum ke kantor Julian, Tuan Lee ada bersama Ryan di kantor yang ada di pom bensin. Tuan Lee sedang duduk dengan wajahnya penuh ketegangan, ingin membahas sesuatu yang serius dengan menantu laki-lakinya tersebut.Sayangnya, baru beberapa menit mereka bicara ponselnya mendapatkan panggilan dan memberitahukan sesuatu yang terjadi terhadap putranya di kantor Julian. Dengan sigap, Tuan Lee mengambil langkah untuk menghubungi nomor pemilik perusahaan tempat Julian bekerja. Dengan napas tertahan, ia menghubungi seseorang yang pernah menjadi rekan bisnisnya itu untuk meminta bantuan. Setelah beberapa detik, suara khas dan penuh wibawa dari pemilik perusahaan terdengar di ujung telepon.“Selamat siang, Tuan Lee. Ana yang bisa saya bantu?” suara itu ramah, tetapi Tuan Lee bisa merasakan sesuatu yang berbeda.“Tuan Haris, saya perlu berbicara dengan Anda tentang sesuatu yang terjadi di ruangan Julian. Masalah ini cukup serius dan sepertinya perlu kita diskusikan secara pribadi,” Tuan Lee menj
Read more

29. Penengah

Suasana di ruang kerja Julian terasa semakin tegang setelah perdebatan sengit di antara Tanu dan Julian. Tuan Haris, yang sebelumnya mendengarkan dengan seksama, kini mengamati interaksi di depan matanya dengan perhatian mendalam. Ia menyadari bahwa ada lebih banyak yang terlibat dalam masalah ini daripada sekadar bisnis yang gagal.Ketika Julian mundur ke sudut ruangan, wajahnya tampak ketakutan dan bingung. Tuan Haris menatap Ryan, yang berdiri di dekat pintu, merasakan ketidaknyamanan yang menggelayuti atmosfer. Ia bisa merasakan bahwa Ryan, meskipun bukan pihak langsung dalam permasalahan ini, terjebak di tengah konflik antara Julian dan Tanu.“Tuan Lee,” Tuan Haris memecah kebisuan, “apakah Anda yakin permasalahan ini hanya melibatkan Julian? Sepertinya ada banyak faktor yang mempengaruhi situasi ini.” Suaranya datar, tetapi ada nada keingintahuan yang tersirat.Ryan, yang mendengar pertanyaan itu, segera menjawab, “Saya di sini untuk mendukung Tanu. Dia sudah cukup tertekan deng
Read more

30. Kabur

Julian merasa terjebak dalam situasi yang semakin menyesakkan. Meskipun niatnya untuk memperbaiki kesalahan ada, ketakutannya terhadap konsekuensi yang mungkin akan dihadapi membuatnya berpikir untuk melarikan diri dari tanggung jawab ini. Dengan pikiran yang berputar, ia mengamati Tanu, Tuan Lee, dan Tuan Haris. Ketiga orang ini menatapnya dengan harapan sekaligus kekecewaan, dan itu membuatnya semakin tertekan.Dalam hatinya, Julian mulai berpikir bahwa mungkin ada cara untuk menghindari semua masalah ini.'Jika aku bisa menghilang sejenak, mungkin aku bisa mencari solusi tanpa harus bertanggung jawab secara langsung.'Pikiran ini datang dengan cepat, dan meskipun ia tahu itu bukan tindakan yang bijaksana, rasa panik membuatnya tidak mampu berpikir jernih.“Baiklah, saya akan mencari dokumen itu. Namun, saya butuh sedikit waktu untuk memastikan semuanya benar-benar beres,” ucap Julian, berusaha menyembunyikan kebingungan yang dirasakannya.
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status