Home / Romansa / Tuan Miliarder Mengejar Cinta Istri / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Tuan Miliarder Mengejar Cinta Istri: Chapter 101 - Chapter 110

349 Chapters

Zein Galau

"Siapa Nolan dan apa hubungannya denganku?" Zein menaikkan sebelah alis, menatap istrinya cukup kaget. Jujur saja, Zein tak ingin memberitahu Zahra. Dia belum siap! Namun, Zein takut seseorang mencemari pikiran Zahra, sehingga perempuan ini kembali pergi darinya. "Nolan, dia saudara satu ibu denganku." Zein menjawab datar. Mengingat kejahatan Nolan, yang bukan hanya memisahkan dirinya dengan Zahra, tetapi juga melenyapkan ibu mereka sendiri, Zein rasanya marah. Meskipun Nolan telah tiada, kejahatan Nolan selalu berhasil membuat Zein mendidih. "Hubungannya denganku?" tanya Zahra penasaran. Benarkah Nolan selingkuhnya dan Zahra memilih kabur dengan pria itu? "Dia menyukaimu dan berusaha merebutmu dariku. Dia bekerja sama dengan Belle untuk memisahkan kita lalu terakhir kali dia menculikmu." Zahra mendongak, melototkan mata ke arah Zein. Dia menatap seperti tak mempercayai ucapan Zein tersebut. 'Hah! Nolan menculikku? Jangan-jangan kecelakaan yang menimpaku adalah ulah dia.' Zahra
last updateLast Updated : 2024-07-04
Read more

Mimpi Mengerikan Zahra

"Ini adalah dokumen yang Pak suami harus tanda tangani," ucap Zahra sembari menyerahkan sebuah dokumen pada Zein. "Hum." Zein berdehem singkat, meraih dokumen tersebut lalu segera menandatanganinya. "Kau sedang hamil, apa kau menginginkan sesuatu?" tanya Zein tiba-tiba. Zahra mengerjap beberapa kali, pria ini menunjukkan perhatian padanya. Entah kenapa itu membuat jantung Zahra berdebar kencang. "Tidak, Pak." Zahra menggelengkan kepala. Sebenarnya dia menginginkan sesuatu, bukan karena kehamilannya. Karena keinginan Zahra tak ada sangkut pautnya dengan kondisinya yang hamil. Namun, mereka sedang di kantor, Zahra tak enak meminta. Zein menarik Zahra, menyentak tangan perempuan itu sehingga Zahra berakhir jatuh di pangkuannya. Zahra buru-buru beranjak, akan tetapi Zein lebih dulu melilitkan tangan di pinggang Zahra–membuat Zahra tak bisa kemana-mana, berakhir pasrah duduk dipangkuan Zein. "Aku tahu kau menginginkan sesuatu. Katakan saja," bisik Zein tepat di daun telinga Zahra, me
last updateLast Updated : 2024-07-04
Read more

Jangan Menolak!

"Kau tidak apa-apa?" tanya Zein, mengusap pucuk kepala Zahra secara lembut dan penuh kasih sayang. Zein juga mengecup hangat pucuk kepala istrinya, berupaya menenangkan Zahra yang terlihat ketakutan. "Tidak apa-apa." Zahra melepas pelukannya pada Zein, memalingkan wajah juga–merasa malu dengan tindakannya yang tiba-tiba memeluk Zein. Zahra menghela napas lalu melirik Zein sejenak. "Pak Suami kenapa ada di sini?" tanya Zahra kemudian, sebelah dia merasa dirinya lebih tenang. Zein menaikkan sebelah alis, memperhatikan Zahra secara lekat. Perempuan ini tadi memeluknya dengan erat, sekarang terlihat cuek dan terkesan menghindar."Terserah ku, ini perusahaanku," jawab Zein santai, meraih pergelangan Zahra lalu menarik perempuan tersebut. "Entah kenapa kau terlihat sangat seksi hari ini, Wife," ucap Zein serak, mengalungkan tangan di pinggang Zahra. Dia mendekatkan wajah lalu berniat mengecup bibir sang istri, akan tetapi Zahra dengan cepat memalingkan wajah. "Pak, ini di kantor. Tolon
last updateLast Updated : 2024-07-06
Read more

Cara Efektif Menumbuhkan Semangat

"Syutttt … jangan menangis, Sweetheart." "Aku menginginkanmu, aku sangat menginginkanmu," ucap Zein hangat. Dia mengganti posisi, duduk di kursi Zahra sedangkan istrinya ia dudukkan di atas pangkuannya. "Menginginkan Zahra Aurelia." Zahra meralat. "Berdamai." Zein berkata serak, menatap dalam pada istrinya. Dengan penuh kasih sayang, Zein mengusap air mata sang istri. Zahra mengerutkan kening, tak padam dengan ucapan suaminya. "Hah?""Zahra Aurelia adalah kau sendiri. Berdamai dengan dirimu, terima semua yang telah terjadi," ucap Zein, beralih mengusap pucuk kepala Zahra. Sebisa mungkin Zein melakukan sentuhan-sentuhan hangat untuk menenangkan istrinya yang sedang berperang dengan diri sendiri. Zein tak menyangka hal ini akan terjadi, amnesia yang istrinya alami membuat Zahra bertengkar dengan diri sendiri. "Tapi …-" Mata Zahra kembali memanas, bulir kristal telah berkumpul di pelupuk, "tapi … kalian tidak menerima ku yang seperti ini. Kalian terus menekanku supaya seperti Zahra
last updateLast Updated : 2024-07-06
Read more

Selalu Mengagumkan

"Jika kamu tidak percaya yah sudah." Deana berkata santai, berjalan ke arah sofa lalu duduk dengan santai di sana. "Kamu sangat tidak sopan." Zahra mengkritik, menatap tak suka pada Deana. Perempuan ini seorang tamu, dia belum dipersilahkan duduk tetapi sudah duduk. Masalahnya, dia bahkan bersikap angkuh pada tuan rumah. "Kenapa?" Deana menatap sini pada Zahra, dia duduk melipat kaki lalu bersedekap di dada–menunjukkan keangkuhan secara terang-terangan pada Zahra. "Kamu merasa telah menjadi pemilik rumah ini? Ahahaha …." Deana tertawa dengan anggun di akhir kalimat. "Setelah aku menikah dengan Kak Zein, aku lah yang akan menjadi nyonya di rumah ini. Kalau kamu tetap bersikeras menjadi istri Kak Zein, kamu bisa tinggal di lantai khusus maid. Bawa putramu yang bisu itu juga untuk tinggal bersamamu dan pelayan. Satu lagi, mulai sekarang bersikap baik padaku, karena setelah aku menjadi istri dari Zein Melviano, bisa saja aku mengusirmu dari sini." Syurrr'Tiba-tiba saja Zein muncul, l
last updateLast Updated : 2024-07-07
Read more

Suami Marah?

Hari ini Zahra ke kantor, dia berangkat dengan Alana karena suatu hal. Saat sudah di kantor, Zahra bertemu dengan Raka. Pria itu mendakinya lalu memberikan sebuah permen coklat untuk Zahra. Hari ini Zahra akan memperlihatkan desain pada semua orang, menjelekan desain secara detail. Zahra sangat gugup tetapi karena Zein menyukai desain yang dia buat, Zahra juga sangat percaya diri."Semangat!" ucap Raka, masih mengukir senyuman indah di bibirnya, "aku yakin presentase mu akan berhasil, desainmu akan menyita semua perhatian orang. Kamu terbaik, Zahra," lanjutnya memberikan dukungan untuk Zahra. "Terimakasih, Paman Raka," ucap Zahra, tersenyum manis pada Raka. 'Dia pria yang hangat dan sangat baik. Sama-sama seorang Melviano tetapi dia dan Suami sangat berbeda.' batin Zahra, kagum pada pribadi Raka yang sangat hangat. Alana menatap coklat di tangan Zahra, lalu senyuman tipis–terlihat getir muncul di bibir. Sepertinya Raka masih menyimpan rasa pada Nona-nya, padahal sudah sekian lama.
last updateLast Updated : 2024-07-11
Read more

Siasat Baru Orang Jahat

"Terimakasih, Pak Suami." Zahra menyeru dengan semangat, memeluk Zein sembari tersenyum lebar pada sang suami. Zein begitu kaget, tak percaya jika istrinya memeluknya. Saking kagetnya Zein, dia beberapa kali mengerjap. Setelah sekian lama, istrinya memeluknya–inisiatif sendiri. Melihat wajah kaku Zein, Zahra menyadari apa yang dia lakukan. Dia langsung melepas pelukan itu, buru-buru meminta maaf pada Zein dengan raut muka tak enak. "Ma-maafkan aku. A--aku tidak bermaksud apa-apa," ucap Zahra kemudian. Ekspresi suaminya terlihat datar, sepertinya Zein tak suka karena Zahra tiba-tiba memeluknya. 'Jangan-jangan Suami berpikir jika aku sangat agresif. Suami rusak suka perempuan agresif, sepertinya.' batin Zahra, melihat Zein hanya diam saja Zahra memilih beranjak dari sana. "Aku pe-pergi dulu." Zahra pamit pergi. Zein seketika tersadar dari kebengongan, berniat ingin menghentikan Zahra akan tetapi perempuan itu lebih dulu pergi. "Sweet …- ah, shit!" umpat Zein di akhir kalimat, kesa
last updateLast Updated : 2024-07-13
Read more

Buka Setelah Kita di Rumah

Zein mendengar ke arah Zahra, menyerahkan sebuah kotak hadiah ke arah sang istri. "Buka setelah kita di rumah," ucapnya sembari mengacak pucuk kepala sang istri secara senang. Zahra nyengir lebar, salah tingkah sekaligus gugup secara bersamaan. 'Ya Tuhan, aku juga diberi hadiah oleh Suami. Padahal bantuan darinya juga sudah lebih dari cukup. Aku tidak sabar pulang, aku ingin melihat hadiah apa yang Suami berikan padaku.' batin Zahra senang. Tok tok tok Pintu diketuk dan Zein pergi untuk membuka. Melihat siapa yang datang, raut muka Zein mendadak kusut. Sial! Dia Raka! "Zahra." Raka menyeru senang ke arah Zahra, masuk dalam ruangan Zein tanpa peduli dengan sosok keponakannya yang terlihat memasang air muka tak suka. "Wow! Hadiah dari siapa? Dari kotaknya sudah sangat mewah, pasti isinya adalah sesuatu yang berharga. Menakjubkan," celetuk Raka saat melihat kotak hadiah di pangkuan Zahra. "Hehehe …." Zahra menyengir lebar dan cengengesan, dia sedang tersipu malu, "ini dari Pak Sua
last updateLast Updated : 2024-07-14
Read more

Mengidam

"A--aku tidak nyaman menggunakan pakaian ini, Suami. Ini terlalu terbuka," protes Zahra, yang saat ini sudah mengenakan dress pendek nan seksi berwarna merah menggoda tersebut. Dipadu dengan heels runcing berwarna senada dengan derasnya, penampilan Zahra semakin menantang dan seksi. Zein menetap lekat ke arah sang istri, bahkan matanya tak berkedip karena takjub oleh keindahan sang istri. Zahra begitu cantik, mempesona dan seksi. Zein hanya diam, duduk di pinggir ranjang sembari mengamati Zahra. "Suami," panggil Zahra, semakin tak nyaman karena Zein terus menatapnya. Zahra tahu apa arti tatapan itu, dan tatapan Zein semakin membuat Zahra tidak nyaman. Namun, mengingat terakhir kali sentuhan Zein berhasil membuatnya merasa lebih baik, Zahra berusaha menepis kegugupan tersebut. "Kemarilah," ucap Zein yang telah tersadar dari lamunannya. Zahra menurut, berjalan mendekat pada sang suami. Langkahnya begitu anggun, semakin menambah kesan keindahan dalam dirinya. Zahra tak pernah mengena
last updateLast Updated : 2024-07-16
Read more

Pipi yang Memerah

Zein memperhatikan Zahra secara lekat, menatap istrinya dengan cara yang indah. Dia tersenyum tipis lalu menganggukkan kepala. 'Istriku sedang mengidam sepertinya,' batinnya, masih tersenyum tetapi kali ini sembari mengacak pucuk kepala Zahra. "Aku temani, Wife," ucap Zein lembut. Zahra terdiam sejenak, mendongak dan memperhatikan Zein secara teliti. 'Kalau senyum begini, suami sangat tampan. Sikapnya juga mendadak manis.' batinnya. "Kau ingin memasak apa, Sweetheart?" tanya Zein, menoleh ke arah masakan istinya lalu memangut tiba-tiba walau Zahra belum menjawab apapun. "Aku membuat sup. Setelah ini ingin membuat ayam goreng," jawab Zahra pelan. "Aku akan bantu," ucap Zein, segera beranjak dari sana untuk menyiapkan bahan membuat ayam goreng bumbu spesial. Namun, dia kembali ke hadapan Zahra. "Sweetheart, katakan apa yang harus kusiapkan?" tanyanya kemudian. Hampir saja Zein lupa jika dia tidak pandai memasak l, sok-sokan ingin menyiapkan bahan. Ini saja Zein khawatir tak mengen
last updateLast Updated : 2024-07-18
Read more
PREV
1
...
910111213
...
35
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status