Zahra Aurelia memilih menyerah untuk mencintai dan menjadi istri dari Zein Melviano, setelah mantan kekasih dari suaminya tersebut kembali. Masa lalu selalu menjadi pemenang, Zein dingin padanya tetapi sangat hangat pada mantannya. Zahra putus asa dan mengundurkan diri dari kantor serta memilih mengajukan perceraian. Disisi lain, seolah disadarkan oleh surat cerai, Zein merasakan cinta yang begitu tulus dari Zahra. Tak ada kata terlambat, Zein mengejar cinta istrinya dan berupaya membuat Zahra kembali jatuh cinta padanya. "Tidak ada perceraian! Selamanya kau milikku, Zahra Aurelia Melviano." Zein Melviano.
Lihat lebih banyakAgatha dengan ragu mengatakan langsung alasan kenapa dia marah pada suaminya. "Aku sangat ingin mangga muda dan aku memintanya pada Mon-- Kuku Setan ini!" Agatha menyolot di akrih kalimat, melotot galak pada suaminya kemudian memukul paha Nail kembali. Mendengar sebutan Agatha pada Nail, orang-orang di sana menahan tawa. Sedangkan Agatha lanjut berbicara, "dia bilang, dia akan mencari mangga muda untukku. Tetapi-- Kuku Setan ini bukan memberiku mangga muda, Kuku Setan ini memberiku jelly berbentuk mangga." "Yang penting mangga," jawab Nail tanpa dosa. Bug' Agatha kembali memukul lengan Nail, dengan sekuat tenaga sehingga suara pukulan terdengar. "Kamu mempermainkanku. Dasar Kuku Setan! Aku benciii! Agrkkk--" Agatha menjerit tertahan sembari menengada ke atas. Kemudian, dia mengigit lengan Nail sekuat mungkin–melampiaskan rasa kesal yang melandanya. Agatha kehilangan kendali, tak peduli lagi jika saat ini mereka dihadapan keluarga besar Melviano. "Nail." Zahra geleng-geleng k
Malam ini Agatha, Nail dan putra mereka berkunjung ke kediaman Melviano, untuk membahas pernikahan Aiden dengan Syakila serta pernikahan Alka dengan Kalisa. "Ck." Agatha berdecak kesal, melepas genggaman tangan Nail kemudian mendorong pundak suaminya agar menjaga jarak darinya. "Jangan dekat-dekat denganku," peringat Agatha dengan nada tegas, melayangkan tatapan tajam dan kesal. Ini masih mengenai mangga muda. Agatha sangat dendam pada Nail karena pria itu-- memberinya permen jelly, bukan mangga muda seperti yang Agatha inginkan. "Tata," peringat Nail, mendekat ke arah Agatha dan berniat merangkul pundak Agatha, akan tetapi Agatha lebih dulu mendorongnya. Nail menatap pundaknya yang didorong oleh Agatha kemudian menatap istrinya datar. "Jangan dekati aku!" pekik Agatha, berucap dengan menekan suara. Setelah itu dia melanjutkan langkah untuk memasuki rumah mertuanya. Akan tetapi langkah Agatha kembali berhenti karena Nail tiba-tiba sudah di sebelahnya dan pria itu merangkul pin
"Pak Nail yang terhormat, tolong lepaskan aku!" pekik Agatha, berusaha melepaskan diri dari gendongan Nail. Nail menulikan pendengaran, tak melepas Agatha dalam gendongannya. Hingga setelah sampai di ruangannya, barulah Nail melepas istrinya–mendudukkan perempuan itu di atas sofa. "Ck, kenapa Mon Tresor membawaku ke sini? Aku baru saja keluar dari ruangan ini. Aih, di sini sangat membosankan," ucap Agatha bernada mengomel, menoleh ke sana kemari untuk memperhatikan ruangan suaminya yang memang menurutnya sangat membosankan. Agatha kemudian melangkahkan kaki, menyenggol pundak Nail kemudian berniat pergi. Akan tetapi, Nail dengan cepat menahan pergelangan tangan istrinya. "Tolong biarkan aku pergi. Aku ingin makan siang dengan Syakila dan Alka.""Makan siang denganku." Nail menjawab cepat, dia duduk lalu menarik Agatha supaya duduk di atas pangkuannya. "Mon Treros!" Agatha menberontak, berusaha lepas dan bangkit dari atas pangkuan suaminya. Akan tetapi Nail memeluk tubuhnya erat, s
"Agatha putriku! Jauhkan tangan kotormu dari rambut putriku," marah Almira, menepis kasar tangan Seline dari atas kepala Agatha. Seline dan Almira saling bertatapan, sepertinya akan saling memakan satu sama lain. Penuh kemaraha! Hingga tiba-tiba saja, Alka datang. "Sya, Agatha, ayo, kita makan siang bersama," ajak Alka, tersenyum manis pada kedua sahabatnya. Akan tetapi, senyumannya seketika pudar saat menyadari aliran ketegangan yang ada di sana. "Calon Mama dan Mama Agatha. Mereka berebut Agatha," bisik Syakila pada Alka, ketika Paci-nya tersebut mendekat ke arahnya. "Kukira Agatha hanya diperebutkan Kakak dan pria luaran sana. Ternyata … ck ck ck," balas Alka, berbisik pada Syakila. Sedangkan Agatha, perempuan itu tiba-tiba sudah mengenakan kacamata hitam. Dia tersenyum lebar, cengengesan lebih tepatnya. "Wah … masih calon bintang saja sudah diperebutkan. Superstar Agatha memang keren. Ahahaha …." Agatha terkekeh geli sendiri, mulai berpose seolah ada kamera yang mengambil g
"Hais, aku capek sekali!" keluh Agatha, berjalan bersebelahan dengan Sandi. Rapat sudah selesai dan Agatha merasa sangat kelelahan. Untung saja sebelum rapat, suaminya memaksanya untuk makan. Jika tidak, Agatha rasa saat ini dia sudah tak punya tenaga lagi. Sekali lagi, untung suaminya pengertian. "Kamu baik-baik saja?" tanya Sandi, menatap wajah Agatha yang cukup pucat. "Hais." Agatha menatap kesal pada Sandi, "masih bertanya? Kamu lihat wajahku, Hah? Lihat?" Agatha berjinjit lalu mencengkeram kesal kerah kemeja Sandi. "I-iya, aku melihat." Sandi mengangkat kedua tangan ke atas, pertanda dia menyerah dan tak berani melawan. "Apa-apaan kalian ini?" Tiba-tiba saja Raka muncul, langsung menarik lengan Agatha supaya menjauh dari Sandi. "Agatha, jangan dekat-dekat dengan pria lain. Kamu sudah punya Nail," lanjut Raka, menegur Agatha–menatap dingin cucu menantunya tersebut. Agatha berkacak pinggang. "Siapa yang dekat-dekat, Kakek? Dia ini bertanya apakah aku baik-baik saja atau
"Tuan Nail, di-dia … perempuan dibelakang anda, dia lah yang menggedor pintu anda. Bu-bukan aku." Tiba-tiba saja Laila muncul, langsung menuduh Agatha. Nail menoleh ke arah belakang, menatap istrinya yang terlihat menyengir sembari menggaruk pipi. "Laila, apa yang kamu lakukan di sini?" ucap Almira tiba-tiba, menarik cepat Laila yang menghalangi jalan Nail. Almira sangat mengenal seperti apa Nail. Pria ini sangat membenci orang-orang yang mengusik dan menghalangi langkahnya. Terlebih Laila bukan siapa-siapa Nail, perempuan ini bisa berakhir mengenaskan jika masih tetep berdiri menghalangi langkah Nail yang pemarah. "Jangan menghalangi jalan Tuan Nail," peringat Almira tegas, melayangkan tatapan dingin pada Laila. Laila membungkuk hormat pada Almira, dia menatap gugup ke arah Nail kemudian beralih menatap benci pada Agatha yang masih bersembunyi di belakang Nail. "Bos Almira, Agatha menggedor pintu Tuan Nail sehingga Tuan Nail sangat marah. Tetapi saat itu aku di sana dan
Plak' Suara tamparan begitu nyaring terdengar. Laila berakhir terhempas di lantai kasar di lantai. Melihat itu, mata Agatha membelalak lebar. Dia panik, takut bercampur tak percaya dengan apa yang Nail lakukan pada Laila. "Ya ampun! Ba-bagaimana ini?" gugup dan panik Agatha di tempat persembunyiannya. Melihat Nail yang marah dan sampai-sampai memukul Laila, Agatha merasa sangat bersalah. Dialah yang menggedor pintu Nail. Demi apapun! Agatha hanya sedikit jahil, mengira Nail hanya akan marah lalu mengusir Laila. Dia tak menyangka dan tak menduga Nail akan memukul Laila. Ini kesalahan Agatha! "Tu-Tuan, bukan aku …." Suara Laila bergetar penuh ketakutan, mendongak pada Nail dengan mata yang sudah sembab oleh lelehan bulir kristal. Tamparan pria ini sangat sakit! Tulang di rahangnya terasa patah dan pipinya kebas serta panas. Sudut bibirnya mengeluarkan darah, Laila kesakitan. Namun, dominan dia merasa ketakutan. Pria dihadapannya sangat mengerikan! "Enyah dari hadapanku sekaran
"Ja-jangan aku, Agatha." Sandi menolak menerima dokumen tersebut. Tiba-tiba dia memegang perut lalu buru-buru kabur, "aduh, tiba-tiba aku sakit perut," ucapnya sembari menjauh dari. Yang benar saja?! Syakila yang merupakan adik seorang Nail saja takut, apalagi Sandi yang bukan siapa-siapa di keluarga Nail. Dia bisa tinggal nama di dunia ini. "A-aku juga tiba-tiba sakit perut." Syakila tiba-tiba ikut kabur dari sana. "Aku sakit perut juga." Begitu pun dengan Alka. Hingga kini hanya Agatha yang berdiri di depan ruangan suaminya, memegang dokumen yang seharusnya menjadi tanggung jawab Syakila. "Semua mendadak sakit perut. Jika aku ikut sakit perut, trus siapa yang akan memberikan dokumen ini?" gumam Agatha, menggaruk tengkuk sembari menatap dokumen tersebut dengan nanar. "Ah, Syakila!" keluhnya kemudian. Ceklek' Tiba-tiba saja pintu tersebut, memperlihatkan Alvin dengan muka pucat dan muram. Alvin membelalak kaget ketika melihat Agatha–berada tepat di depannya. "Nyonya,"
"Pengganggu." Nail mendengkus, menatap datar ke arah putranya yang saat ini sedang makan. Sagara begitu tenang, tanpa merasa bersalah sedikitpun karena menjadi orang ketiga dalam makan malam romantis orangtuanya. Agatha tersenyum manis pada putranya. "Betul. Sagara adalah pria paling romantis," jawab Agatha, seketika membuat Sagara tersenyum lebar akan tetapi membuat Nail merasa kesal. "Ck." Nail berdecak kesal, bersedekap di dada sembari menatap tajam ke arah Agatha. Kenapa Sagara? Dia! Dialah pria yang seharusnya paling romantis untuk istrinya. "Setelah Daddy," lanjut Agatha dengan senyuman paling cerah. Kini berganti. Raut muka Nail berubah senang sedangkan Sagara terlihat berang. Pada akhirnya mereka bertiga makan malam di green house. Setelah itu, Agatha lanjut mengerjakan lukisannya yang terkena tumpahan cat hitam. Seperti yang Agatha inginkan, Nail menemaninya. Sagara sendiri izin lebih dulu ke kamarnya karena sudah mengantuk, tidak tahan menunggu sang mommy menyeles
Zahra Aurelia menghela napas sebab tidak bisa fokus pada pekerjaannya. Saat ini dia sedang sibuk menyusun agenda dari sang CEO di perusahaannya bekerja, tak lain adalah suaminya sendiri–Zein Melviano Adam. Dia sekretaris Zein, sudah tujuh tahun bekerja dengan perusahaan ini. Akhir akhir ini Zahra kurang fokus pada pekerjaannya sebab mantan dari suaminya yang sangat dicintai telah kembali. Sekarang wanita tersebut berada di ruangan Zein–suaminya. Harusnya mereka membicarakan proyek kerja sama tetapi sejak tadi mereka terlihat bercanda dan terus tertawa riang. Zahra bisa melihat cukup jelas sebab ruangannya dan Zein dipisah oleh dinding kaca transparan. Melihat Zein yang hangat pada Belle (mantan Zein) itu membuat Zahra sakit hati. Zahra cemburu! Akan tetapi Zahra bisa apa? Sejak dulu, bahkan sebelum mereka menikah, Zein memang telah mencintai Belle. Pernikahannya dan Zein, tiga tahun yang lalu, juga terjadi karena kesalahan satu malam. Dia dan Zein tidak sengaja melakukan one nigh
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen