Home / Rumah Tangga / Dimadu Adik Sepupu Suamiku / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Dimadu Adik Sepupu Suamiku: Chapter 31 - Chapter 40

105 Chapters

031

Cempaka menyesal lantaran gagal menahan emosi saat Saras tidak menghabiskan sarapan.Hari demi hari Cempaka belajar untuk memperlakukan Saras dan ibunya dengan baik sebab merekalah orang yang selalu hadir dalam kesusahan hidup Cempaka.Mengambil ponselnya, Cempaka membaca ulang isi surat elektronik yang dikirim Danendra padanya.Perasaan Cempaka bercampur aduk antara ingin mempertahankan diri sebagai istri satu-satunya atau membagi Danendra pada mantan istri nya."Apakah aku harus terima Natali jadi maduku?"Inti di surat itu, Danendra meminta agar diberi kesempatan merawat Natali di sisa akhir hidup wanita yang mengidap kanker lambung berulang.Dia akan menjadi suami yang adil dan penuh rasa sayang pada keduanya. Tambahan lagi, Danendra menyebut Natali tidak disarankan untuk mengandung seorang anak dengan kondisi kanker dalam tubuhnya.Dalam selang dua minggu ini, Cempaka menutup komunikasi dengan Danendra. Dia masih marah.Danendra terus berusaha agar bisa berkomunikasi dengan Cempa
last updateLast Updated : 2024-05-31
Read more

032

"Saras, buka pintu kamarnya, mama mau masuk!"Cempaka mengetuk-ngetuk pintu kamar Saras sedari tadi, hanya saja bocah perempuan itu enggan memenuhi permintaan ibunya."Sudah, biarkan saja dulu," ucap Cakrawati yang mendampingi Cempaka di depan pintu kamar Saras."Ini gara-gara Danendra dan Natali," lontar Cempaka ketus. "Ssst, pelankan suara kamu, bisa membuat Saras salah paham."Cempaka pergi dari sana, Cakrawati menyusul ke ruang keluarga."Aku telah menerima kalau Natali akan menjadi istri kedua Danendra, Bu, tapi, rasanya aku tidak sanggup."Cakrawati bergeming sembari duduk di samping putrinya."Ibu tahu ini sulit bagi kamu.""Kalau saja pernikahan kami tidak terjadi, pastinya tidak alam sesulit ini pikiranku."Lagi-lagi Cakrawati dilanda rasa bersalah."Maafkan, Ibu, ya," lirihnya. Cempaka menoleh, mengamati paras sang ibu yang berubah."Bukan maksudku menyinggung, Bu. Maaf, ya...." Cempaka memeluk ibunya dari samping. "saat melihat Natali, aku malah ingin mundur dari pernikah
last updateLast Updated : 2024-06-04
Read more

033

Tekad Danendra untuk mempersunting Natali kembali menjadi istrinya benar-benar diwujudkan. Pesta pernikahan sederhana diselenggarakan di kediaman Natali."Mama dan papa tidak sudi hadir di pernikahan kamu bersama perempuan itu!"Qonita dan Lukito tak bersedia memberi restu pada Danendra dan Natali. Namun demikian, mereka tetap meneruskan niat yang dianggap baik."Besok aku, mama dan Saras, tidak bisa hadir. Kamu tahu Saras besok sekolah," ucap Cempaka malam sebelumnya."Bila kamu saja, bisakah hadir? aku akan menyuruh Heru mengantarkan kamu," pinta Danendra berusaha memengaruhi Cempaka. Perempuan itu menggeleng tanpa memandang suaminya. "Besok mau ke dokter.'"Kamu sakit lagi?" Danendra memajukan badannya untuk melihat paras Cempaka dengan jelas."Tidak."Cempaka masih menyembunyikan keberadaan calon anak dalam kandungannya. Esok merupakan bulan kedua untuk kontrol kehamilannya."Ke dokter apa? Aku minta maaf, sebelum-sebelumnya tidak menemani kamu.""Dokter umum." Cempaka berbohong
last updateLast Updated : 2024-06-05
Read more

034

Setibanya di rumah sakit, Danendra berlari menuju unit gawat darurat dan menanyakan keberadaan ibu mertuanya.Tidak mengira keadaan Cakrawati separah itu, Danendra diarahkan ke kamar jenazah. Terngiang-ngiang kalimat ibu mertuanya tiga hari sebelum pernikahannya."Kamu jaga Cempaka baik-baik atau sebaliknya lepaskan, hidupnya penuh penderitaan, jangan tambah dengan keberadaan istri kedua kamu!"Cakrawati yang biasa bicara lembut memang terlihat berbeda kala itu, menjadi lebih tegas."Ya, Bu, aku tidak akan menyia-nyiakan Cempaka dan Saras."Ternyata, itu pesan terakhir ibu mertuanya.Danendra berhenti berlari sewaktu ia masuk ruangan, terasa dingin sekujur tubuhnya kala melihat Cakrawati terbujur kaku.Di dekat kepalanya, berdiri Cempaka yang menatap sendu ke arah Cakrawati tanpa ada tangisan dan air mata.Danendra berjalan perlahan tanpa berniat mengganggu Cempaka, setibanya di samping istrinya, dia merangkul Cempaka sehingga membuatnya terperanjat.Tolehan Cempaka mengandung luka, s
last updateLast Updated : 2024-06-05
Read more

035

Pagi ini pemakaman Cakrawati diiringi hujan, tidak banyak pelayat yang bertahan lama."Cempaka, sudah, hujan bertambah deras," ucap Danendra memandang ke langit sambil menarik pelan lengan Cempaka. Terduduk di depan gundukan tanah makam Cakrawati, Cempaka menangis tanpa suara.Dalam waktu singkat, tiga orang terkasihnya dipanggil Yang Maha Kuasa. Cempaka merasa hidupnya tak berarti lagi."Bik, bawa Saras ke mobil, ya.""Saras mau sama mama," rengeknya sembari melihat Cempaka yang bergeming. "Bapak akan bantu mama ke mobil, Saras sama Bik Saidah duluan, ya," ucap Danendra menyamakan tinggi kepala dengan Saras.Anak perempuan itu menurut, Saidah memayungi Saras agar tidak kesalahan sampai di parkiran. Heru juga ikut bersama mereka.Tinggallah Cempaka bersama Danendra di sana."Cempaka...."Danendra berupaya mengangkat tubuh Cempaka dengan memegang lengannya.Reflek tangan Cempaka mendorong badan Danendra hingga terduduk ke makam sebelah."Kalau kamu mau pergi, silakan pergi!" teriak C
last updateLast Updated : 2024-06-06
Read more

036

"Dane, sulit sekali kamu aku hubungi," gerutu Natali melalui sambungan telepon. Sudah dua malam sejak menikah, Danendra tidak menjumpai Natali.Pria itu hanya memberi kabar bila mertuanya meninggal dan Cempaka masuk rumah sakit."Seperti yang aku katakan pada kamu, Cempaka drop kehilangan ibunya."Natali menahan diri untuk menyampaikan keberatan lebih lanjut."Tapi, aku juga membutuhkan kamu. Walau kondisiku stabil, bukan berarti aku sehat, 'kan?" rengeknya. Danendra tersentuh mendengarnya, ia pun kasihan melihat Natali dengan kondisi kapan saja bisa menurun."Jagalah kesehatan, ya, Natali. Kamu juga harus kuat menjalani proses penyembuhan.""Aku mana bisa sembuh lagi, Dane? Kanker ini menggerogoti sangat kuat. Kamu pasti lebih tahu.""Tidak ada yang mustahil, Natali. Mukjizat melampaui ilmu pengetahuan," ucap Danendra untuk mendukung pikiran Natali agar positif."Aku bisa bertahan karena ada kamu yang selalu support, bila kamu seperti ini, aku rasanya dikesampingkan." Natali tidak s
last updateLast Updated : 2024-06-07
Read more

037

Selama empat hari Cempaka dirawat di rumah sakit, selama itu Danendra berada dekat dengan istri pertamanya. Bertepatan rumah sakit tempatnya bekerja adalah lokasi yang sama dengan Cempaka. Berbeda keadaan di kediaman Natali yang kesal lantaran Danendra tak kunjung datang menemui dirinya paska pernikahan mereka. "Natali." Suara yang dirindukan Natali terdengar syahdu di pendengarannya. "Dane, kamu sudah pulang?" Dia membawa kursi roda ke arah suaminya dengan raut bahagia. "Bagaimana keadaan kamu, sehat semua, 'kan?" Danendra memandang Natali dari kaki sampai kepala untuk memastikan. Natali mengangguk. "Aku hanya kangen sama kamu," ucapnya manja sambil menggenggam jemari Danendra. "Maaf, aku tidak bisa menemani sejak pernikahan kita. Cempaka membutuhkanku." Mendengar nama Cempaka, Natali merasa asing dan kurang suka, keningnya mengerut. "Tapi ini tidak adil bagiku, aku juga butuh kamu, Dane. Lagipula kita baru saja menikah." Danendra mengambil posisi duduk di salah satu bangk
last updateLast Updated : 2024-06-09
Read more

038

Selang dua bulan dari wafatnya Cakrawati, Cempaka berangsur menerima kenyataan termasuk kondisi rumah tangganya yang terasa asing.Sebulan lalu Cempaka memutuskan membuka sebuah toko bunga hidup. Awalnya Danendra keberatan lantaran kehamilan Cempaka semakin membesar."Tidak masalah, Dane, aku merekrut seorang pekerja," katanya membantah perkataan Danendra yang banyak khawatir terhadap kondisi fisiknya."Ya, tapi, untuk apa kamu harus bekerja saat ini. Aku masih bisa menafkahi." Danendra menolak ide Cempaka."Ini bukan tentang nafkah, aku juga bisa menyalurkan pikiran secara positif dengan membuka toko bunga. Ini mimpiku sedari dulu, lagipula aku tidak meminta modal dari kamu, bukan?"Percakapan itu berlangsung melalui sambungan telepon. Seminggu belakangan Danendra tidak datang berkunjung ke kediaman yang ditempati bersama Cempaka.Bahkan sampai saat ini, hanya sekali Danendra datang untuk peresmian toko bunga milik Cempaka. Alasan yang digunakan Danendra adalah keadaan Natali yang t
last updateLast Updated : 2024-06-10
Read more

039

Menjaga jarak dari Cempaka, Danendra mengangkat panggilan dari Natali."Dane, kamu sedang di mana?""Bersama Cempaka, telah ku katakan, mengambil cuti.""Aku merindukanmu.""Keadaanmu baik-baik saja, bukan? Tidak drop lagi?"Natali menggeleng walaupun Danendra tak melihat wajahnya. "Aku sehat, semua karna kamu.""Sudah makan siang dan minum obat?"Bahagia hati Natali lantaran perhatian Danendra selalu tertuju padanya. "Sudah.""Dane..., apakah kamu sudah mengatakan rencana kita pada Cempaka?"Danendra bergeming, ia belum kuasa menyampaikan permintaan Natali pada Cempaka. Namun, dia pun kesulitan mengontrol kesehatan Natali bila berjauhan."Tenanglah, pasti akan aku sampaikan. Sudah dulu, ya, aku mau lanjut makan siang dengan Cempaka."Embusan napas kencang Danendra menyiratkan betapa lelah beristrikan dua orang perempuan. Menjadi adil itu tidak mudah sama sekali.Danendra kembali ke tempat dia makan bersama Cempaka. Perempuan itu tetap fokus dengan makanan yang tinggal sedikit, tanpa
last updateLast Updated : 2024-06-10
Read more

040

Di ruang istirahat, Danendra memijit area pelipis, kepalanya terasa pusing. Bukan memikirkan pekerjaan, melainkan dua orang istri yang berbeda karakter.Cuti hanya sehari, setelahnya Danendra harus kembali pada tanggungjawab sebagai seorang dokter.Danendra sudah tahu dari lama kalau Cempaka tipe perempuan yang tegas berprinsip, sehingga sejak ia menikahi Natali kembali, dirinya seperti dianggap musuh oleh Cempaka. "Padahal tujuannya mulia untuk bertanggungjawab pada Natali yang sebenarnya telah mengidap kanker saat menjadi istriku, Cempaka."Penjelasan apa pun tetap tidak diterima oleh Cempaka, ia selalu dan selalu membantah."Kalau begitu, kamu nikahi semua perempuan yang menderita penyakit keras. Sekalian mulia dengan membiayai hidup mereka. Uang tidak masalah bagi kamu, bukan?"Mengingat percakapan yang lebih tepat perdebatan tak berujung, Danendra menepuk-nepuk kepala bagian belakang."Pak dokter, kenapa?"Salah seorang rekannya bertanya lantaran melihat gelagat aneh Danendra.
last updateLast Updated : 2024-06-11
Read more
PREV
123456
...
11
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status