Home / Rumah Tangga / Dimadu Adik Sepupu Suamiku / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Dimadu Adik Sepupu Suamiku: Chapter 11 - Chapter 20

97 Chapters

011

"Aku tidak ingin kamu terlalu jauh turut campur pada hidup anak-anakku. Kamu harus punya batasan dengan mengomunikasikannya padaku."Mendengar penolakan beruntun dari Cempaka membuat Danendra sulit mengerti cara istrinya berpikir."Apa sepicik itu pikiran kamu?"Danendra berpaling badan ke arah Cempaka."Pernikahan ini terjadi karena ada mereka, aku bertanggung jawab membantu anak dari kakak sepupuku yang telah tiada. Lagipula, aku seorang dokter jadi tahu Bima masih bisa dapat hak pendidikan."Cempaka bergeming bersamaan Danendra menarik handle dalam pintu mobil."Sebaiknya kamu keluar," ucap Danendra mendorong pintu sedannya.Diliriknya Danendra yang telah duduk menatap jauh ke arah depan, enggan menoleh pada Cempaka. "Nanti malam apa pun yang mau didiskusikan, aku punya waktu."Perlahan Cempaka keluar dari dalam mobil, tanpa permisi Danendra memacu kendaraan keluar dari halaman kediamannya.Helaan napas dalam sekalian pertanyaan apakah dirinya keterlaluan terhadap Danendra mencuat
last updateLast Updated : 2024-05-15
Read more

012

Sekalipun demikian, Danendra tidak berniat untuk mencicipi masakan Cempaka. Danendra telah kenyang karena makan di luar.Danendra memasuki kamarnya yang gelap gulita, hanya ada berkas cahaya rembulan yang masuk dari sela jendela.Danendra menyalakan lampu remang agar kakinya tidak menabrak apa pun saat berjalan. Ia melihat gerak Cempaka yang sepertinya terganggu dengan cahaya remang itu.Ia mengamati Cempaka yang mulai duduk menyapu pandangan."Sudah pulang?" "Ya."Danendra menaruh tas kerjanya, melangkah ke arah lemari.Merasa jawaban pendek Danendra sebagai tanda pria itu tidak ingin terlibat percakapan, Cempaka memutuskan untuk tidur kembali.Usai membasuh tubuh, Danendra beristirahat pula. Tidak ada obrolan penting yang dilakukan sepasang suami istri itu.Pagi hari, Cempaka terbangun. Janji Danendra untuk membicarakan masalah pendidikan Bima semalam berlalu begitu saja. Ia paham kesibukan Danendra menyita waktu.Cempaka menyeru pada dirinya, perhatian Danendra begitu baik pada an
last updateLast Updated : 2024-05-15
Read more

013

Melangkah keluar ruang kerja Danendra, Cempaka berjalan menuju dapur. Ia membuang kopi pahit yang tadi disuguhkan pada suaminya.Berat rasa hatinya saat ini, selain masalah penyakit Bima, Cempaka juga merasa menjadi istri terpaksa di kediaman megah Danendra. Sembari mencuci cangkir, ucapan Danendra terngiang-ngiang di pendengaran Cempaka.Isakan kecil keluar dari bibir Cempaka yang bergetar. Sesekali ia mengusap air mata dengan baju di lengannya."Mengapa harus menangis, sih?" tegurnya pada diri sendiri.Selesai itu, Cempaka mengelap tangan, ia merasa enggan untuk kembali ke kamar."Akan sampai kapan umur Bima dan pernikahan ini?" Cempaka menatap ke atas untuk menghentikan derai air matanya, ia memilih duduk di bangku yang ada di dapur, mengangkat kaki dan memeluknya."Bang Haris," lirihnya.Danendra tidak fokus melanjutkan kerja, dahaga menyentuh kerongkongan. Begitu bergerak ke dapur, Danendra mendengar isakan pelan, tak lain dari istrinya.Nama Haris yang keluar dari bibir Cempaka
last updateLast Updated : 2024-05-16
Read more

014

Keadaan Bima memburuk, tidak seperti yang pernah diramalkan Danendra padanya.Infeksi.Itulah yang dialami Bima sehingga bocah itu menyerah dengan keadaan.Cempaka meraung-raung mengantar kepergian Bima sampai ke liang lahat, lokasi pemakaman yang sama dengan mendiang suaminya, Haris."Bima, jangan tinggalkan mama," racun Cempaka terus-menerus.Cakrawati dan Saras tidak kalah sedih, menatap batu nisan Bima dengan derai air mata.Para pelayan berpulangan, tinggal Cempaka dan keluarga masih mengelilingi makam."Cempaka, yang sabar, ya, Nak," hibur Qonita setibanya di rumah. Ia merasa kasihan pada Cempaka.Cempaka tak mampu bersuara, Qonita mendekapnya dengan erat. Ia memahami betapa hancur hati Cempaka saat ini.Sewaktu Qonita akan mengantar Cempaka ke kamar tidur, sigap Danendra menghalangi."Biar aku saja yang antar, Ma." Danendra tak ingin rahasianya dan Cempaka diketahui siapa pun.Qonita bergeser, lengan Cempaka dilepas, ia melangkah menjauhi anak menantu agar Danendra punya akses
last updateLast Updated : 2024-05-16
Read more

015

Menangis di nisan Bima, itulah yang dilakukan Cempaka setiap hari. Usai dari sana, dia melintas ke makam Haris. Merasa hidup kejam padanya, Cempaka merebahkan diri bercampur tanah."Cempaka, ayo pulang, hari sudah terik," ajak Cakrawati menatap sekejap matahari yang berada tepat di atas kepala.Gelabah rasa hati Cakrawati melihat gelengan putri semata wayangnya."Saras harus dijemput dari sekolah," ujar Cakrawati menegaskan maksud."Sudah sebulan kamu masih seperti ini, Nak. Bagaimana dengan Saras? Perhatikan juga." Terpaksa Cakrawati memakai cara seperti itu untuk mengingatkan Cempaka.Tangis Cempaka perlahan mereda seiring kesadaran mulai masuk ke dalam pikirannya."Saras?"Seolah-olah Cempaka baru teringat ada kehidupan lain yang terabaikan."Iya, anak kamu. Dia masih ada menemani kamu."Cakrawati menyentuh pundak Cempaka."Ibu mohon, Nak, ikhlaskan ini semua. Masa depan kamu masih panjang."Menyinggung tentang Saras menjadi keberhasilan bagi Cakrawati memengaruhi putrinya.Usai da
last updateLast Updated : 2024-05-17
Read more

016

"Kamu pikir pernikahan ini mainan, setelah Bima tiada juga turut berakhir, Cempaka?"Tidak mengira kedatangan istrinya untuk meminta perpisahan, Danendra mencerna maksud Cempaka."Tidak. Aku tidak nyaman meneruskannya."Danendra membuang pandangan lalu mendengkus dengan memikul rasa lelah."Kamu masih menganggap aku pembunuh... Bang Haris dan Bima?"Cempaka bergeming, enggan menyahut. Danendra tahu jawabannya. "Aku tidak akan memaksa kamu mengubah cara pikir. Bila aku salah di mata kamu, ada baiknya aku menebusnya, mengobati luka hati kamu."Tidak enak hati Cempaka mendengarnya, selama ini ia memelihara perasaan benci dan Danendra ingin memutarbalikkan rasa itu."Tidak perlu, nanti sembuh sendiri.""Astaga, Cempaka!"Danendra memegang kepala sampai rambutnya kusut."Luka fisik kalau sakit, harus diobati. Pergi ke dokter," jelas Danendra dengan menggerakkan tangan."Luka hati juga demikian, siapa yang membuat kamu terluka, orang itu bisa jadi mampu mengobati."Terkesiap Cempaka menden
last updateLast Updated : 2024-05-17
Read more

017

"Aku masih ingin tidur terpisah," ucap Cempaka saat Danendra mengutarakan keinginan untuk tinggal seranjang. "Ya, tidak masalah."Sembilan bulan pernikahan Cempaka dan Danendra, mereka hidup bersama tanpa hubungan suami istri sewajarnya.Namun, keduanya saling menghormati keputusan masing-masing dan mereka nyaman berlaku demikian."Bapak, besok mama ulang tahun," Suatu malam, Saras mendatangi Danendra diam-diam di ruang kerjanya."Benarkah?" Danendra sigap menyimpan dokumen kerjanya."Iya. Bagaimana kalau kita memberi mama kejutan?" tanya Saras antusias di tempat duduknya."Ide yang baik. Kita akan kasih apa?""Mm... kalau dulu Papa Haris akan membawakan kue dan bunga buat mama," ucap Saras, Danendra menerima info dengan ekspresi alis mata terangkat."Kita lakukan lagi, yuk, Pa," pinta Saras."Boleh. Mama jangan sampai tahu, 'kan?""Iya, Pa.""Pas sekali besok hari Sabtu, bagaimana kalau kita liburan ke villa di Bogor? Belum pernah selama ini."Mata dan mulut Saras terbuka lebar hing
last updateLast Updated : 2024-05-19
Read more

018

Bahagia Saras bisa pergi berlibur bersama keluarga di akhir pekan."Gimana tadi berenangnya, senang tidak?" tanya Cempaka sambil menemani Saras membasuh diri dan mengganti pakaian bersih."Sangat senang, Ma. Mama bagaimana, pasti senang diajak papa kemari.," tebak Saras.Cempaka tersenyum lalu mengangguk."Aku sudah beres. Ayo, ke taman, Ma," ajak Saras menarik tangan Cempaka. "Rasanya Mama ingin tidur siang sebentar, Saras. Badan Mama agak pegel.""Apa mama sakit?" Saras khawatir melihat mamanya yang memijit pundak sendiri. "Tidak." Saras menatap Cempaka memastikan keadaannya memang baik.Saras dan Cempaka keluar kamar, Cempaka meneruskan langkah menuju ruang pribadi untuk beristirahat. Saat Saras berenang, ingatan Cempaka tertuju pada mendiang Haris dan Bima. Itulah penyebab mengapa ia malah kurang semangat lalu memilih istirahat siang.Mendadak pintu ruang pribadinya terbuka, terdengar suara Saras menyanyikan lagu selamat ulang tahun dengan membawa buket bunga yang cantik, disus
last updateLast Updated : 2024-05-20
Read more

019

Sebelum kembali ke Bekasi, saat beberes, Cempaka menatap hadiah istimewa yang diberi oleh suaminya di kamar. "Indah sekali berlian ini," ucapnya tersenyum sambil menyentuh permukaan perhiasan. "Semua sudah beres, ayo --" Sontak Cempaka menutup kotak perhiasan sampai menghasilkan bunyi yang keras. "Ya," sahut Cempaka pendek lalu menyandang tas yang berisi pakaiannya sendiri dan berlalu melewati Danendra. Sewaktu mereka dalam perjalanan kembali ke Bekasi, Saras meminta untuk masuk ke tempat istirahat dan pelayanan tol lantaran ingin buang air kecil. "Uti, tolong temani Saras, ya," pinta Saras sehingga Cempaka tidak ikut menyertai. Cempaka dan Danendra menunggu dekat pepohonan tanpa terlibat percakapan apapun. Mendadak Danendra disapa oleh seorang ibu-ibu dengan menepuk lengannya, dia menoleh. "Pak dokter, ingat pada saya?" Danendra memproses memori peristiwa belakangan, sayangnya tidak masuk dalam sadarnya. "Pasti lupa, ya, maklumlah dokter banyak pasien. Saya ibu dari pasi
last updateLast Updated : 2024-05-21
Read more

020

"Ada undangan nikah teman sejawat. Ini."Cempaka menerima undangan berwarna emas dari tangan Danendra lalu membacanya."Nikahnya di Bandung, bukan Bekasi.""Pergi ngga?" tanya Danendra sembari membuka kemeja kerja, badannya masih dilapis dengan kaos tipis."Jauh," ujar Cempaka. "Yang aku tanya, pergi tidak? Teman ini sama-sama satu almamater kuliah dulu, tidak menyangka bisa satu tempat kerja. Umur nikahnya juga sudah kepala tiga," ungkap Danendra. "Kamu mau pergi sendiri?"Danendra menoleh pada Cempaka dan menatapnya lama. "Ya, itu kalau kamu mau," lanjut Cempaka memaknai pandangan Danendra sebagai penolakan."Pikirkan dulu, aku mau mandi."Selepas membasuh badan, Danendra yang lupa membawa pakaian ganti, mengintip dari pintu memastikan Cempaka tidak ada di kamar.Sempat sebanyak dua kali dia memanggil nama Cempaka, tetapi tidak menyahut.Dengan yakin, Danendra berjalan menuju lemari dan mengenakan pakaian di sana tanpa ragu."Dane, kita per --."Cempaka menjerit kencang, ingin lep
last updateLast Updated : 2024-05-22
Read more
PREV
123456
...
10
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status