Semua Bab Pesona Istri Dadakan CEO: Bab 21 - Bab 30

133 Bab

Bab 21: Diusir

Al dan Clair telah pergi. Tinggallah Cal dengan rasa penatnya.Untuk mengusir semua itu, Cal pun memutuskan untuk mengunjungi WellCoffee. “Terima kasih,” ucapnya pada seorang pramusaji yang baru saja menaruh secangkir café con miel, varian kopi dibuat dari campuran espresso, madu, susu serta taburan kayu manis.Ketika jemari lentiknya hendak meraih gagang cangkir, lagi, Cal tersentak mendapati seorang pria duduk di hadapannya.Pria itu segera menukar minuman kopi dengan segelas jus buah segar. Membuat suasana hati Cal bertambah buruk dengan sosok teman tak diundang.“Rupanya selain pembalap dan pengusaha kamu juga penguntit,” cemooh bibir tipis nan seksi itu.“Dan kamu selalu minum kopi di waktu sedih, bukankah itu memperburuk keadaan?” Lionel meneguk kopi milik Cal. “Aku pikir kamu pulang.”Alis Cal terangkat, matanya menatap tajam pada lawan bicara. Ia menganggap Lionel sedang meledek, sudah jelas keberadaannya di negeri ini karena dibuang, mana mungkin kembali ke Mansion Caldwell.
Baca selengkapnya

Bab 22: Manusia Egois

“Ada apa Lionel?” tanya Cal karena mantan kekasihnya itu menatap sekitar. “Oh tidak, mungkin itu penggemar beratmu.” Lionel menunjuk satu unit mobil terparkir tepat di halaman rumah. Pagi-pagi sekali Cal ditemani Lionel bergegas ke bandara, meskipun jadwal keberangkatan masih cukup lama. Wanita itu juga terpaksa mengizinkan mantan kekasihnya mengekor, pikiran Cal saat ini hanya tertuju pada sang ibu.Sepanjang perjalanan menuju bandara, berulang kali Lionel menolehkan kepala, melihat kendaraan yang melaju tepat di belakang. Pria itu berusaha tetap tenang kendati kegelisahannya tampak nyata.Cal turut melihat ke belakang, ia mengenali pengemudi serta pemilik mobil itu. Sejenak, ia sempat terdiam, kepalanya mendadak mengingat Al.Lionel menepuk pelan bahu. “Cal, kamu baik-baik saja?”“Hu’um, tentu. Mobil di belakang itu … tidak apa-apa biarkan saja!”Akan tetapi, kalimat yang dilontarkan Cal berbeda dengan relung hatinya. Wanita itu membuka tas ransel, lantas memeriksa sesuatu, ia gam
Baca selengkapnya

Bab 23: Hidupku Hancur Karena Kamu!

Sesampainya di rumah sakit, Al dan Cal gegas menuju ruang rawat inap. Namun, keduanya tidak diizinkan masuk oleh para pria berpakaian hitam. “Aku Calantha ….” Bibir berwarna nude itu bergetar, netra abu-abu Cal menatap penuh permohonan. “Ibuku … di dalam sana, aku ingin menjenguknya,” lirihnya. “Maaf Nona, ini perintah langsung dari Ayah Anda, Tuan Arjuna Caldwell.” Cal geleng-geleng kepala, menolak kenyataan bahwa sang ayah yang memberi perintah pada paraa pengawal. Ia menjulurkan dua tangan, mencengkeram kerah jas seorang pria berbadan besar. “Aku mohon, izinkan aku melihatnya, se-bentar sa-ja,” pinta wanita itu dengan suara serak. “Kami minta maaf, sebaiknya Nona segera pergi dari sini!” Cal tersenyum ironi, bahkan tubuhnya mendadak melemas diperlakukan secara tidak adil. Sedangkan Al langsung merangkul pundak Cal, sambil menatap tajam pada belasan pria di hadapannya. Al menggeram. “Tuanmu membenciku, biarkan Calantha masuk! Dia memiliki hak mengetahui kondisi ibunya!” “T
Baca selengkapnya

Bab 24: Belum Puas?

Setengah jam sebelumnya.Di ujung selasar, Al mengepalkan tangan di sisi tubuh, mata elangnya mengawasi Cal yang semakin menjauh bersama Lionel. Sebagai pria tentu saja tempramennya sangat buruk. Pria itu melampiaskannya pada dinding bercat putih yang tidak bersalah. Hingga mengundang dua petugas keamanan rumah sakit berdatangan.“Tolong tinggalkan kami! Dia tamuku,” kata seorang wanita bersuara lembut. Seketika petugas membungkuk hormat dan menjauh dari area rawat inap presidential suite. Al menatap senyum lebar menghiasi wajah cantik mantan tunangannya. “Clair? Kenapa tidak istirahat di mansion?”“Aku mengkhawatirkan Ibu. Lagi pula aku tidak bisa tidur tenang di mansion.” Clair mendekat dan mengulurkan tangan. “Wajahmu lebam, ini semua ulah Ayah, benar ‘kan?”Al menggeleng, mana mungkin mengatakan kejadian sebenarnya. Ia juga enggan merusak citra baik seorang ayah di depan putrinya.“Ayo Al, aku obati! Atau kita ke IGD!” Paksa kembaran Calantha itu.Al menolak, menganggap memar
Baca selengkapnya

Bab 25: Menunjukkan Perhatian

Tidak jauh dari hotel terdapat apotek, sehingga Cal membeli beberapa obat pereda nyeri.Setelah kembali ke kamar hotel, ia bergegas mengompres lebam di punggung Al. Berulang kali pria itu menegakkan dan mengangkat bahu, memperlihatkan betapa sakitnya luka itu.“Tahan sebentar!” titah bibir tipis.“Seharusnya kamu memanjakan suami bukan memukul dan mencakar punggungku,” balas Al sembari memejamkan mata, lalu memekik kesakitan, “Argh, Calantha!”Meskipun penasaran, Cal enggan bertanya, perasaannya masih campur aduk lantaran peristiwa hari ini. Hati-hati Cal menggunakan jemarinya untuk mengolesi salep. “Anggap saja itu hukuman!” ketus Cal.Selesai mengobati punggung, ia segera beranjak dari tepi ranjang, merapikan salep serta alat kompres di atas meja. Sedangkan Al kebingungan, lantaran wajah lebamnya sama sekali tidak dihiraukan.“Wajahku?!” protes pria itu, sayang Cal memilih menulikan telinga.Ketika Cal sibuk
Baca selengkapnya

Bab 26: Berbohong

‘Dia selalu menempatkan aku di posisi sulit!’ Cal membatin.Pagi ini keduanya berada dalam taksi, menuju rumah sakit.Sesekali Cal melirik ke samping, memperhatikan wajah tampan yang berseri-seri. Alih-alih terpesona, justru ia sedang beripikir keras, mencari cara untuk menggagalkan rencana Al berkonsultasi dengan dokter kandungan. Cal berharap semesta berpihak padanya.“Sedang berusaha untuk kabur?” celetuk pria itu tiba-tiba membuat Cal menoleh.Wajah cantik Cal menekuk, pandangannya menunduk terarah ke samping tubuhnya, lalu berkata dengan tegas, “Bagaimana bisa kabur? Lihat saja!” Al melirik sekilas, bersikap tak acuh. Lagi pula ia sengaja mengikat pergelangan tangannya dengan Cal menggunakan dasi.Setelah cukup lama terdiam. Akhirnya pria itu bersuara lembut. “Itu sebabnya aku ingin kita segera memiliki anak.”Sesaat, Cal tercenung, ia menoleh dan memindai wajah tegas Al. Pria itu kelihatan serius serta penuh harap. Seketika, Cal merasa rongga dadanya tertimpa batu besar, ia bur
Baca selengkapnya

Bab 27: Ceroboh!

“Ada yang tidak beres.” Al melirik pintu ruang poli. Sesaat Cal menahan napas, berharap Al tidak mencurigai sesuatu. Bagaimanapun caranya, ia harus mengalihkan fokus suaminya. “Itu hanya perasaanmu! Kalau kamu mau masuk lagi ke dalam, silakan saja! Tapi kasihan semua ibu hamil itu.” Pada akhirnya Al mengalah, pria itu menautkan jemarinya dengan milik Cal, berjalan menuju instalasi farmasi. Selesai mendapatkan obat, keduanya gegas meninggalkan rumah sakit. Awalnya, Cal ingin tetap tinggal sampai ibunya sehat. Namun percuma, sebab ia tidak memiliki akses apa pun selain mendengar informasi dari mulut orang lain. “Kamu melamun?” Interupsi Al ketika keduanya berada di dalam taksi. Cal mengangkat bahu lalu menggeleng. “Tidak melamun.” “Lalu?” Al meninggikan sebelah alisnya. “Tidak ada.” Pria itu menghela napas panjang melihat tingkah Cal, irit bicara dan tertutup. Pria itu berpikir istrinya marah karena mengetahui telah dibohongi. Sampai di kamar hotel, Cal menghempaskan tubuh ya
Baca selengkapnya

Bab 28: Pengalih Perhatian

Napas Cal terasa berat, ia menatap Al tanpa berkedip, dan otaknya berjuang keras menemukan padanan kata yang tepat.“Obat apa ini?” ulang Al diikuti sorot mata bak elang memburu.“Itu ....” Gegas tangan Cal terjulur, merebut tabung kecil, tetapi Al menyembunyikan di balik punggung. “Itu suplemen darimu!”Mendengar jawaban meragukan, alis tebal Al saling tertaut. Ia mengangkat dagu, bola matanya kian terkunci pada satu titik—ekspresi wajah Cal. Ia sangat hapal kemasan suplemen yang diberikannya pada Cal beberapa waktu lalu.“Sudahlah Al jangan berlebihan! Umm … apa kamu tidak ingat a-ku pernah menjatuhkan suplemen itu?” ucap Cal seakan memaksa Al untuk membenarkan. Pria itu mengangguk kecil tanpa mengalihkan tatapan tajam dari wanitanya. “Kamu bilang buang yang terjatuh dan beli baru saja, ja-di a-ku ke apotek, ternyata merek yang tersedia berbeda.” Lagi, Al semakin menyudutkan Cal melalui sorot matanya. Ia tidak serta merta mempercayai s
Baca selengkapnya

Bab 29: Untukmu

Sepanjang perjalanan menuju kantor, Cal tidak berhenti menatap sosok rupawan di balik kemudi. Pria itu tampak fokus mengendarai mobil, sesekali juga Cal melihat sepuluh jemari Al mengetuk-ngetuk setir. Tiba di kantor, seperti biasa, Cal bertugas mendampingi ke mana pun suaminya pergi. Bahkan rumor tak sedap mulai berkeliaran bahwa Xavi akan didepak karena CEO lebih memilih bersama wanitanya. “Tidak perlu dihiraukan!” ucap Al. Cal mengangguk. “Hu’um.” Wanita itu berjalan tepat di belakang Sang CEO “Lakukan saja tugasmu! Kamu bekerja untukku bukan orang lain!” tegas Al, hatinya menggeram mendengar kabar tak mengenakan. “Hu’um.” Lagi, Cal menggerakan kepala dengan pandangan terfokus pada punggung lebar nan kokoh. “Sore ini aku dan Xavi akan berkunjung ke suatu tempat, kamu pulang lebih dulu bersama sopir kantor, mengerti?!” “Hu’um.” Lagi, tanggapan Cal terlalu irit, Al membalik badan, memperhatikan bibir tipis berwarna merah muda. Ia juga melihat ke depan dada wanitanya, Cal me
Baca selengkapnya

Bab 30: Itu Teramat Lembut

“Calantha?!” panggil suara itu dengan nada lembut.Seketika Cal memutar tumit, kelopak matanya melebar karena sosok yang dikenali berdiri sembari bertolak pinggang. “Bagaimana bisa kamu ada di sini?”“Memangnya kenapa Cal? Tidak boleh ya?” sahut suara lembut itu.Cal terkekeh kecil, lantas memeluk tubuh wanita itu, yang tidak lain adalah kakak sepupunya. Ia merasa beruntung salah satu anggota keluarga masih mengingatnya. Bahu Cal berguncang, ia terisak sambil memeluk Mitha. “Tenang Cal, tidak apa. Aku percaya kamu tidak seperti itu, mereka hanya salah paham saja!” ujar Mitha sembari menepuk punggung Cal. “Aku pasti membantumu,” sambungnya.“Terima kasih Mitha,” ucap Cal mengeratkan pelukannya.“Kalian mau berdiri sampai kapan? Cepat duduk di sini! Aku bukan penonton!” Interupsi Lionel.Cal mengurai pelukan, lalu duduk bersama Mitha tepat di hadapan Lionel. Ketiganya memesan minuman, seperti biasa Lionel melarang Cal minum kopi serta apa pun yang mengandung kafein.“Aku tidak menyang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
14
DMCA.com Protection Status