“Iya aku lihat,” sahut Cal menyembunyikan kegugupannya. “Ingat pesanku tadi,” ucap Al sembari menyentil dahi Cal. “Semua tidak gratis,” sambungnya. ‘Astaga, dia benar-benar kejam,’ batin Cal menggerutu. Perlahan tapi pasti, wanita itu mengangsurkan dua tangannya, menyentuh kancing kemeja, lantas meloloskan satu per satu hingga otot-otot yang terpahat sempurna terlihat jelas. Cal maju satu langkah membantu melepas kemeja dari tubuh Al. Jujur saja, ia gemetaran, karena pertama kali melakukannya. Akan tetapi, Cal merasa beruntung sebab Al hanya diam, kendati sorot mata elangnya menatap penuh minat padanya. Wanita itu menyampirkan kemeja kotor pada lengannya, lalu mengembuskan napas berat. “Selesai Al. Lalu di mana kotak obatnya? Perbanmu harus diganti.” “Di atas,” jawab Al, bola matanya bergerak ke arah lantai dua. “Di kamar kita,” tambahnya dengan intonasi menggoda. Cal mengangguk, bergegas menuju lantai dua. Buru-buru ia membuka pintu kamar, membongkar laci dan lemari, mencari k
Read more