Home / Pernikahan / Pesona Istri Dadakan CEO / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Pesona Istri Dadakan CEO: Chapter 11 - Chapter 20

133 Chapters

Bab 11: Menantu Tak Dianggap

Dua hari berlalu, baik Al dan Cal seolah menganggap masalah kemarin telah selesai. Mereka sama-sama enggan membahas lebih lanjut, dan bersikap normal.“Ini ringkasan rapat pagi tadi,” Cal meletakkan tab di atas meja, tepatnya di depan Al.Pria itu manggut-manggut, menggeser setiap layar menggunakan jari telunjuk. Kemudian mengembalikannya pada Cal.Bersikap normal di sini tentu hanya berlaku untuk Cal. Sebab pada Al ... Pria itu jadi jauh lebih protektif paska mendapati Cal bersama pria lain. Di dalam gedung saja memerintah beberapa orang menguntit ke mana pun Cal melangkahkan kaki.Al khawatir, Lionel mendadak datang seperti waktu itu. Perusahan mereka sedang bekerja sama, hal itu praktis memungkinkan pimpinan dua perusahaan saling berkunjung, berdiskusi demi tercapainya target pasar.“Lalu apa jadwalku sore ini?” tanya Al sambil mengusap-usap dagu.“Kosong Pak,” jawab wanita itu, kemudian memutar tubuh, hendak kembali ke meja kerjanya.“Calantha?”Seketika Cal menghentikan langkah, s
Read more

Bab 12: Tuduhan Menyesakkan

Cal menatap lurus kembarannya. Sepintas Clair tampak sehat, walaupun tubuhnya lebih kurus. Setidaknya ia bersyukur karena saudarinya tidak tergolek di atas ranjang pasien.“Seharusnya kamu tidak ikut! Kehadiranmu tidak diinginkan, apalagi berani menghasut Al untuk menjauhi keluarganya,” tuduh Clair sambil maju mendekati adik kembarnya.Cal menggeleng cepat. “Aku tidak pernah—““Bibi Livy sakit karena setiap malam selalu mengadu padaku, merindukan anak sulungnya!” cerca Clair, satu sudut bibir bergerak ke atas. “Bibi dan Paman juga bilang tidak akan pernah menerimamu! Kasihan nasib adikku ditolak keluarga suaminya.”Jujur, mendengar kata-kata Clair, membuat Cal merasa terpojok pada sudut gelap dan dingin. Dari keberadaan saudarinya di kediaman ini saja membuktikan keluarga Al sangat menyayangi Clair“Malang sekali bukan? Makanya aku bilang, menghilanglah dari kami!” tandas wanita itu sambil bertolak pinggang. “Lihat sekarang, aku yakin tuan rumah tahu kedatanganmu, tapi tidak ada sambu
Read more

Bab 13: Dipaksa Mengaku

Seketika, Cal menghentikan ucapannya, sebab Al membungkam paksa bibirnya. Ciuman itu sedikit kasar dan terburu-buru. Wanita itu hanya bisa memukuli pria itu sekuat tenaga, meminta pria itu menghentikan aksinya. Setelah Al melepaskan ciumannya, Cal mendorong kuat pria itu, menatap sang suami dengan tatapan terluka. “Aku mau pulang!” ucapnya, sambil menyeka bibir. Al mengulurkan tangan, sungguh pria itu teramat menyebalkan di mata Cal. Ekor mata Cal melirik ke bawah, tangan suaminya tak tahu malu menautkan jemari mereka. Al melangkah tanpa memedulikan perasaan Cal yang remuk berkeping-keping. “Malam ini kita menginap di mansion.” Cal berusaha melepas tautan tangan, sayang semakin memberontak, Al menggenggamnya lebih erat. “Aku tidak mau! Ini bukan tempat untukku.” “Kata siapa? Kamu istriku. Orang tuaku adalah mertuamu, jadi kamu bebas berkunjung,” sanggah Al. Sebelah sudut bibir Cal berkedut. Pria itu terlalu memaksakan diri, sudah jelas pernikahan dadakan mereka ditentang o
Read more

Bab 14: Usahamu Sia-sia

Al mengetahui perasaan sang istri tidak baik-baik saja, maka dari itu, ia memutuskan segera membawa Cal pulang. Demi menghindari perdebatan, bahkan Al sengaja tidak berpamitan pada kedua orang tuanya. “Mau langsung tidur?” tanya Al setelah sampai di rumah, tanpa mengalihkan bola mata dari paras jelita sang istri, yang baru saja mencuci muka. “Ya, besok masih hari kerja, jadi aku—“ Cal tersentak, sebab Al merengkuh pinggangnya, merapat padu kedua tubuh. Bukannya nyaman berada sedekat ini, ia malah ingin terbebas mengingat bagaimana sang suami memperlakukan saudari kembarnya. “Hu’um, tidurlah, bukankah besok pagi kita ada rapat?” “Ya benar. Selamat malam Al.” Cal menggerakkan bahu dan lengan kanan, melepaskan diri dari suaminya. Wanita itu memutar tubuh, membelakangi Al. Satu sudut bibir Car berkedut samar, hampir saja ia meneteskan bulir bening, karena mengingat perlakuan tak menyenangkan yang diterimanya secara bertubi. Kemudian, Cal segera melangkah menuju ranjang, lalu berbari
Read more

Bab 15: Ada Yang Terlewat

‘Lain waktu tetaplah keras kepala membela diri! Jangan izinkan dunia memandang buruk padamu!’Kata-kata itu terngiang dalam benak Cal, setelah mendengar ucapan sang suami membuat perasaannya sedikit berubah. Namun, di sisi lain, bayang-bayang Clair membuat hidup Cal tidak nyaman, terbelenggu dalam jerat janji.“Calantha, kamu melamun?”Suara Al membuyarkan lamunan Cal. Wanita itu melihat isi troli, lalu mengembuskan napas panjang, bisa-bisanya tidak fokus di tempat umum.Selesai jam kantor, Al dan Cal bergegas mengunjungi toko bahan pangan. Cal memandangi betapa seriusnya Al memilah bahan-bahan makanan.“Kenapa memandangiku seperti itu? Aku memang tampan Cal,” ucap Al jumawa.“Kalau begitu aku harus melihat ke mana?” jawab Cal sembari mengedarkan pandangan.Al terbelalak mendapati Cal menatap seorang pramuniaga laki-laki. “Dilihat dari mana pun, suamimu lebih menarik dari orang itu, atau pria lainnya, Cal.”Tidak mau berlama-lama di pasar modern ini, Al segera memindai mandiri seluru
Read more

Bab 16: Enggan Pulang

“Ternyata dia benar-benar pergi,” gumam Cal sembari menuruni anak tangga. Ia melangkah lebar menuju meja makan di samping dinding kaca yang menghadap ke arah taman. Cal menatap lurus ke luar. Kelopaknya mengedip-ngedip lalu mendongak, memindai seluruh interior rumah, sesuai dengan hunian impian di masa depan. Sederhana, dengan taman luas mengelilingi rumah. Wanita itu tersenyum simpul mendapati seorang pelayan menaruh sarapan di atas meja. Rasa penasarannya pun tidak tertahankan untuk bertanya keberadaan sang suami. “Apa dia menitipkan pesan?” Pelayan menunduk dalam, dan mengingat-ingat sebelum akhirnya berkata, “Tidak ada, Nyonya.” “Oh, begitu.” Cal mengangguk. “Terima kasih,” ucapnya pada pelayan. Batinnya berkata, ‘Apa yang kamu harapkan, Cal? Kamu mungkin tidak penting untuknya.’ Seusai menghabiskan makanan, wanita itu bergegas akan ke kantor. Akan tetapi, ia tercenung ketika membuka pintu rumah dan menemukan Xavi telah menunggunya sambil tersenyum sungkan. “Silakan Nyonya,
Read more

Bab 17: Jadilah Wanitaku Yang Patuh

“Al, kamu ke sini?” tanya seorang wanita paruh baya, memicingkan mata menatap wajah cemas putranya.“Mom? Kenapa di luar?” Al melepas mantel, menyampirkan pada pundak sang ibu.Pagi-pagi sekali Al mendapatkan pesan, jika ibunya sejak semalam kesakitan, tetapi sekarang Livy kelihatan baik-baik saja. Setidaknya, Al jauh lebih tenang setelah mengetahui langsung daripada menunda kunjungan.“Tidak bisanya sepagi ini, ada apa? Lalu di mana istrimu?” Livy melongok kepala, sayangnya tidak menemukan siapa pun.“Cal di rumah, aku ke sini karena mencemaskan Mommy.”Pria itu memapah ibunya masuk ke dalam, mendudukkan di sofa besar. Ia mengedarkan pandangan ke penjuru mansion, Al mencari seseorang yang diyakini sebagai sumber huru-hara.“Di mana Clair?”“Ah, anak itu sibuk di dapur. Katanya sakit tapi memaksakan diri memasak. Katakan padanya untuk menjaga kesehatan!” tukas Livy.Al mengangguk paham, lantas menghampiri Clair di dapur bersih. Kembaran sang istri tampak sibuk memegang sutil dan panci
Read more

Bab 18: Sumber Masalah

Setelah mengatakan kalimat tadi, Al kembali menyerang Cal dengan ciuman dalam.Kali ini, ciuman itu lebih menuntut. Cal bahkan sedikit kewalahan mengimbangi pria itu.Saat akhirnya pria itu memberi jeda, ia berbisik parau, “Calantha … aku menginginkanmu, sebagai wanitaku, istri—“Ucapan Al terhenti sebab wajah tegas Cal berubah gelisah, titik-titik keringat mulai bermunculan menghiasi dahi. Al meletakkan tangannya di pipi Cal, tetapi wanita itu menepis dengan kuat.“Lepaskan! Pergi!” Kedua mata Cal terpejam rapat, tangannya memukul dada bidang pria di atasnya.“Hey, Calantha tenanglah, buka matamu! Aku Al!”Cal mendorong dengan kuat tubuh kekar Al, lalu menendang perut. Sigap, ia duduk, langsung meraih bantal, menutupi area dadanya.“Brengsek! Pria kurang ajar!” sentaknya.Tubuh Cal gemetaran, kedua matanya terpejam, napasnya terputus-putus, sebab benaknya dipenuhi bayang-bayang pria bejat yang menggagahinya secara paksa.“Calantha?” Perlahan, Al mendekat, merangkul pundak sang istri,
Read more

Bab 19: Kamu Egois!

Setelah percakapan emosional tempo hari, rupanya Al tidak mundur dari tekadnya. Di hari minggu, ketika Cal menuruni anak tangga menuju lantai satu, ia melihat Al sedang berbincang bersama seorang wanita berpakaian formal.‘Siapa wanita itu?’ tanya Cal dalam hati.“Calantha, perkenalkan ini temanku, seorang psikolog di—“Kalimat Al tertahan di rongga mulut, pasalnya Cal tiba-tiba mengulurkan tangan pada seorang wanita yang disebut sebagai psikolog. Sebagai sambutan, senyum manis terukir lebar pada bibir tipis Cal.“Hi, aku Calantha Caldwell.”“Salam kenal Nyonya, saya Judit.”“Calantha, tolong temani tamuku,” ujar Al kemudian melenggang pergi entah ke mana.Pria itu sengaja memberi ruang dan waktu supaya Cal mengenal tamu undangannya. Selain itu, besar harapan Al agar sang istri mencoba berkonsultasi, untuk menghilang trauma di masa lalu.Namun, pada kenyataannya, hingga beberapa jam berlalu, Al tidak memperoleh hasil apa pun. Menurut laporan psikolog, Cal memang asyik diajak berbincan
Read more

Bab 20: Melihatnya Pergi

“Al kenapa bajumu basah?” “Kalian bermain air? Ck, seperti anak kecil!” Dua pertanyaan itu meluncur dari mulut berbeda. Sesaat Al melirik Cal di atas sana, kemudian menggeser pandangan pada tiga wanita di hadapannya. Seorang pelayan , tampak menundukkan kepala, melaporkan kedatangan dua orang tamu; ibu dan mantan tunangan. “Cepat bersihkan tubuhmu! Mom tunggu di sini,” ujar Livy mengibaskan tangan pada Al, sekaligus merasa lucu dengan tingkah pasangan itu. “Ok, Mom, tunggu di sini, aku dan Cal tidak akan lama,” balas Al, kemudian melangkah lebar menyusul sang istri yang mematung di depan pintu kamar. “Jangan lama-lama Al, aku mau bicara empat mata denganmu!” pinta Clair setengah berteriak. Sedangkan di lantai dua, Al langsung mengisi sela jemari Cal dengan jari-jarinya, lalu masuk ke kamar, tidak memedulikan mendapat tatapan sinis dari seorang wanita yang melihatnya. “Kamu mandi duluan!” Cal menarik tangannya. Namun, pria itu malah membawa Cal ke kamar mandi, tidak menghirauka
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status