Semua Bab Pesona Istri Dadakan CEO: Bab 91 - Bab 100

133 Bab

Bab 91: Tuan CEO dan Nyonya Torres

“Schatzi cepatlah! Kita bisa tertinggal rombongan!” kata Al.“Sebentar Al, ponselku berdering terus.” Calantha sibuk mencari ponsel di dalam ranselnya. Ia yakin telepon itu teramat penting, sebab sudah tiga kali merasakan getaran sejak turun dari kereta.Hari ini, setelah sarapan Alessandro membawa Calantha pergi mengunjungi kawasan pegunungan. Lima lalu mereka baru saja turun dari kereta. Ketika Alessandro melihat Calantha berhasil mengeluarkan ponsel dari tas punggung, pria itu langsung merampas paksa. Kening Al mengernyit membaca nama penelepon—itu adalah MItha. Bahkan terdapat dua pesan teks.“Alessandro Javier Torres, kamu tidak boleh begitu!” pekik Calantha karena tidak suka sang suami mencampuri masalah pribadinya.Alessandro tidak peduli.Dengan tinggi badan mencapai satu meter sembilan puluh senti memudahkan gerakan pria itu. Alessandro mengangkat satu tangan kanan yang memegangi ponsel, ia langsung menghapus pesan dari Mitha, serta beberapa riwayat panggilan tak terjawab.
Baca selengkapnya

Bab 92: Diabaikan

“Al?” Calantha hendak menjauhkan tubuhnya.“Schatzi …,” bisik Al dengan suara serak. Lagi, Alessandro tidak mengizinkan Calantha menerima panggilan suara. Satu tangan Al meraih tengkuk dan sebelahnya lagi menahan tangan Cal tetap di dalam saku mantel. Pria itu langsung menyatukan bibir.Beruntungnya Calantha tidak meronta.Setelah pagutan terlepas, wanita itu bergegas memeriksa ponsel. Ia mengernyitkan kening karena kakak sepupunya menghubungi.“Mitha,” gumam Calantha.“Abaikan saja. Aku tidak suka berbagi perhatian istri dengan orang lain!” Alessandro menjulurkan tangan yang melingkari bahu Calantha. “Ayo, Schatzi.”Calantha sepemahaman dengan Alessandro. Ia juga tidak mau momen indahnya saat ini terganggu oleh seseorang. Wanita itu tersenyum lebar dan mengangguk, lalu mematikan daya ponsel.“Gadisku yang pintar,” puji Alessandro. Ia mengusak rambut Calantha membuat wanita itu memelotot. “Jangan marah karena kamu semakin cantik.” Calantha membuang wajah ke sisi berlawanan. Bukan ka
Baca selengkapnya

Bab 93: Rencana Mitha

“Kenapa Claira bisa bebas?” Mitha mengeluh seraya bolak-balik di dalam kamar. Kepanikan Mitha terjadi karena baik Arjuna atau Claudya tidak menjawab pertanyaan wanita itu. Sehingga Mitha menjadi cemas bukan main. Sudah tiga jam sejak Tuan dan Nyonya Caldwell meninggalkan mansion. Mitha berulang kali menyingkap tirai putih dalam kamar. Ia kesal bukan main, lantaran tidak bisa tidur di ruangan milik Claira. Sekarang, Mitha berada di dalam kamarnya yang lebih kecil dibanding empat ruang tidur utama. “Aku harus bergerak cepat,” desis wanita pemilik bola mata hitam serta rambut berwarna senada. Mitha kembali menghubungi Calantha untuk menyampaikan rasa empati serta memberikan solusi. Ia yakin Alessandro tidak bisa memengaruhi Calantha untuk membencinya. Dering pertama belum diterima. Tepat pada dering ketiga telepon tersambung dengan Calantha. “Calantha? Akhirnya kamu menerima teleponku,” ucap Mitha dengan suara girang tetapi wajahnya menunjukkan ekspresi menghina. Kemudian ia bicara
Baca selengkapnya

Bab 94: Tidak Ada Yang Mengganti Posisimu

“Tidak! Itu gila Schatzi!” tegas Al. Pria itu menghela napas kasar. Bahkan raut wajah tampan Alessandro berubah dingin sehingga suasana dalam chalet tidak sehangat sebelumnya. Ketika pria itu kembali ke chalet, harapannya bisa bermesraan dengan sang istri atau mendapat perhatian. Alessandro memiliki luka lebam pada wajah tampannya. Akan tetapi Calantha malah menyampaikan sesuatu yang menyulut emosi. “Kamu bertemu dengan Mitha di mana?” Alessandro menatap tajam netra abu-abu Calantha. “Kedai kopi di persimpangan jalan.” Calantha mereguk saliva yang terasa lengket. “Dan kamu setuju?” cerca Al. Pupilnya melebar dan dipenuhi kilat amarah. “Aku harap tidak menjanjikan apa pun padanya,” ucap Al dingin menusuk relung hati. Calantha menggeleng tegas. “Aku juga menolak. Aku menyampaikan ini supaya kamu tahu Mitha memberiku sebuah solusi,” sahut Calantha dengan perih. Ia membayangkan betapa sakitnya membagi perhatian Alessandro kepada Mitha—jika ide gila itu dilakukan. Calantha hanya
Baca selengkapnya

Bab 95: Alessandro Predator Berbahaya?

“Al, itu ‘kan?” tunjuk Calantha. Kedua netra abu-abunya mengembun, bagian putih pada mata berubah merah termasuk hidung, alis dan pipi.Alessandro mengangguk pelan seraya tersenyum hangat menambah kesan menawan. Satu tangan kekar pria itu menangkup pipi kemerahan Calantha. Ia membelainya penuh sayang lalu melekatkan kening mereka.“Seperti kataku, kita pulang,” ucap Alessandro lemah lembut.Calantha benar-benar tidak bisa menahan rasa haru. Ia menteskan bulir bening membasahi pipi. Ia hanya berucap lirih, “Terima kasih Al.”Bus yang disewa Alessandro memasuki pekarangan megah Mansion Caldwell. Kendaraan besar ini berhenti tepat di depan bangunan bernuansa khas Eropa tersebut.Alessandro membimbing Calantha turun dari bus. Keduanya melangkah menaiki beberapa anak tangga sebelum memasuki mansion.Setelah melewati pintu besar nan kokoh, seluruh maid menyambut Nona Muda mereka.“Selamat datang Nona Calantha.” Semua tersenyum merekah.Tidak tertinggal seorang wanita paruh baya yang masih s
Baca selengkapnya

Bab 96: Sampah Tidak Tahu Diri

“Ternyata kamarmu luas juga,” ucap Alessandro. Pria itu baru saja memasuki kamar Calantha. Wanita itu seketika memutar tubuhnya. Calantha terbelalak melihat penampilan Alessandro yang berantakan. “Apa yang terjadi?!” Suara Calantha melengking. Ia mendekati suaminya lalu menggiring pria itu duduk di tepi ranjang. “Aku ambil obat.” Namun, Alessandro mencekal pergelangan tangan Cal. Ia menggeleng sembari tersenyum menawan seolah tidak terjadi apa-apa. Padahal sangat jelas, Calantha melihat Alessandro meringis menahan rasa perih. “Nanti juga sembuh. Duduk saja di sini!” titah Al sembari menepuk pelan sisi kasur yang kosong. Sebenarnya Calantha enggan tetapi wanita itu mengangguk kemudian duduk di samping sang suami. Ia mengamati lekat-lekat wajah tampan Alessandro yang dihiasi lebam serta darah mengering. Calantha yakin, semua ini perbuatan ayah atau kakak tertua—Dewa. Lubuk hatinya terasa retak seketika karena mengetahui pria yang dicintai diperlakukan semena-mena. “Tidak perl
Baca selengkapnya

Bab 97: Dia Menipuku

“Ka-kamu?!”Dua suara itu berpadu menjadi satu. “Selama ini kalian sekongkol untuk menjatuhkan aku?” Calantha berdiri gemetaran di bawah cahaya terang. Jika kalimat itu terlontar dari mulut Clair … mungkin saja hatinya tidak terlalu perih. Akan tetapi indera pendengaran Cal sangat jelas menangkap bahwa ia telah ditipu Mitha selama ini—lima tahun lamanya.Mitha segera bangkit dari atas tubuh Claira, wanita itu mendekati Calantha dengan tatapan menghunus tajam.Ketika Mitha suah dekat, tangan Calantha melayangkan tamparan keras membuat pipi kakak sepupu tertoleh ke samping.“Kurang ajar kamu!” jerit Mitha.“Apa aku tidak salah dengar? Sebenarnya kamu yang kurang ajar!” balas Cal tidak kalah sengit. Ia menertawakan diri sendiri. Kemarin sempat membicarakan ide Mitha yang berbaik hati menawarkan rahim supaya Calantha dan Alessandro memiliki anak.Ternyata … dalam rahim Mitha sudah berisi kehidupan—benih Lionel.Kedua tangan Cal ingin mengoyak tubuh Mitha, tetapi ia tak sampai hati meluk
Baca selengkapnya

Bab 98: Air Susu Dibalas Air Tuba

Calantha memaksa ikut dengan Alessandro. Wanita itu duduk di kursi tengah mobil—sendirian. Sedangkan Alessandro sebagai sopir, dan di sampingnya Dewa duduk seraya menatap lurus ke depan.“Seharusnya kamu tidak perlu ikut! Ini menjadi urusan kami!” Ekor mata Dewa melirik Calantha.Calantha bersikukuh. “Tapi masalahku belum tuntas bersama Mitha.” Sebenarnya ia tidak mau ditinggal di mansion sendirian bersama Claira. Ya meskipun di sana ada kedua orang tuanya. Namun, bersama dengan Alessandro memberi kenyamanan.“Baiklah, tapi jangan sampai terluka.” Dewa menghela napas kasar. Kemudian tanpa menolehkan kepala memberi perintah pada Alessandro. “Lebih cepat! Jangan biarkan wanita itu bebas berkeliaran.”Tanpa membalas ucapan Dewa, Alessandro menginjak pedal gas semakin dalam. Ia melanju dengan kecepatan tinggi membelah jalanan menuju hutan. Menurut informasi kepolisian. Paramitha berhasil melarikan diri, dan petugas kehilangan jejak.Namun, detektif swasta berhasil mendapatkan lokasi per
Baca selengkapnya

Bab 99: Benar Cemburu

“Apa yang kamu lakukan Al? Bagaimana jika dia melompat sungguhan?” bisik Calantha. Ia tidak menyukai kata-kata Al yang dilontarkan kepada Mitha. “Tunggu saja!” sahut Al sembari memandang remeh ke depan. Tepat, sesuai dugaan Alessandro. Kakak sepupu sang istri malah berdiam diri di atas railing pembatas, Mitha memang melihat ke bawah tetapi ragu-ragu untuk lompat. Gadis berambut hitam legam itu mereguk saliva, karena di bawah sana banyak petugas kepolisian. Ia tidak bisa turun atau kembali, keduanya sama-sama bunuh diri. Mitha juga cemas jika tidak mati maka ia harus hidup dalam kecacatan. Akhirnya gadis itu hanya berdiri sembari menahan amarah. “Lihat ‘kan?” Alessandro menyeringai. Ia menggerakkan kepala memberi isyarat kepada anggota kepolisian. Beberapa detik berlalu Mitha berhasil diamankan. Gadis itu diberikan pengamanan ekstra karena dapat membahayakan. Sekarang Mitha meronta-ronta di atas ranjang pasien. Mitha berteriak sampai suaranya serak, “Lepaskan aku!” ** Set
Baca selengkapnya

Bab 100: Perbincangan Menantu dan Mertua

“Mana istrimu? Dia masih tidur ya?” sindir Claira. Alessandro tidak mau bertengkar dengan ipar sekaligus mantan tunangannya itu. Ia memilih fokus memperhatikan chef yang sedang memasak. Siapa sangka Claira mendekatkan diri. Wanita itu menempelkan dadanya pada lengan kekar Al. Clair berjinjit hendak membisikan sesuatu.Sayang, Alessandro menggeser tubuhnya satu langkah ke samping kiri. Hingga Claira kehilangan kesimbangan dan … terjatuh memalukan di lantai dapur.“Sakit Al. Kenapa sikapmu seperti ini?” rintih Claira kentara sekali dibuat-buat. “Aku … jauh lebih baik dibanding Calantha, lihat istri pemalasmu itu belum bangun. Bukannya melayani suami malah bermalas-malasan.”Alessandro tetap diam—tidak peduli, tetapi seringai penuh maksud tersungging pada bibir sensualnya.Claira tidak menyerah. Ia berusaha bangkit sembari menunjukkan rasa sakit. Bola mata wanita itu beralih ke meja konter dapur, di mana para pelayan sibuk menyiapkan sarapan.“Saking malasnya, dia memerintahmu membawa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
14
DMCA.com Protection Status