Semua Bab Pesona Istri Dadakan CEO: Bab 111 - Bab 120

133 Bab

Bab 111: Aku Baik-baik Saja

Sayang, setelah sampai di rumah sakit Calantha tidak bisa menemui Mitha. Alasannya demi kesehatan dan keselamatan, apalagi wanita itu memiliki catatan kelam—melukai Calantha.“Bertemu sebentar saja tidak boleh ya?” Calantha memohon tetapi pihak dokter dan perawat berpendirian teguh. Tidak peduli permintaan putri pemilik rumah sakit.“Maagf Nona, ini sudah peraturan.” Ekspresi wajah suster tampak suram lantas melirik ke arah pintu. “Saya mau memberitahu sesuatu,” ujar suster.Calantha yang mengerti mengangguk. Kini keduanya berdiri di selasar sepi. Calantha menumpu siku pada dinding.“Sebenarnya Nona Mitha terkena penyakit menular sifilis. Makanya dokter memutuskan untuk menggugurkan kandunganya sebab sangat berbahaya.” Calantha tercengang mendengar penuturan suster. Ia tidak tahu hal ini, mengapa seolah terjadi secara tiba-tiba?“Kami memang merahasiakannya.”Suster itu mengangguk. “Tim medis berharap setelah tidak ada janin bisa dilakukan pengobatan maksimal, ternyata infeksi pada t
Baca selengkapnya

Bab 112: Kamu Tidak Setia

“Al tidak perlu berlebihan,” gumam Calantha. Sekarang keduanya berada di rumah sakit. Alessandro mendadak membawa Calantha, bahkan pria itu tidak membuat janji temu. Sehingga diharuskan menunggu jadwal dokter berikutnya.“Apa yang berlebihan?” Pandangan Alessandro mengarah ke perut Cal. “Kamu hamil, Schatzi.” Calantha menelan ludah, lalu berkata lirih, “Bagaimana jika dugaanmu salah?”Wanita itu tidak bisa menutupi kegugupannya. Jujur saja perasaan Cal saat ini melompat-lompat, tetapi ia juga bersiap menerima kenyataan pahit.Lebih dari satu jam berlalu, akhirnya seorang dokter kandungan memeriksa Calantha. Ruang pemeriksaan sejuk nan harum aroma terapi ini teramat menenangkan. Alessandro tak henti melengkungkan bibir ke atas. Ia tidak sabar mendengar kabar baik itu. Dalam hatinya, ingin mengumbar diri sebentar lagi menjadi seorang ayah.“Bagaimana?” tanya Alessandro tidak sabaran melihat janin dilayar monitor besar.“Tuan, sebaiknya lakukan pemeriksaan melalui urin. Jika hasilnya
Baca selengkapnya

Bab 113: Istirahatlah 

“Bagaimana keadaan MItha?” tanya Calantha dengan intonasi panik kepada Clair.Siang hari yang terik ini Calantha dan Alessandro telah tiba di Pusat Medis Kota Zurich. Calantha langsung menghambur memeluk Clair yang berdiri di depan pintu ICU. Ia menangis di bahu kakak kembarnya.Tanpa Calantha tahu, saat ini Clair sedang mencari-cari keberadaan Alessandro. Namun, sosok pria itu tidak ada di mana pun. Bukannya menjawab pertanyaan Calantha, Clair malah mengajukan pertanyaan dengan topik berbeda, “Kamu datang sendirian?” Calantha menggeleng. “Bersama suamiku.” Bibir Clair tersenyum samar. Alessandro sengaja menghindar. Pria itu memilih menunggu di kantin daripada menemani istrinya. Bukan berarti Al memiliki perasaan terhadap Clair, melainkan tidak memberi kesempatan apa pun.“Bagaimana keadaan Mitha?” tanya Calantha mengempaskan bayang-bayang Alessandro dalam benak Claira.Calantha mengurai pelukan dan menatap lekat wajah sendu kakak kembarnya. Ia menggenggam kedua tangan Clair, men
Baca selengkapnya

Bab 114: Dia Lebih Tampan Dariku?!

Sudah dua puluh hari berlalu paska Mitha dimakamkan. Suasana Mansion Caldwell kembali kondusif, Tuan dan Nyonya sibuk dengan jadwal bisnis serta amal. Termasuk Claira telah pulang ke Kota Bern. Tersisa Calantha yang masih betah bermalam di hotel. Istri memesona Alessandro Javier itu tidak pulang ke Madrid. Seolah-olah sesuatu menahannya di Kota Zurich. Ia lebih suka menyendiri sembari memandangi gedung-gedung tinggi dari kaca. Calantha menghela napas. “Mitha … seandainya kamu tidak iri, pasti hubungan kita baik-baik saja.” Jujur, ia kehilangan … ini sangat berat. Sebab mengingat kebaikan Mitha di masa lalu, meskipun semua sikap itu didasari niat jahat. “Semoga kamu bahagia di sana,” gumam Calantha. Jari telunjuk wanita itu menyentuh kaca dengan pemandangan langit cerah musim panas. Netra kelabu Calantha tetap melihat ke arah luar hingga fana merah jambu. Wanita itu memutar tubuh dan memindai seisi kamar—tampak sepi. Alessandro sibuk berkerja demi mencapai target. Keduanya jaran
Baca selengkapnya

Bab 115: Pasrah

“Kartu namanya menghilang,” gumam Calantha. Setelah bangun, ia tergesa-gesa memeriksa kartu nama milik Liam di atas meja. Ternyata sudah lenyap. Suara gemericik air terdengar, Calantha melirik ke arah kamar mandi. Wanita itu menghela napas, berharap suaminya tidak salah paham lagi. Tidak lama kemudian, Alessandro selesai dengan kegiatannya. Pria itu menggunakan handuk putih yang melekat elok di pinggang kekar. Ia melirik Calantha yang menatap lurus pada tubuh indahnya. “Kenapa? Belum puas yang semalam?” Pertanyaan pria itu membuat pipi Calantha merona dan panas. Sehingga tidak sadar wanita cantik itu mengipaskan tangan tepat di depan pipinya. Sedangkan Alessandro tertawa melihat tingkah Calantha yang begitu menggemaskan. Dalam sekejap, CEO muda nan tampan itu mengukung Calantha di bawah kuasanya. “Aku sudah melunasi tagihanmu. Nyonya Torres, jangan menerima bantuan pria selain suamimu ya!” Calantha mengangguk kecil. Kemudian ia menelan ludah ketika bibir Al menyambar kul
Baca selengkapnya

Bab 116: Istriku Keracunan?!

“Cal, cepat buka pintunya!” Alessandro mengetuk pintu tidak sabaran, seakan-akan sedang terjadi sesuatu yang genting.Lamunan Calantha seketika buyar. Wanita itu mengganti pakaian dalamnya, kemudian membuka pintu dan mendapat ekspresi panik Alessandro.“Ada apa?!”“Cepat ke kamar Lorraine. Pelayan bilang air ketubannya pecah, kita harus membawa dia ke rumah sakit.” Alessandro menarik pergelangan tangan Calantha. “Aku sudah menghubungi ambulan, seharusnya mereka datang sebentar lagi.”Wanita itu ingin bertanya tentang keberadaan Pedro, tetapi urung karena saat ini paling penting keselamatan Lorraine dan bayinya.Calantha terbelalak melihat istri sepupu Alessandro meringis di atas ranjang. Ia gegas memegangi tangan Lorraine dan membawanya menuju teras vila.“Ini sakit Cal,” kata Lorraine sembari tersenyum kaku.Calantha menyahut dalam hati, ‘Apa sesakit itu? Tapi … beruntungnya kamu bisa merasakan semua itu Lorraine, sedangkan aku … hanya bisa melihat.’Beberapa saat kemudian, mereka t
Baca selengkapnya

Bab 117: Perhatian vs Berlebihan

Calantha dan Alessandro kehabisan kata ketika dokter menunjukkan titik kecil yang hampir tidak terlihat pada layar monitor. Pasangan itu saling memandang, mereka dikuasai dengan pikiran masing-masing. “Masih terlalu kecil, belum jelas. Empat minggu lagi pasti semakin besar,” kata dokter. “Benarkah?” Kedua mata Calantha berkaca-kaca. Setelah sesi pemeriksaan selesai. Calantha tersedu-sedu dalam pelukan Alessandro. Ia tidak menyangka di dalam tubuhnya terdapat calon kehidupan baru. “Schatzi … kamu hebat,” bisik pria itu sembari membelai puncak kepala Calantha. Calantha masih membisu. Ia terlarut dalam suasana haru yang telah lama dirindukan dan dinantikan. Wanita itu berjanji akan menjaga calon buah hatinya. Alessandro berkata lemah lembut, “Aku akan menjaga kalian. Schatzi … jangan takut lagi ya.” Beberapa saat berlalu, keduanya kembali pulang ke vila. Clair langsung memeluk saudarinya, sama halnya dengan Lorraine. Namun, Calantha tidak ingin terburu-buru mengumumkan kebahagia
Baca selengkapnya

Bab 118: CEO Penguntit

“Memang apa salahnya suami perhatian kepada istri?!” Embusan napas Alessandro terdengar kasar. “Istriku sedang hamil tetapi menolak semua sentuhan dan bantuan,” gerutu CEO itu.Dua minggu paska kembali ke Kota Madrid sikap Calantha semakin membuat Al kelelahan. Bayangkan saja, ibu hamil itu lebih senang berjauhan dengan suaminya daripada menempel manja.Saat ini Alessandro sedang duduk di Well Coffee bersama Pedro. “Setelah bayi kalian lahir semua kembali normal.” Sepupu itu menepuk-nepuk bahu Al.“Apa kamu gila? Calantha melahirkan tujuh bulan lagi. Astaga Pedro itu masih lama!” Suami Calantha ini mengusap kasar wajah tampannya.Sebagai sepupu yang baik, Pedro hanya bisa menenangkan Alessandro. “Sabar Al. Demi istri dan anakmu, kamu harus menahan diri.”Ekor mata Alessandro melirik tajam pada sepupunya. Ia berdecak sebal karena Calantha berbeda dari ibu hamil biasanya.Getaran ponsel Al menarik perhatian. Pria itu langsung membaca pesan teks di aplikasi berbalas chat. Ia tersenyum
Baca selengkapnya

Bab 119: Sebuah Rahasia

Istri mana yang tidak cemburu melihat suaminya dekat dengan wanita lain? Calantha bergegas turun ke lantai satu. Langkah kaki ibu hamil itu terasa berat karena ukuran perutnya. Ia ingin menangkap basah sekaligus meminta keterangan dari keduanya mengapa mereka bersama. Padahal belasan menit lalu Al sedang di dalam kamar.‘Apa mungkin Clair mengirimkan pesan dan meminta Alessandro menemuinya?’ batin Calantha tidak bisa berhenti menaruh curiga.Ketika hendak menyapa dua orang itu, Calantha mengurungkan niat. Lantaran Alessandro dan Claira terlihat sedang membicarakan sesuatu. Ia ingin mengetahui sepenting apakah topik itu.Calantha memilih bersembunyi di balik meja dengan hiasan antik yang berjajar rapi. Tubuhnya tidak kelihatan, tetapi ia berusaha mengatur napas agar bisa menguping.Alessando dan Claira memasuki rumah. “Kamu gila!” umpat pria itu dengan suara tertahan.Calantha mengernyit, sekarang ia tahu suaminya tidak sedang bermesraan bersama Clair. Dari celah tipis antara barang,
Baca selengkapnya

Bab 120: Terima Kasih

Di rumah sakit.Setelah menjalani beragam pemeriksaan kondisi keempat janin dalam kandungan baik-baik saja. Calantha hanya terguncang mendengar fakta mengejutkan itu. “Kamu mengetahuinya dan merahasiakannya dariku? Jahat!” tegas Calantha.“Jangan salah paham Schatzi. Aku baru mengetahuinya kemarin.” Alessandro menatap lekat manik kelabu sang istri. Meskipun Calantha enggan membalas tatapan suami. Al tidak meninggalkan wanita yang sedang mengandung buah hatinya. “Kalau kamu tidak percaya silakan tanya kepada detektif!” ucap Al sedikit tegas.Ia tidak mau karena masalah Claira hubungannya bersama Calantha menjadi rumit. Alessandro tidak mengizinkan istrinya salah paham.“Bisa sajA kalian sudah bekerja sama!” kilah wanita itu enggan mendengar penjelasan Al.“Tidak apa, nanti kamu tahu kebenarannya.” Alessandro mencondongkan tubuh kepada Cal lalu mengecup kening sang istri. “Jangan banyak berpikiran buruk, kasihan anak-anak.”Pukul tujuh malam ketika Calantha sedang makan. Ia tertegun
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status