Home / Pernikahan / Pesona Istri Dadakan CEO / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Pesona Istri Dadakan CEO: Chapter 101 - Chapter 110

133 Chapters

Bab 101: Perdebatan Dua Wanita Cantik

“Lama menungguku ya?” Alessandro langsung menghimpit Calantha pada pintu balkon yang terbuka. Ia menyatukan bibirnya dengan Calantha.Seusai menuntaskan percakapan bersama ayah mertua, Alessandro tergesa-gesa masuk kamar. Ia tidak mau berkeliaran di luar kamar, sebab Clair selalu mengincar. Ia enggan memberi angin segar kepada kakak iparnya itu.Calantha bisa merasakan gairah suaminya. tetapi ia malah memundurkan kepala membuat pagutan terlepas.“Kata siapa menunggumu? Aku sedang memikirkan Mitha.” Calantha menolehkan sedikit kepalanya. Menghindari tatapan tajam Alessandro.Pria itu mendengus sebal, karena Calantha memilih mengakhiri bermesraan dan memikirkan MItha. Padahal sudah jelas wanita itu ingin menghancurkan kehidupan Cal.“Otakmu masih bagus ‘kan Schatzi?!” Kali ini Alessandro tidak mengizinkan Calantha memberi maaf dengan mudah.Kelopak mata Calantha melebar dan jemari lentiknya aktif mencubit perut samping Alessandro. Tidak ketinggalan bibir tipisnya menekuk.“Tentu saja Al
Read more

Bab 102: Kondisi Mitha

“Jangan melakukan kekerasan lagi Clair!” tegur Calantha sembari menahan pergelangan tangan kakak kembarnya. Calantha menatap sendu pada Clair. Merasa prihatin tetapi Calantha juga lelah terus diperlakukan seperti ini oleh kakaknya. “Siapa yang melakukan kekerasan? Aku tidak begitu.” Tiba-tiba Clair meringis kesakitan padahal Calantha tidak terlalu kuat menggenggam pergelangan tangan kurus itu. Clair menangis pilu kemudian merintih. Detik itu Calantha menolehkan kepala, dan melihat ke belakang. Ternyata Alessandro sedang berdiri di ambang pintu. Pria itu memperhatikan dua wanita yang sedang berseteru. Alessandro melangkah memasuki ruang baca. Aura dingin seketika menyelimuti perpustakaan ini. Padahal penghangat ruangan bekerja dengan baik. Akan tetapi wajah Al membuat Calantha dan Claira menegang. Senyum licik terbit pada bibir tipis Claira, sedangkan Calantha mengingat terakhir kali terjadi hal seperti ini Alessandro membela Clair lalu menyalahkannya. “Aku tidak—“ Calantha
Read more

Bab 103: Didesak

“Kamu pulang saja!” titah Alessandro dengan suara rendah dan berat.Calantha ingin menolak tetapi suaminya itu menatap tajam sehingga ia merasa terintimidasi. Ia khawatir sesuatu akan terjadi pada Al.“Baiklah, aku pulang.” Wajah Calantha berubah muram.Tidak mau berdebat di tempat umum Calantha memilih patuh dan diam. Sepanjang perjalanan menuju Mansion Torres, wanita itu mengalihkan pandangan ke luar kaca. Tangan kanannya mendadak tremor, selalu mengetuk-ngetuk paha.Alessandro yang menyadari hal itu langsung menggenggam tangan Calantha. Ia menarik pelan tangan Cal dan mengecupnya dengan lembut.“Tidak perlu takut Schatzi. Pertemuan dengan direksi hal biasa.” Alessandro membelai surai lembut nan harum Cal.Wanita itu menolehkan kepala lalu mengangguk kecil. Beberapa saat kemudian, Calantha menginjakkan kakinya di mansion. Sedangkan Alessandro ditemani Xavi segera menghilang, keduanya menuju gedung utama Torres Inc.Setelah tiba di kantor Torres Inc, Alessandro memasuki ruang rapat
Read more

Bab 104: Bukan Pria Suci

“Kamu benar-benar ikhlas kehilangan semua yang diperjuangkan?” Calantha memicingkan mata. Ia juga menahan napas bersiap menerima jawaban dari suaminya.“Tidak!” tegas Alessandro.Sontak, Calantha menganga. Sebab jawaban ‘tidak’ yang terlontar dari mulut Al sangatlah ambigu. Ia tidak mengerti.“Maksudmu Al?”Tangan kekar Al melingkari pinggul Calantha. Pria itu membenamkan bibirnya pada ceruk leher putih sang istri.Calantha bisa merasakan sapuan lembut lidah Alessandro perlahan bergerak naik mendekati daun telinga. Wanita itu bergidik geli dan melenguh, serta satu tangannya meremas bahu Al.“Aku tidak ikhlas kehilanganmu,” bisik Alessandro dengan suara sensual.Pipi Calantha berubah semerah tomat dan rasa panas menyerang tubuh. Ia kebingungan menyembunyikan rona di wajahnya.Kini Alessandro menatap Calantha penuh senyum menggoda.“Untuk mendapatkanmu aku harus berjuang. Dan aku tidak rela melepasmu, Schatzi,” sambung Alessandro.Calantha dibuat salah tingkah. Kemudian dua insan itu sa
Read more

Bab 105: Aku Bisa Memuaskanmu Lagi

“Hasilnya negatif.” Calantha tersenyum pahit melihat alat tes kehamilan, bahkan tangannya langsung lemas dan menjatuhkan benda itu. Calantha merunduk, langsung membuangnya ke tempat sampah. Ia menarik napas panjang dan menahannya di paru-paru. Jujur Calantha tidak berani keluar dari kamar mandi untuk menemui sang suami. Setelah satu bulan terapi hormon, ia mencoba peruntungan dengan membeli alat tes kehamilan. Sayang, benda itu menunjukkan garis satu yang membuat perasaannya tercabik-cabik. Perlahan Calantha membuka pintu. Ia melihat Alessandro masih betah memejamkan mata. “Lama sekali!” protes pria itu dengan suara serak. “Hah?” “Iya kamu. Aku perhatikan setengah jam di kamar mandi. Ngapain aja?” Tatapan Alessandro seketika menguliti Calantha. Sedangkan wanita itu membeku, seharusnya ia mandi dulu supaya Al tidak curiga. Kini Calantha terpaksa berbohong. “Sakit perut.” “Perlu ke rumah sakit?!” Alessandro melompat dari atas ranjang dan berlari menghampiri Calantha di depan
Read more

Bab 106: Aku Mau Kamu

“Aku bisa Al, tidak apa-apa!” Calantha berulang kali menarik napas dalam dan mengembuskan secara perlahan.Wanita itu gugup lantaran harus bersaksi di persidangan Lionel. Meskipun pengacara telah memberitahu dari jauh hari tetap saja Cal takut.“Baiklah! Jangan cemas Schatzi, ungkap saja apa yang menurtmu patut dan rahasiakan jika itu tidak layak didengar.” Alessandro membelai surai lembut wanitanya.Calantha mengangguk pelan.Hari ini mereka telah sampai di gedung pengadilan. Sidang ini terbuka banyak dihadiri oleh pemburu berita. Keluarga mendiang Tuan Pedrosa ingin Lionel dihukum berat. Calantha bisa melihat Lionel digiring dua petugas keamanan memasuki ruang sidang. Pria itu menolehkan kepala dan tersenyum licik melihat Alessandro juga Calantha. Bahkan tatapan Lionel penuh ancaman. Alessandro tidak takut, lagi pula Lionel bisa apa? Pria itu telah kehilangan sumber kekuasaan, uang serta kepercayaan dari semua orang.Sidang dimulai.Hingga tiba waktunya Calantha menjadi saksi, w
Read more

Bab 107: Lupakan Masa Lalu

Alessandro tidak tahu bahwa Calantha terusik dan terbangun. Wanita itu mengikuti suaminya ke ruang kerja. Lebih tepat menguping dari balik pintu. Namun Calanth tidak bisa mendengar apa-apa selain kesunyian malam. “Aku tidak yakin itu tentang pekerjaan,” gumam Calantha berprasangka terhadap Al. Saking fokus berusaha mendengarkan, wanta itu tidak sadar Alessandro membuka pintu dan melihat sang istri tengah membungkuk sembari menempelkan daun telinga pada pintu. “Schatzi, kenapa bangun?” Calantha terbelalak, kemudian menengadahkan kepala. Ia salah tingkah karena tertangkap basah, sungguh ini sesuatu yang buruk. “Aku … aku mencarimu. Kamu lembur ya?” Selidik wanita itu sembari melongokkan kepala ke dalam ruang kerja. “Tidak ada siapa pun di dalam. Hanya aku,” jawab Al. Seolah pria itu mengetahui apa yang dikhawatirkan wanitanya. “Kalau kamu mau tahu, masuk saja ke dalam, hem?” Calantha mengangguk kemudian mengikuti langkah kaki Alessandro ke dalam ruangan bernuansa maskulin
Read more

Bab 108: Mertua vs Menantu

“Ada apa ini?” Arjuna menaruh cangkir kopi lalu mengangkat pandangan ke arah dua putrinya.Bukan hanya Arjuna tetapi El pun melakukan hal serupa. Ayah dari Alessandro Javier itu memindai ekspresi menantunya.Menyadari sesuatu telah terjadi di belakang sana, El seketika tersenyum tipis. Kemudian mengalihkan sorot mata pada putra sulung di sisi kanan.“Kenapa Clair dihukum?” tanya Calantha memulai pembicaraan.“Oh itu, bukankah bagus? Dia merasakan hal yang sama denganmu.” Arjuna tampak tak acuh.“Tapi aku tidak senang. Sebaiknya biarkan saja Clair menikmati apa yang seharusnya menjadi miliknya,” ucap Calantha dengan lantang. Sedangkan Clair menunduk dalam. Gadis itu sangat takut kepada sang ayah. Clair tidak mendebat apa pun, lagi pula sebelumnya telah bersedia menerima hukuman.“Saudarimu juga tidak masalah.” Arjuna menaikkan alis lantas mengedik dagu. Pria berambut hampir putih itu berujar, “Benarkan putriku, Claira?”“I-iya. Aku tidak selemah yang kamu pikir Cal. A-aku bisa hidup m
Read more

Bab 109: Suamimu Tidak Jahat

“Aku takut,” cicit Calantha setelah keluar dari ruang pemeriksaan. Ternyata dugaannya benar, hasil terapi hormon selama beberapa bulan ini hanya berjalan di tempat. Penyakitnya belum sembuh dan … Calantha merenungi nasibnya. “Schatzi, masih ada beberapa cara. Mau ya?” Alessandro merangkul bahu Cal dengan tenang. Sejujurnya pria itu juga hancur ketika mendengar hasil tes kesehatan sang istri. Akan tetapi Al tidak boleh lemah dan bersedih, justru semakin menambah kegelisahan di hati Calantha. “Buktinya setelah terapi, penyakitku ini belum sembuh. Aku juga belum hamil.” Calantha menggeleng lemah. Wanita itu enggan berharap pada penjelasan manusia … baginya semua berujung sia-sia. Calantha sudah kecewa beberapa bulan belakangan ini. “Sst! Kamu tidak boleh berkata begitu. Ingat tujuan utama kita apa? Sembuh ‘kan?” kata Alessandro dengan lembut, “Kalau kamu setuju, proses laparoskopi dilakukan dua minggu lagi. Bagaimana?” Alessandro tahu istrinya akan menolak, tetapi ia tidak putus
Read more

Bab 110: Permintaan Dari Seseorang

“Apa kamu melupakan jadwal, Al?” Calantha mengernyit.Alessandro menggeleng tegas. “Tidak!"“Tamu itu untuk Anda, Nyonya,” kata pelayan memperjelas.Calantha bergegas masuk dan menemui sosok yang kini membelakangi pintu utama. Dari belakang, ia tidak mengenali pria bertubuh tinggi itu.Sebelum Calantha berbicara, sosok itu berdiri dan memutar tubuhnya. Sekarang Calantha tahu siapa tamu yang menunggunya sejak satu jam lalu.“Paman Frank?” Alessandro sedikit merunduk, mensejajarkan bibir dengan telinga Cal. Ia berbisik, “Bukankah itu pengacara keluarga kalian? Ada perlu apa?”Calantha mengedik dagu dan menggelengkan kepala sebagai jawaban.Keduanya menghampiri pria berambut klimis dengan postur tubuh tinggi tegak. Calantha menyipitkan mata melihat sepucuk surat di atas meja.Seolah mengerti arti tatapan Nona Muda Caldwell, pengacara itu langsung mengangguk samar. “Surat ini untuk Nona Calantha. Paramitha yang menulisnya.” Pengacara menyerahkan amplop putih ke tangan Cal.“Untuk apa Mi
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status