Home / Pernikahan / Pesona Istri Dadakan CEO / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Pesona Istri Dadakan CEO: Chapter 81 - Chapter 90

133 Chapters

Bab 81: Menyelidiki 

Al tidak terkejut ketika melihat raut wajah Lionel berubah kesakitan. Bahkan buliran keringat sebesar biji jagung memenuhi kulit serta dahi pria itu. Lionel merintih dengan napas tersengal-sengal. Pria itu kembali menodongkan senjatanya pada wajah Al. “Kamu—“Ucapan Lionel terputus.“Ya, tebuslah kesalahanmu Lionel,” kata Al, suaranya dalam dan berat.“Tidak semudah itu Alessandro,” desis Lionel. Pria itu hendak menarik pelaku tetapi dua timah panah kembali mengenai punggungnya.Tidak lama kemudian lima orang petugas kepolisian membawa Lionel ke dalam ambulan.Sedangkan Al mengamati dari kejauhan. Ia teringat, satu jam sebelum menemui Lionel di tepi pantai, terlebih dahulu menghubungi petugas. Memberitahu mereka bahwa orang yang saat ini paling dicari akan bertemu dengannnya pukul enam pagi. Ketika Lionel mengeluarkan senjata dan terjadi aksi perebutan, tim kepolisian segera bertindak. Terpaksa melepas tiga peluru karena Lionel begitu berbahaya.“Sebaiknya Anda ke klinik terdekat,
Read more

Bab 82: Anting

Mansion Caldwell—Kota Zurich “Siapa yang bertamu?” tanya Claira kepada pelayan sembari mengintip melalui jendela. Tangan kurusnya menggeser tirai. Tidak ada jawaban dari pelayan tersebut. Sontak saja Claira memelotot dan bertolak pinggang. “Kamu tidak bisu ‘kan? Mereka siapa?!” Suara wanita itu melengking. Pelayan tetap menunduk dan membisu. Lima menit kemudian pintu kamar terbuka. Claira memusatkan perhatian di mana pria paruh baya yang masih sangat tampan dan segar sedang berdiri. Arjuna menatap dalam putrinya di samping jendela. “Clair ayo ke bawah. Jangan banyak bicara! Ikut saja!” Intonasi Arjuna terdengar parau. Wajah Claira berbinar dan berkata antusias, “Apakah itu Al? Dia datang?” Claira melangkah lebar melewati sang ayah. Wanita itu tidak sabar menemui seseorang yang teramat dirindukan. Namun, sesampainya di ruang tamu, ia tercengang. Pasalnya bukan Al, melaikan dua orang pria berseragam kepolisian serta seorang detektif wanita berna Jane. “Claira …,” panggil
Read more

Bab 83: Aku Harap Dugaanku Salah

“Apa semua itu benar?” tanya seorang pria paruh baya.“Aku … tidak melakukan apa pun. Hari itu aku bermalam di rumah Bibi Clara.” Claira memainkan jemarinya dan berulang kali mengembuskan napas berat.“Kamu tega mencelakai adikmu dan kakak sepupu?” tanya Arjuna lagi.Clair menggeleng tegas. Sungguh saat ini ia berada di posisi terjepit, tidak bisa berpikir jernih karena dicerca oleh sang ayah.Seusai menerima informasi terbaru, Arjuna langsung menemui Clair di kantor polisi. Pria paruh baya ini mendengar dengan seksama semua penjelasan Detektif Jane. Pria itu ingin mengkonfirmasi secara langsung pada putrinya.“Kalau kamu tidak jujur, aku sulit membantu.” Arjuna mengetuk-ngetuk meja dengan jemari. “Semua bukti mengarah padamu! Paham?” Clair tercengang, matanya melebar dan berkaca-kaca. Dalam benaknya beberapa ingatan hadir di mana ia memerintah Mitha untuk mencelakai sang adik.“Aku tidak pernah melukai siapa pun!” tegas Clair, “Bukti itu semuanya bohong! Tolong bantu aku.” Ia memint
Read more

Bab 84: Ini Salahmu!

“Endometriosis.” Suara Alessandro tercekat di pangkal kerongkongan. “Ini alasanmu begitu yakin tidak mengandung anakku?” lirihnya … lebih tepat menahan sakit. Merasa tidak berguna lagi berbohong. Calantha mengangguk tegas, air mata telah bercucuran membasahi pipi dan sudut matanya berubah memerah. Ia bersiap menerima segala konsekuensi, termasuk amarah sang suami. Apalagi, Al sangat menginginkan kehadiran bayi di rumah mereka. “Siapa yang mengetahui penyakitmu?” Intonasi Al masih terdengar berat serta dalam. Sebelum menjawab, Cal menelan ludah sembari memainkan sepuluh jemari tangan. Pandangan yang semula menunduk, kini merangkak naik menatap wajah Al yang menunjukkan betapa hancurnya perasaan pria itu. “Hanya—“ “Lionel, benar bukan? Orang tuamu dan suamimu tidak tahu apa pun. Itu bagus Calantha!” Al mencerca Calantha penuh penekanan. “Maksudku—“ Lagi, Alessandro menyela ucapan wanita itu, “Kamu mempercayai pria bajingan itu lebih dari siapa pun.” Ia mengusap kasar wajah tamp
Read more

Bab 85: Kita Bisa!

“Tidak Al!” Calantha menggeleng lemah.Namun Alessandro tetap mengulurkan tangan kanannya. Bahkan pria itu seolah tidak peduli ketika petugas semakin mendekat ke arahnya.“Ok, kita pergi bersama dari sini,” sambung pria itu.Calantha terbelalak mendengarnya. Ia mengembuskan napas, berupaya menahan segala kata-kata yang hampir keluar dari mulutnya. “Kamu tahu aku tidak punya tiket?” kata Alessandro. Ia menunjukkan saku kemeja serta celana, benar-benar kosong, mungkin hanya setitik debu.Calantha tidak menjawab, tetapi pergerakan alisnya membuat Al percaya diri bahwa wanita itu akan luluh. Alessandro menoleh kiri dan kanan lantas merunduk. Ia berbisik sangat pelan di samping telinga sang istri, “Aku bisa tertangkap petugas keamanan karena dianggap penumpang gelap.”Sayangnya, Calantha bergeming meskipun dalam hati mencemaskan suaminya.“Kamu tega!” protes Al lagi.“Kalau begitu silakan pulang!” Calantha merentangkan satu tangan.“Kita bicarakan masalah ini di rumah,” bujuk Alessandro
Read more

Bab 86: Para Penjahat

“Mau apa kamu ke sini?” Lionel tersentak ketika membuka mata mendapati Alessandro berdiri membelakangi ranjang pasien. Alessandro sedang melihat pemandangan gedung pencakar langit melalui jendela. Tubuh atletis itu tampak menyenangkan apabila dilihat oleh orang lain tetapi tidak bagi Lionel. Punggung kekar terbalut mantel rajut berwana navy menjadikan aura dingin Al kian mendominasi. Ia menjejalkan satu tangannya ke dalam saku celana bahan berwarna senada dengan mantel. Mendengar suara Lionel, Alessandro langsung memutar badan. Pancaran manik biru safirnya sangat mengerikan—tidak bersahabat. “Jangan macam-macam Alessandro! Aku bisa menghubungi polisi mengatakan kalau kamu berusaha membunuhku!” teriak Lionel dengan raut wajah pucat pasi. Sebelah sudut bibir Alessandro berkedut samar. “Kamu pikir aku tertarik?” “Kalau begitu keluar dari sini!” Satu tangan Lionel yang terpasang infus terangkat dan menunjuk pada pintu. Alessandro menggerakkan sedikit kepalanya, kemudian mendekati r
Read more

Bab 87: Membuat Iri

“Tidak mau menyambut suamimu pulang?” kata Al seraya melepas mantel berwarna navy dan menyerakan kepada maid.Tepatnya di tengah anak tangga, Calantha seketika menghentikan langkah kaki. Semula wanita itu hendak ke taman, tetapi mendapati sang suami ada di depannya tentu saja langsung mengurungkan niat.“CEO ini kedinginan di awal musim salju,” goda Al. Ia melangkah perlahan menghampiri Calantha. “Schatzi … sudah minum obat?” tanyanya dengan suara penuh perhatian.Calantha mengangguk cepat dan kedua sudut bibirnya mengukir senyum kaku. Alessandro melingkarkan kedua tangan ke pinggul Cal. Pria itu menempelkan tubuh mereka dan menatap lekat sepasang manik abu-abu.“Jangan menghindar Schatzi. Kita bisa menghadapinya bersama-sama,” sambung Al.“Tapi ini tidaklah mudah Al.” Calantha menghela napas. “Apa kamu lupa apa yang diinginkan para tetua?” lirih Cal.“Oh itu.” Al menundukkan kepala lantas menaruh ibu jari di bawah dagu
Read more

Bab 88: Jangan Beri Tahu Orang Lain

Kota Zurich “Aku sakit apa?” tanya Mitha dengan hati-hati. Setelah membesuk Claira di kantor polisi, wanita itu bergegas memeriksakan diri di rumah sakit besar milik keluarga pamannya. Sekarang ia duduk saling berhadapan dengan dokter umum. “Apa Nona terlambat datang bulan?” tanya Dokter Isabelle Lutolf “Aku ini sedang sakit bukan konsultasi kandungan!” sembur Mitha merasa tak nyaman. “Menurut hasil pemeriksaan, Nona Paramitha sedang hamil untuk usianya saya tidak bisa memastikan karena Nona harus bertemu spesialis kandungan.” Dokter Isabelle tersenyum ramah, tidak ambil hati perkataan buruk pasien. Mitha meraih tas tangan dari kursi samping. Ia bergegas meninggalkan ruang pemeriksaan. Langkah kakinya sangat lebar menuju area parkir, ia ingin pulang dan istirahat. Sebelum mobil melaju, Mitha merasakan pusing cukup hebat dan perutnya melilit. Namun, wanita itu nekat berkendara. Akibat sakit kepala tidak tertahankan, Mitha berhenti di bahu jalan. Ia tertidur selama sepuluh menit
Read more

Bab 89: Claira Keras Kepala

“Apa yang kalian lakukan di sini?” tanya wanita itu setelah Alessandro dan Calantha keluar dari ruang pemeriksaan.Tentu saja keduanya terkejut, terutama Calantha. Ia benar-benar takut penyakitnya ini diketahui orang banyak. Cal sedikit menyembunyikan tubuh di balik punggung kekar.“Hai Mom. Sedang apa di rumah sakit?” Alessandro berusaha memecah kekakuan.Wanita paruh baya itu menjawab dengan pertanyaan. “Apa Calantha hamil? Ini kejutan kenapa disembunyikan?” Raut wajah Livy sumringah, saking bahagianya meneteskan air mata. Wanita paruh baya itu seketika mendekap erat tubuh Calantha.“Terima kasih Calantha, aku senang,” bisik Livy membuat tubuh Calantha gemetaran.Livy mengurai pelukan dan menggenggam kedua tangan Calantha.“Kenapa wajahmu pucat, Cal?” ibu tiga anak itu memidai kulit putih Calantha yang semakin putih tak bercahaya.Berbeda dengan Alessandro, Calantha merasa sesak dalam dada. Ia mereguk saliva yang begitu pekat mengaliri kerongkongan, tidak sanggup mengecewakan orang
Read more

Bab 90: Perawan Tua vs Penghibur

Lima belas menit sebelumnya. ‘Aroma parfum itu … tidak asing. Tapi milik siapa?’ gumam Calantha dalam hati. Netra kelabu nan cantik memperhatikan wanita asing itu hingga menghilang di balik pintu ruangan penyidik. Calantha menggelengkan kepala untuk menepis pikiran buruk. Wanita itu bergegas menghubungi sepupu Lionel di tempat sepi. Tanpa Calantha tahu seorang gadis berambut hitam dan ikal mengintip dari celah pintu. Sosok itu menahan napas karena hampir ketahuan, ia juga berharap Calantha segera pergi. “Sialan, kenapa dia ada di sini, huh?” gerutu Mitha. “Sedang apa kamu di sini? Ini bukan ruangan yang bisa disinggahi sembarang orang!” tegur seorang petugas polisi dari balik punggung Paramitha. “Maaf Pak. Saya pikir … maaf. Saya permisi.” Mitha menelan ludah ketika mendengar derap langkah Calantha semakin mendekati ruangan di mana ia bersembunyi. Langkah kaki Calantha semakin menjauh dan … menghilang. Setelah memastikan kondisi aman, Mitha segera keluar dari ruangan. Namun,
Read more
PREV
1
...
7891011
...
14
DMCA.com Protection Status