Home / Pernikahan / Pesona Istri Dadakan CEO / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Pesona Istri Dadakan CEO: Chapter 71 - Chapter 80

133 Chapters

Bab 71: Tidak Bisa Hubungan Jarak Jauh

“Xavi, sebelum pulang antar aku mengunjungi apartemen Mitha.” Cal begitu mencemaskan kondisi kakak sepupunya, pasalnya paska kejadian tempo hari Mitha tak lagi menghubungi.Xavi mengangguk patuh tanpa bertanya atau melaporkan apa pun Tuannya. Sebab Al sengaja memberi kelonggaran agar Cal tidak terserang depresi lagi.Namun, setibanya Cal di unit apartemen yang disewa Mitha, tidak ada seorang pun. Menurut penghuni lain, sudah lama tidak melihat Mitha berkeliaran. Alhasil, Cal memiliki firasat buruk. Sialnya lagi, ketika ia hendak menghubungi Mitha, nomor telepon kakak sepupu menghilang dari daftar kontak.“Bagaimana bisa?” gumamnya. Tiba-tiba Cal mengingat gerak-gerik mencurigakan Al. “Apa dia yang mengahapusnya? Kenapa?” sambungnya lagi. Sebelum pulang, Cal lebih dulu bertanya pada petugas pengelola. Perasaanya Cal antara lega dan sesak, karena Mitha baik-baik saja tetapi telah kembali ke Kota Zurich tanpa memberitahunya.Cal bergegas ke mansion, ia ingin bertanya pada Al tentang ala
Read more

Bab 72: Ulah Alessandro

“Sayangnya kakiku belum sembuh, tidak bebas bergerak.” Tatapan Al turun pada satu kakinya yang terluka. Eskpresi pria itu mendadak sendu dan helaan napas terdengar berat.“Lalu apa hubungannya dengan caramu?” tanya Cal bersuara rendah dan hati-hati. Ia tidak mau menyinggung suaminya.“Tentu saja tidur denganmu, sudah lama kita tidak melakukannya!” lontar Al membuat kelopak mata Cal terbuka lebar. Ia meletakkan satu tangan di atas perut rata Cal, lalu berkata, “Jika kamu hamil tidak bisa lari dariku!”Mendengar pernyataan itu Cal memalingkan wajah ke sisi lain. Al berhasil membuatnya kesal … ya kesal lantaran otak pria itu hanya berisi tentang anak dan … ranjang.Cal mengembuskan napas panjang lantas bergerak cepat turun dari tempat tidur. Ia berjalan menuju balkon dengan perasaan campur aduk. “Itu caraku!” sambung Al dengan antusias. Ia tersenyum tipis tetapi sangat manis, dan Cal masih bisa melihatnya melalui pantulan cermin.Akan tetapi, Cal enggan menanggapi. Ia terdiam sembari me
Read more

Bab 73: Tawaran Berkencan

Selama beberapa hari ini Cal cukup sibuk dengan pekerjaan kantor.Berhubung hari ini akhir pekan, Cal menyematkan diri berolahraga ringan di taman mansion. Baru saja ia menginjakkan kaki di lantai tiga, netra abu-abunya melihat Al keluar dari kamar.“Aku bantu Al!” Cal bergegas melingkarkan tangannya ke pinggang sang suami. Ia tidak tega lantaran pria itu tertatih menuju lift.“Terima kasih Schatzi … kamu benar-benar manis.” Suara Al mengalun lembut di telinga Cal. “Antar aku ke ruang kerja.”Cal hanya tersenyum kecil.Namun Al tidak puas. Ia menggoda Cal dengan cara mengecup pipi mulus yang kenyal dan kini cukup berisi, semakin menambah kesan seksi juga segar.“Al!” Cal memekik dan kelopak matanya melebar. “Kamu tidak tahu tempat!” tegur wanita itu dengan suara tertahan.“Memangnya kenapa Schatzi? Kita suami istri itu hal wajar.” Al memutar bola mata ke atas seolah berpikir keras. Ia mencondongkan kepala dan berbisik, “Termasuk bebas bercinta.” Al tergelak puas melihat raut muka Cal
Read more

Bab 74: Luar Biasa

Sepanjang pemutaran film, Al tidak fokus. Ia selalu menatap layar ponsel dan itu sangat mengganggu Cal yang menikmati setiap aksi laga pada layar lebar. Wanita itu menajamkan penglihatan tetapi percuma, sebab Al menutupi layar ponsel dengan cermat. Hanya cahaya terangnya yang mengusik mata. “Sebaiknya kita pulang saja. Ini bisa dilakukan lain hari,” celetuk bibir tipis itu. Cal menyambar gelas karton bersisi jus, langsung meneguk hingga tandas. “Maaf, tapi ini mendesak,” tukas Al. Cal menoleh ke samping, memperhatikan garis tegas pada wajah tampan suaminya. Sekalipun dikelilingi cahaya redup, Al tetap menawan dari segala sisi. Itu dari segi fisik, tetapi sikapnya sangat menjengkelkan. Uluran tangan Al menginterupsi lamunan Cal. “Ayo!” Tidak ingin mempermalukan suaminya di depan umum karena mereka diperhatikan banyak orang, Cal menyambut tangan kekar. Kemudian bergegas meninggalkan bioskop. Setelah menginjakkan kaki di area parkir, ia melepas genggaman jemari Al. “Tidak apa mar
Read more

Bab 75: Terlalu Percaya

‘Aku tidak … lagi pula Mitha tidak mungkin melakukan itu.’‘Kamu terlalu naif, Cal. Tidak selamanya orang di sekitar kita memiliki niat baik.’‘Termasuk kamu, Al.’Saat ini, keduanya dalam perjalanan pulang menuju mansion. Cal melamun, teringat percakapan terakhir kali sebelum meninggalkan kantor detektif. Bagi Cal itu sangat berat, karena kepercayaan terhadap Mitha dipertaruhkan. Ia tidak ingin terhasut oleh penuturan Al, menurutnya bisa saja Clair menjadikan kakak sepupu sebagai kambing hitam.Berbeda dengan Cal, Al duduk tenang dengan pandangan lurus menghadap ke jalan. Pria itu kehabisan kata setelah mendengar jawaban dari mulut Cal tentang kakak sepupu.Keterdiaman keduanya terbawa hingga tiba di mansion. Bahkan, ketika Cal hendak membantu Al turun dari mobil, pria itu memerintah kepala pelayan memapah sampai ke kamar. Baik Al atau Cal sama sekali tidak menghiraukan satu sama lain.“Bawakan aku secangkir teh chamomile!” titah Al.Kepala pelayan mengangguk patuh. “Baik Tuan.”“Ak
Read more

Bab 76: Hukuman

Di Mansion Torres. Seorang pria tampak mengetatkan rahang diiringi gigi saling bergemeretak membuat aura dingin menusuk begitu kentara di sekitarnya. Sepasang iris biru safir Al berkilat menatap layar berukuran tiga belas inch. Ia menumpu kedua siku dengan telapak tangan terkepal dan di atas meja. “Di mana Calantha?” Suara berat dan dingin Al membuat beku indera pendengar orang lain. “Nyonya dalam perjalanan pulang.” Seorang pengawal kepercayaan Al berdiri di belakang tuannya. “Selesaikan semua ini! Dan jangan meninggalkan jejak!” Perintah Al diangguki pria berjas hitam. Setelah memberikan perintah, Al kembali menatap layar tipis di depannya. Tanpa susah payah menyelidiki, ia tahu siapa pelaku di balik unggahan foto memalukan itu. Namun, Al memikirkan Cal. Pria itu yakin saat ini istrinya sedang dilanda kegelisahan. “Lionel masih bertingkah,” Al mendesis. Satu tangan pria itu mengambil ponsel lalu menghubungi Xavi. “Batalkan semua kerja sama kita dengan Tuan Pedrosa!” [Dim
Read more

Bab 77: Tantangan

“Hem, terima kasih atas kerja kerasnya,” ucap Al melalui sambungan telepon. Al segera mengakhiri perbincangannya bersama Xavi. Sebab Cal memasuki ruang kerja.“Sepertinya kamu sibuk,” kata Cal menahan diri.Al menggelengkan kepala. “Tidak. Katakan saja ada apa?” Cal berdeham kemudian duduk berseberangan dengan pria itu. Ia yakin Al bisa menebak keinginannya melalui ekspresi wajah mengiba.“Aku mau pulang … menemui Clair. Masalah ini perlu diluruskan, aku tidak mau dia bertingkah lagi.” Hening seketika.Al tidak menjawab sepatah kata. Ia berat hati mengizinkan sang istri pergi sendirian. Mengingat kedua wanita itu tetap bebas berkeliaran, dan tidak menutup kemungkinan salah satu di antara mereka mengutus orang untuk mencelakai Cal.“Aku bisa pergi sendiri.” Cal berusaha menyakinkan. Ia kembali berkata, “Aku tidak sengaja mendengar percakapanmu di telepon. Lionel mencoba melarikan diri tapi gagal.” Penuturan Cal diangguki Al. “Dia sudah diamankan polisi, jadi … aku aman,” sambungnya.
Read more

Bab 78: Pekerjaan Menyenangkan

Beberapa hari ini Cal disibukkan dengan pekerjaan kantor. Tidak jarang mengerjakannya di dalam kamar—di atas kasur atau karpet berbulu tebal. Ia benar-benar ingin membantu Al menyelesaikan tantangan yang diberikan dewan direksi.“Mereka semua sangat kejam,” gumam bibir tipis sembari menjepit pena di antara jari manis dan telunjuk. Cal melirik Al yang sedang berbincang melalui telepon. Wajah tampan pria itu kelihatan serius dan menegang. Entah apa dibahas oleh sang suami, suaranya tidak terdengar sedikit pun ke dalam kamar.Setelah beberapa menit memperhatikan Al, Cal kembali mengalihkan atensi pada laptop dan jajaran kertas. Ia menghela napas pelan menyadari waktunya terbuang percuma. Lantas wanita itu berdecak sembari melepaskan pena dari tangannya .“Kenapa?” Suara Al tiba-tiba merasuk pada gendang telinga. “Kamu kelelahan,” ujar pria itu.Cal menggeleng. “Bukan! Aku tidak pernah kelelahan.” Ia memutar bola matanya dengan jengah.“Itu bagus.” Al manggut-manggut, kemudian mendekati
Read more

Bab 79: Undangan Lionel

Xavi terdiam cukup lama.Al melirik Cal yang sama-sama penasaran, sebab asisten pribadi itu tetap membisu.“Katakan saja sekarang! Cal berhak mendengarnya!” ujar Al dengan santai sembari bersandar ke kursi penumpang.“Baik Tuan.” Xavi mengangguk patuh. Asisten itu mengeluarkan iPad dari saku jasnya.“Dini hari, Tuan Lionel dipindahkan ke rumah tahanan di luar kota, tetapi memasuki area perbatasan tahanan berhasil melarikan diri.” Bola mata Al dan Cal seketika melebar. Saking terkejutnya, Cal langsung meraih jemari Al dan meremas dengan kuat.“Tenang Schatzi, aku melindungimu.” Al menepuk pelan paha Cal. Pandangan pria itu beralih ke depan. Ia berkata, “Lalu?”“Tuan Lionel belum ditemukan.” Xavi tampak menghela napas, lantas menyerahkan iPad kepada Al. “Untuk selanjutnya silakan Anda lihat sendiri Tuan.” Suara pria itu berubah sengau.Al menerima tab lalu memeriksanya.Keingintahuan Cal yang sangat tinggi membuatnya menggeserkan kepala. Wanita itu membaca laporan yang diberikan Xavi.
Read more

Bab 80: Satu Solusi

Delapan jam sebelumnya di Kota Madrid. “CEO satu itu sibuk sekali,” Cal mencibir. Ia melirik jam digital telah menunjukkan pukul sepuluh malam. Cal tidak ambil pusing sebab setelah makan malam, Al bergegas ke ruang kerja untuk menyelesaikan pekerjaan kantor. Lima belas menit kemudian, Cal terlelap dalam balutan hangatnya selimut. Pukul satu dini hari, wanita pemilik iris abu-abu itu terjaga. Pandangannya merangkak ke samping memperhatikan cahaya tamaram. Satu tangan Cal meraba sisi tempat tidur, masih rapi dan tidak berjejak. Jujur saja, perasaan cemas mulai menghantui. Cal menyibak selimut, dengan perasaan gundah gulana turun dari tempat tidur. Ia meraih outer dan mantel lalu mengikat talinya. Cal langsung melangkah menuju ruang kerja Al. Tanpa mengetuk terlebih dahulu, Cal membuka pintu dan … tercengang mendapati ruangan itu hening serta dingin merasuk ke tulang. Bahkan tata letak semua benda tidak ada yang berubah sejak mereka keluar dari ruangan ini untuk makan malam. ‘D
Read more
PREV
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status