“Maaf Cal. Sebagai wanita yang melahirkannya … aku malu, sekali lagi aku minta maaf,” tutur Livy, setelah dokter selesai mengobati luka dan keluar kamar. Sesaat Cal bergeming, hanya mengedipkan kelopak mata. Saat ini, ia tidak tahu harus menjawab apa, berbohong atau jujur? Cal menemani ibu mertuanya duduk di tepi ranjang. Ia tidak bisa pergi, sebab wanita paruh baya itu selalu menggenggam tangannya. Ia juga tidak berkata apa pun, karena menceritakan masa lalu sama saja mengorek luka lama. Livy mengalihkan tatapannya pada langit-langit kamar. Ibu mertua berkata lirih, “Dia bilang menyukai seseorang, mau menikahinya di usia muda.” Mendengar ucapan ibu mertua membuat Cal memandangi pintu kamar yang tertutup rapat. Ia tahu pria itu ada di balik sana, mungkin sedang menguping atau … berdialog bersama Clair. “Dia membeli cincin itu dari uang tabungannya.” Livy melirik cincin di jari manis Cal. Wanita paruh baya itu mengulurkan tangan dan membelai pipi Cal, lalu berkata, “Ternyata lama
Read more