Semua Bab Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin: Bab 61 - Bab 70

235 Bab

Bab 61 - Jujur

Aksa bergeming, enggan untuk menanggapi perkataan Dewi. Sampai akhirnya Dewi kembali bersuara lirih, “Aku akan berusaha jadi istri yang baik buat kamu. Aku akan meninggalkan Denis, demi kamu,” kata Dewi di sela isak tangisnya, “asalkan kita gak bercerai, Mas. Aku gak mau! Aku memang belum cinta kamu, tapi aku nyaman sama kamu.”Tak ada rasa iba sedikit pun yang hadir di hati Aksa. Justru, ia mulai muak dengan segala pembelaan diri Dewi yang menurut Aksa sengaja diputar-putar agar dia tak terlihat bersalah. Perlahan, Aksa melepas tangan Dewi dari pinggangnya. Diakuinya kalau memang masih sangat mencintai Dewi, tetapi luka yang ditorehkan wanita itu padanya telanjur sangat dalam menyakitinya.Aksa yakin, bahwa perlahan rasa cintanya pada Dewi akan terkikis seiring dengan rasa sakit yang terus menggerogoti hati dan batinnya. Tanpa sepatah kata, Aksa berlalu ke mobil meninggalkan Dewi yang masih berdiri kaku di teras dengan raut
Baca selengkapnya

Bab 62

Suasana mendadak tegang. Bram tiba-tiba berdiri. Dadanya terlihat naik turun dengan raut wajah penuh emosi.Dia menggertakkan gigi, menatap nyalang pada Dewi. “Kenapa bisa kamu melakukan ini, Dewi? Kau tau? Perbuatanmu membuat keluarga harus menanggung malu!”Dewi masih tak menjawab. Hanya isakan tangisnya yang terdengar berulang. “Pa, Bu. Atas nama pribadi, juga keluargaku, aku minta maaf karena tidak bisa mempertahankan pernikahanku dengan Dewi. Kebohongan dan penghianatan yang dia lakukan sangat melukaiku dan tidak bisa aku terima,” kata Aksa tegas. Liana menghampiri Dewi dan menggenggam tangan putrinya itu. Paling tidak, hati kecilnya masih berharap bahwa apa yang dikatakan Aksa itu tidaklah benar. “Kenapa kamu melakukan ini?” tanya Liana pelan. Dengan nada suara yang tersendat-sendat, Dewi pun menjawab, “Aku ... aku minta maaf, Bu. Aku melakukan ini karena kupikir ini jalan yang terbaik. Dari awa
Baca selengkapnya

Bab 63 - Curhat Pada Mami

“Aksa, bangun!” teriak Bianca sambil memukul-mukul lengan putranya yang tidur tengkurap dan sangat susah dibangunkan. Setelah beberapa kali dipukul sang ibu, Aksa baru menggeliat pelan sedang Bianca yang kini melipat tangan di depan dada sontak menggeleng melihat pria itu yang tidak ada angin, tidak ada hujan tiba-tiba pulang dalam keadaan mabuk dan langsung masuk ke kamarnya tanpa sepatah kata. Entah ada apa dengannya? Namun, Bianca bisa menebak kalau Aksa sedang ada masalah serius. Dengan istrinya mungkin, karena tak biasanya Aksa mabuk-mabukan seperti ini. “Mi ...," ucap Aksa dengan suara khas bangun tidurnya. “Sudah pagi. Kamu gak salat subuh, kan?” tanya Bianca menyipitkan mata, mencari tahu. Tak ada jawaban, Aksa justru celingak-celinguk melihat situasi membuat Bianca bisa menarik kesimpulan. “Bodoh! Kamu pikir masalah bisa selesai dengan mabuk-mabukan sampai meninggalkan salat? Mami gak habis pikir sama kamu, Aksa!” bentak Bianca menggeleng sebelum akhirnya berl
Baca selengkapnya

Bab 64 - Kehilangan Jejak

“Hampir 3 tahun kami menikah, Mi. Tapi Dewi gak pernah mencintaiku.” Air mata Aksa kembali terjatuh. Sekarang, ia sudah tak merasa gengsi menangis di hadapan ibunya. Nyatanya, hatinya memang tak sekuat itu. Dia hanya tak menyangka, jika ketulusannya selama ini dibalas dengan pengkhianatan oleh orang yang dicintainya. Lagian, kenapa harus orang-orang tulus yang selalu disakiti dan dikhianati? Tidakkah ada kebahagiaan untuk mereka yang tulus? Perlahan, Bianca menggeser posisinya, dan membawa putra semata wayangnya itu ke dalam pelukannya. Mengusap-usap punggungnya sekadar untuk menenangkan. “Mami gak tau harus berbuat apa untuk membantumu, Sayang. Tapi, Mami tidak akan memaksa atau mencampuri keputusan yang akan kamu ambil nantinya,” ujar Bianca seraya menepuk-nepuk bahu Aksa. “Mami dari dulu sudah punya feeling gak baik tentang Dewi kan?” tanya Aksa curiga setelah melepas pelukan dari ibunya dan menatapnya lurus. Melalui manik mata wanita kesayangannya itu, ia menc
Baca selengkapnya

Bab 65 - Aqil Zayn

Dengan raut sedih dan kecewa berat, Aksa memilih pulang ke rumah. Baru saja, ia hampir punya titik terang keberadaan Ocha. Kalaupun, tadi Lala hanya sendirian, dia akan mendesak wanita itu untuk memberitahukan keberadaan Ocha. Tapi, sepertinya semesta belum merestuinya bertemu dengan anak dan mantan istrinya. Bayangkan saja, hanya perkara lampu merah, sepele tapi membuatnya kehilangan jejak. Setelah memarkirkan mobil di garasi, dengan langkah gontainya, ia masuk ke rumah orang tuanya dengan wajah lesu.“Assalamualaikum,” ucapnya, tapi tak ada yang menyahut. Dia pun berjalan pelan, mencari keberadaan ibunya.Ternyata, wanita tua itu sedang berada di dalam kamarnya.Terbukti, karena terdengar suara dari sana.Aksa pun mengintip melalui pintu yang memang terbuka sedikit. Ibunya tampak melakukan video call dengan seseorang sambil menghadap ke dekat dinding kaca kamarnya. “Alhamdulillah, jadi
Baca selengkapnya

Bab 66 - Kasus Aksa

“Mami tau di mana Ocha tinggal sekarang?”Tatapan Aksa pada ibunya sangat dalam dan penuh harap.Dalam hatinya, berharap jawaban yang didengar nanti akan memuaskan hatinya. Namun, detik berikutnya, Bianca menggeleng pelan membuat wajah Aksa mendadak lesu. “Mami sudah tanya, tapi Ocha gak mau mengatakannya, Nak,” ungkap Bianca. Terdengar sebuah tarikan napas berat dari Aksa. Ia sangat kecewa.Ocha benar-benar menutup kesempatannya untuk bertemu dengan putranya. Pria tampan itu beralih duduk di sebelah ibunya. Meletakkan siku di atas paha seraya memegang dahinya bak sedang berpikir.Beberapa saat kemudian, ia pun mengangkat wajah dengan tatapan lurus ke depan. “Ini salahku, Mi. Kalau aku bisa tegas pada Dewi waktu itu, gak plin-plan dalam mengambil keputusan, dan bisa adil terhadap istri-istriku, mungkin Ocha gak akan merasa diabaikan dan aku masih bisa bertemu anakku,” terang Aksa seraya menelan ludahnya yang
Baca selengkapnya

Bab 67

Ocha bengong sejenak. Terkejut, juga tak menyangka kalau Dewi yang terlihat tenang dan tulus bisa-bisanya bermain api dengan mantan kekasihnya di belakang sang suami? Apakah sekarang, memang lagi zaman mencintai mantan kekasih? Tapi, kenapa harus mencintai mantan di saat sudah menikah? Memangnya sesusah itu mencintai suami sendiri? “Jangan-jangan yang kemarin kita lihat di pantai, itu Mbak Dewi bareng mantannya?” tanya Ocha penasaran. Lala mengangguk. “Ya, namanya Denis. Banyak foto mereka berseliweran di sosmed, katanya mereka emang udah pacaran semenjak SMA. Berpisah, saat Dewi menikah dengan Aksa karena dijodohkan. Sementara, Denis hingga saat ini masih sendiri.” “Hanya saja, Aksa belum klarifikasi kebenarannya.” “Berarti mereka belum pasti bercerai kalau begitu,” kata Ocha sembari menyerahkan ponsel milik Lala. “Udah jelas, Dewi sudah membenarkan.” Hening beberapa saat. Ocha menunduk, berpikir sebelum akhirnya berujar pelan, “Memang kalau perselingkuhan, udah ga
Baca selengkapnya

Bab 68 - Pesona Yaya

Hari demi hari pun kian berganti, Ocha benar-benar memaksimalkan perannya sebagai ibu sekaligus ayah untuk putranya. Kala menatap bayi mungilnya yang baru saja selesai ia mandikan, membuat Ocha merasa tak tega meninggalkan bayi sekecil itu untuk kembali bekerja.Namun, apa boleh dikata karena keadaan tak punya pilihan untuknya. “Sayang, maafin Ibu, ya. Mulai lusa harus ninggalin kamu bekerja. Ibu jadi sedih, tapi apa yang Ibu lakuin juga untuk masa depannya Aqil.” Ocha berbicara seolah-olah bayinya mengerti. Tak berselang lama, Karina--wanita paruh baya yang masih tampak cantik alami itu datang dan membawa rantang berisi makanan untuk Ocha. Seperti biasa, Karin langsung ke rumah Ocha yang memang tak dikunci dan menghampiri wanita itu di kamarnya. “Nak, itu Tante bawa makanan buat kamu. Dimakan dulu, kamu belum sarapan, kan?” tanyanya bernada tebakan. Ocha tersenyum, lantas menggeleng. “Belum, Tante. Ngurusin Aqil dulu.”
Baca selengkapnya

Bab 69 - Tugas dari Presdir

Pagi-pagi sekali, Karin sudah datang ke kontrakan Ocha sesuai janjinya untuk menjaga bayi mungil yang masih berusia sebulan lebih itu. Menurut Karin, kasihan dengan si bayi jika Ocha yang harus membawanya ke rumah. Cuaca di pagi hari masih terlalu dingin.Untungnya, dari kontrakan dan rumah Karin memang terbilang dekat, bisa ditempuh dengan berjalan kaki saja beberapa meter.“Kamu dijagain Nenek Karin dulu ya, Sayang. Jangan rewel! Ibu harus kerja ... cari uang, biar bisa beliin susunya Aqil. Ya?” tutur Ocha sambil mencium bayinya berulang kali.Ia benar-benar tak tega meninggalkan bayinya, tapi juga tidak punya pilihan lain. Sekitar pukul 7 lebih 10 menit, dengan langkah yang sangat berat, Ocha pun beranjak dari tempat tidur. Napasnya berat terdengar diembuskan berulang kali.Begitu keluar rumah, ia dibuat bingung dan terkejut dengan keberadaan Yaya yang berdiri di teras rumahnya. “Ya, lu ngapain di sini? G
Baca selengkapnya

Bab 70 - Ketika Bertemu Mantan

Ocha pun memijat keningnya. Ia mendadak pusing memikirkan nasibnya. Entah ini bisa dianggap ujian atau apa? Tapi, ia sungguh berat menjalankannya. Pelan, ia mengambil ponsel dari saku blazernya untuk menghubungi Lala. Dia akan mencoba meminta bantuan pada gadis itu berharap bisa dibantu agar bagaimana tugasnya menemui presdir Harmoni Gastronomi dialihkan ke rekan-rekannya yang lain. Tak lama, Lala pun menjawab panggilannya. “Ada apa?” tanyanya. “Lu di mana? Gue butuh bantuan lu.” “Gue di ruangan. Lu ke sini aja.” “Oke, tungguin!” Dengan cepat, Ocha pun menuju ruangan Lala. Hingga tiba di sana, ia masuk dengan raut cemberutnya. “Kenapa muka lu bentukannya bonyok kek gitu? Abis kena tipu undian dapat uang tapi kudu bayar biaya admin lu?” tanya Lala tertawa meledek. “Ih! Jangan bercanda” ketus Ocha memanyunkan bibirnya.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
24
DMCA.com Protection Status