All Chapters of Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin: Chapter 41 - Chapter 50

235 Chapters

Bab 41

“Sial!” umpat Aksa, dengan sangat terpaksa melepaskan tautan jemarinya dari jemari Ocha.Aksa bangkit dari tidurnya dan meraih ponsel di atas nakas. Berjalan ke ruang tamu seraya menerima telepon.Sementara Ocha, dia ikut bangkit, membenahi pakaiannya yang berantakan karena ulah suaminya, sesekali menghela napas berat, sedikit kecewa. “Apa? Pulang?! Kan malam ini jadwalnya aku sama Ocha, Sayang. Bagaimana mungkin aku pulang?” Dari dalam kamar, Ocha mendengar Aksa mengobrol. Paling tidak, ia sudah bisa menebak dengan siapa suaminya berbicara?Beberapa saat kemudian, Aksa kembali ke kamar dengan wajah yang terlihat ditekuk.“Ocha, aku minta maaf ....” Nada suaranya terdengar sangat berat.“Kenapa?” tanya Ocha pura-pura tidak tahu. Padahal, ia mendengar obrolan Aksa dengan istri tuanya lewat telepon tadi. “Dewi lagi gak enak badan dan takut sendirian di rumah,” kata Aksa tak bisa menyembunyikan raut wa
Read more

Bab 42

Aksa kini menatap Dewi dengan tajam. “Dewi, tolong mengerti! Ini bukan hanya tentang kita berdua. Kamu sebagai calon ibu juga harus memikirkan anak yang akan lahir dari rahim Ocha.” Seketika Dewi tertawa sumbang, lalu melipat tangan di depan dadanya. “Kenapa? Apa karena kamu sudah mencintai Ocha sampai berat untuk meninggalkannya?” tanyanya penuh intimidasi. Aksa memilih bungkam. Baginya, ini bukan soal cinta, tetapi tanggung jawabnya sebagai suami dan juga calon ayah. Keduanya tidak sadar bahwa di tempat lain justru ada air mata yang susah payah ditahan, tetapi tetap mengalir membasahi wajahnya tatkala mendengar pertengkaran hebat mereka dari balik telepon. Ludahnya pun kian kelu tak menyangka hidup dan takdir bakal menghantamnya hingga se-menyakitkan itu. Dia menutup mulut, sedikit menjauhkan ponsel agar isakannya tak disadari oleh sepasang suami istri yang sedang bersitegang jauh di sana. Pelan, Dewi mendekat, lebih dekat, menatap Aksa dengan tajam. “Kalau kamu tida
Read more

Bab 43

Ocha pun kemudian berdiri perlahan, lantas berjalan menuju sofa. Tangisannya sudah mereda. Namun, matanya masih terlihat merah dan bengkak. Ia memang sedih dan terluka, tapi ia juga tak bisa terus berlarut dalam kesedihan. Dia kini duduk di sofa, tangannya sambil mengusap lembut perut yang sudah mulai membesar. Ocha menghela napas dalam-dalam, mencoba untuk terus menenangkan diri.Dengan suara lembut dan sedikit gemetar, ia berbicara, “Nak, maafkan Ibu ya ... Ibu gak bisa mempertahankan Papa buat kamu. Ibu tahu ini pasti sulit untuk kamu nantinya ....” Dia berhenti sejenak, mencoba menahan air mata yang mulai mengalir lagi. Tangannya masih terus mengusap lembut perutnya.“Tapi Ibu janji, akan selalu ada untuk kamu, Nak. Kita akan melewati semua ini bersama. Kamu adalah anugerah terbesar dalam hidup Ibu, dan Ibu akan melakukan apa pun untuk memastikan kamu tumbuh bahagia,” lanjut Ocha dengan penuh cinta. Ki
Read more

Bab 44

“Mbak diceraikan Mas Aksa, Nat!”Deg!Suara lemah dan isakan pilu Ocha membuat hati Nathan tersayat mendengarnya.Pria muda itu melongo sejenak, berusaha mencerna perkataan sang kakak yang bagaikan bom peledak.Di dalam sana, dadanya bergemuruh, emosi bak lahar panas yang hendak meluap, diam-diam tangannya ikut mengepal menyertai amarah yang perlahan membuncah. Memang bukan dirinya mengalami, tapi sakit yang dirasakan wanita yang lebih tua setahun darinya itu ikut menembus hingga hatinya. Saudara pria mana yang tak sakit hati jika mendengar kakak perempuannya disakiti oleh sesamanya? Walaupun, Nathan mengklaim diri bukan orang benar, suka mabuk-mabukan, sampai balapan liar, tetapi ia tak pernah sedikitpun menyakiti Ocha.“Aksa bre**sek!” umpat Nathan, sontak berdiri. “Bisa-bisanya dia membuang Mbak begitu saja setelah dihamili? Apa yang dia pikirkan, hah?!”“Istrinya hamil dan meminta Mas Aksa untuk
Read more

Bab 45

Setelah sadar saling berpandangan cukup lama, Ocha buru-buru mengalihkan pandangan ke arah lain, begitupun Aksa yang mendadak salah tingkah di hadapan Ocha. “Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Aksa. Setidaknya, dari nada suaranya masih tersirat jelas nada khawatir.Ocha menggeleng pelan sambil mengulas senyum canggung. “Dari cari udara segar, Mas. Terus sekarang mau pulang,” kata Ocha dengan suara lembutnya. Aksa mengangguk, sontak celingak-celinguk bak mengamati sekeliling. “Bukannya ini arah dari rumah orang tua kamu?”“Hm.”Sekali lagi, Aksa menganggukkan kepala pelan. “Mereka sudah tau tentang kita?” tanyanya merasa tak enak hati. Satu embusan napas panjang diberikan Ocha, sebelum akhirnya menjawab dengan jujur, “Sudah, tapi Papa belum tahu. Karena tadi gak ada di rumah.”Untuk beberapa saat, tak ada obrolan lagi. Keduanya mendadak canggung bertemu pertama kali setelah bercerai, walaupun perceraiannya
Read more

Bab 46

Dring!Ocha yang baru saja selesai melaksanakan shalat magrib, beranjak duduk di tepi kasur begitu bunyi pesan masuk di ponselnya memecah sunyi dan senyap di apartemen mewah mantan suaminya itu.Tangannya begitu saja terulur meraih ponsel di atas nakas untuk mengecek pesan yang baru saja diterimanya, barangkali itu pesan penting. Betapa terkejutnya wanita yang masih mengenakan mukena biru langit bermotif bunga-bunga itu melihat si pengirim pesan adalah mantan kakak madunya, Dewi.Dewi mengirim gambar yang sontak saja membuat bola mata Ocha melebar, nyaris keluar dengan mulut yang juga sedikit ternganga. Di sana, ada foto dirinya saat tengah berbicara dengan Aksa di lobby apartemen tadi.Dring!Pesan dari Dewi kembali masuk.[Dasar gak tau malu! Kenapa masih mendekati Aksa? Mau cari perhatian kamu sama suami orang? Mau jadi pelakor kamu, hah?!][Jadi, janda jangan gatal, dong! Awas aja, aku akan menyur
Read more

Bab 47

“Dari mana saja kamu baru pulang malam-malam begini?” Dewi bertanya sambil menatap Aksa dengan tajam.Hanya saja, ia buru-buru mengalihkan pandangan ke arah lain seraya menaikkan satu kaki di atas kaki lainnya dengan tangan menyilang di depan dada.Raut kesal juga bete tak dapat disembunyikan setelah pulang dari butik dan tak sengaja melihat Aksa memberikan tumpangan pada Ocha hingga ke apartemen tadi.Bukankah mereka sudah bercerai? Mengapa Aksa masih harus peduli pada wanita bayaran itu?Dewi menyebutnya wanita bayaran karena dulu ia sempat datang ke rumah mertuanya dan tak sengaja mendengar obrolan sang mertua dan ibunya Ocha di halaman samping.Berambisi dapat cucu, sehingga rela merogoh puluhan juta untuk membayar mereka agar Ocha mau menjadi istri Aksa. Dan bodohnya, karena Ocha mau. “Dari kerja, Sayang, emang dari mana lagi?” Aksa balik bertanya. Mencoba mengulas senyum untuk menyakinkan Dewi.
Read more

Bab 48

“Apa?!” pekik Paul sontak berdiri cemas, “Cerai?!”“Iya, Pa.”Brak!Paul berjalan ke dekat jendela setelah menggebrak meja. Kini, satu tangannya bertumpu pada bibir jendela sambil mengatur napas yang tak beraturan. “Apa yang terjadi, Nathan? Kenapa bisa seperti ini?” tanya Paul lemah. “Istri pertamanya Mas Aksa tiba-tiba hamil, Pa. Dan dia meminta Mas Aksa untuk menceraikan Mbak Ocha,” jawab Nathan jujur. Tiba-tiba air mata Paul mengalir. Tubuhnya terlihat terguncang, terluka dengan kabar buruk yang datang dari putrinya itu. “Papa kecewa, Nathan ....” Dia terisak, sambil menghapus air mata. “Mengapa Aksa tega membuang putriku seperti sampah?”“Setidaknya, kalau dia sudah tak memerlukan putriku lagi, kenapa tak mengembalikan dengan cara baik-baik?” Paul bertanya-tanya sambil menggeleng berulang. Hening beberapa saat. Ayah dan anak itu sama-sama merasa terluka.Paul beralihl menatap Nathan d
Read more

Bab 49 - Foto Mantan?

Melihat perutnya yang tengah mengandung buah pernikahannya dengan Aksa, tiba-tiba saja, Ocha kembali merasa sedih mengingat keadaannya sekarang yang bisa dibilang sangat memperihatinkan. Pernikahan yang sangat singkat, lebih cepat usai daripada perjanjiannya dengan sang suami. Semula, dia sangat ikhlas menjalani kehidupan meski harus rela menjadi istri kedua. Dia tidak pernah menyangka kalau harus diceraikan dalam keadaan hamil, dan menyedihkannya lagi, karena ia dicerai melalui pesan singkat. Ia merasa takdir seolah-olah sedang mempermainkannya. Meski demikian, Ocha tak menyalahkan siapa pun, tetapi ia sungguh kasihan pada dirinya sendiri. Dia berpikir, bagaimana caranya agar bisa berdamai dengan kenyataan dan memaafkan Aksa yang berkontribusi menciptakan luka di hatinya? Salahnya sendiri, karena terlalu larut dan mendalami peran sebagai istri Aksa hingga nyaman dengan sikap baik dan perhatian pria itu padanya selama ini. Kini, Ocha mulai bangkit dan berjalan ke meja makan
Read more

Bab 50

Dengan segenap rasa yang tak menentu, Aksa mengambil benda misterius tersebut dan mencoba mengamatinya secara saksama.“Pil KB?” tanyanya menatap lurus ke depan, sejenak berpikir, sebelum akhirnya kembali mengamati benda di tangannya itu.‘Mengapa ada Pil KB di laci kerja Dewi?' Aksa bertanya-tanya dalam hati dengan perasaan yang mulai gundah gulana.Kian penasaran, Aksa menarik laci itu lebih lebar, barangkali masih ada sesuatu yang ganjal di sini.Lagi dan lagi, ia menemukan sebuah obat yang asing dalam pandangannya. Jujur saja, dia belum pernah melihat obat seperti itu sebelumnya. ‘Sepertinya, ini obat khusus,’ pikirnya.Iseng, Aksa membuka fitur google lens pada ponselnya dan mulai mengarahkan kamera untuk mencari tahu kegunaan obat tersebut. “Digunakan sebagai alat kontrasepsi darurat. Efektif dalam mencegah kehamilan jika segera digunakan dalam kurun waktu 72 jam setelah hubungan seks tanpa pengaman.”
Read more
PREV
1
...
34567
...
24
DMCA.com Protection Status