All Chapters of Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin: Chapter 21 - Chapter 30

235 Chapters

Bab 21 - (18+)

“Hei, siapa itu?!” teriak pria tua yang mengenakan sarung itu sambil mengarahkan senter ke arah pohon mangga dan tepat sekali mengenai Aksa yang sedang bergelantungan. Belum lagi, anjing mulai sadar akan adanya orang asing.Bunyi gonggongan berulang kali membuat jantung Aksa berdetak tak karuan. Sekarang ia tak lagi memikirkan apa-apa, selain keselamatannya.Saat pria berambut keriting itu berjalan hendak menangkapnya barangkali. Aksa buru-buru turun. Tak mungkin juga tinggal diam, kalau ketahuan urusannya bakal rame. Masuk berita dengan tuduhan Presdir mencuri mangga. Itu sangat memalukan, bukan?Hampir saja ia terjatuh karena kakinya salah menginjak dahan, untung saja karena tangannya berpegangan kuat, jadi keseimbangan tubuhnya masih bisa kembali stabil. “Jangan lari kamu! Kurang ajar!” maki sang empunya mangga. “Berani-beraninya maling mangga orang!” Ia tak henti mengumpat, sambil terus menyoroti Aksa dengan sent
Read more

Bab 22

Pagi telah tiba dengan sinar mentari yang menerobos masuk melalui celah jendela apartemen milik Denis.Dewi membuka mata dengan perlahan, sambil memijat kepala yang masih terasa sakit. Ia menoleh dan mendapati Denis masih tidur dengan tubuh polosnya yang tertutupi selimut tebal.Sambil menghela napas, Dewi turun dari ranjang, memungut pakaiannya yang tergeletak begitu saja di lantai dan mengenakannya kembali dengan cepat. Setelah itu, ia beralih ke sofa di mana tas kecilnya berada dan mulai mengubek-ubek seolah mencari sesuatu. ‘Di mana obatnya?’ tanyanya dalam hati sambil terus memeriksa isi tas. Tapi, nihil. Tak ada barang yang dicarinya. Raut wajahnya seketika panik saat menyadari kalau ia lupa membawa pil pencengah kehamilan.Dia tiba-tiba terduduk lemas. Menyandarkan kepala pada sandaran sofa sambil memijat-mijat kening.Kemudian ia bangkit, menghampiri Denis dan membangunkan pria itu.
Read more

Bab 23

Dewi yang tak ingin terjebak lebih lama dalam situasi mendebarkan itu berpikir keras mencari alasan agar ia bisa pergi dari hadapan suaminya. “Em ... Mas, kamu mau ke kantor, kan?” tanya Dewi berusaha mengalihkan pembicaraan. “Iya, ini mau langsung ke kantor,” jawab Aksa. “Ya sudah. Sana berangkat, nanti telat. Aku juga mau ke butik lagi, tapi mau mandi dulu. Udah lengket banget ini badan. Sampai jumpa nanti sore, Sayang,” kata Dewi mengecup singkat pipi kanan dan kiri Aksa lantas berlalu pergi dengan sedikit berlari menaiki anak tangga. Meninggalkan Aksa yang berdiri bagai patung menatap punggung Dewi yang semakin jauh hingga tenggelam di balik tembok kami. ‘Apa yang Dewi sembunyikan dariku?’ tanya Aksa pada dirinya sendiri. Setelah memastikan Aksa sudah pergi, Dewi keluar kamar. Buru-buru ke ruang pribadinya. Mengambil pil kontrasepsi darurat yang biasa diminumnya jika sebelumnya lupa minum pil KB tapi berhubungan seks tanpa pengaman. Hingga hari pun kembali berla
Read more

Bab 24

Tiba di apartemen, Ocha langsung melepas tas kecilnya dan menyimpan ke meja. Sementara Aksa, ia berjalan pelan ke kamar dengan wajah lesunya untuk mengganti pakaian kerjanya. “Kamu udah makan belum, Mas?” tanya Ocha begitu Aksa sudah keluar dari kamar dan beralih duduk di dekatnya. Aksa menyandarkan kepala pada sandaran sofa sambil memejamkan matanya, lantas menjawab singkat, “Belum.” “Ya udah. Aku ambilin makan dulu, terus Mas Aksa minum obatnya. Abis itu baru istirahat. Aku tadi bikin sup ayam.” “Iya.” “Tapi, aku panasin sup-nya dulu, ya. Soalnya gak enak kalau dingin.” “Iya.” Walaupun sudah terbiasa mendengar jawaban Aksa yang singkat-singkat, tapi Ocha sampai kesal sendiri. Dia pun menuju dapur dengan bibir yang maju bak pantat ayam sambil bergerutu dalam hati, ‘Astaga, dia hanya demam, bukan banyak cicilan, tapi jawabannya kayak banyak tekanan.’ Sekitar beberapa menit bersemedi di dapur, Ocha akhirnya kembali ke ruang tamu membawa sepiring nasi dan semangku
Read more

Bab 25

Gegas Ocha bangkit dan berjalan mendekat ke dinding kaca apartemen untuk menerima panggilan dari istri pertama suaminya itu. “Iya, Mbak.”“Mas Aksa gimana, Cha ... udah baikan?” tanya Dewi dari seberang sana.“Alhamdulillah, udah, Mbak.”“Oh, ya baguslah kalau begitu. Terima kasih karena udah ambil alih tugasku. Seharusnya, aku yang rawat Mas Aksa, tapi malah nyuruh kamu. Mau bagaimana lagi karena ada hal lain yang juga mendadak. Maaf, merepotkanmu.”Setidaknya, mendnegar perkataan dari madunya itu membuat dada Ocha tiba-tiba sesak.Hanya saja, ia segera menepis perasaannya karena sadar hanya istri kedua yang tak sepenuhnya memiliki Aksa. “Iya, gak apa-apa, Mbak. Aku ikhlas kok ngerawat Mas Aksa,” katanya sedikit tercekat. “Kamu kasi vitamin jangan lupa ya, Cha. Terus soal makanan, jangan dikasi cumi-cumi sama ceker ayam. Mas Aksa gak suka.”Ocha sedikit terkejut mendengar ucapan Dewi.Bagai
Read more

Bab 26

Melihat tatapan suaminya yang tajam menembus hingga ke dasar hati, Ocha langsung paham kalau Aksa memberinya kode untuk bersandiwara di hadapan karyawan. “Belum ada ketetapan tanggal yang pasti, Pak, tetapi klien menyarankan untuk bertemu lagi dalam 2 minggu. Saya akan mengatur jadwal yang sesuai dengan semua pihak,” jawab Ocha asal.Intinya, mereka sedang menjalankan sandiwara seolah-olah mereka ada meeting di luar sebelum ke kantor.Ocha baru bisa bernapas lega saat keduanya sudah masuk lift.“Mas, kamu membuat jantungku hampir copot, tau, gak?!”Berbeda dengan Ocha, Aksa tetap terlihat santai. Tangannya tenggelam dalam saku celananya. “Kan sudah kubilang, akan aman, tapi,” ucapnya, “mau sampai kapan menyembunyikannya?”Dalam beberapa detik, keduanya saling melempar pandang. “Ya, gak usah ada yang tau sampai kita pisah. Kan cuma 365 hari,” kata Ocha. Mendengarnya, Aksa tiba-tiba tertawa kecil. Tangannya ter
Read more

Bab 27 - Mulai Berubah

“Sudah dulu ya, Mas. Lala sudah jemput aku.”“Iya. Pulangnya jangan terlalu larut,” kata Aksa yang menjadi penutup pembicaraan mereka pada malam itu. Setelah menutup telepon, Aksa berbalik dan mendapati Dewi sudah duduk di tempatnya kembali. Wanita bergaun merah itu mengulas senyum manisnya dengan sejuta kepalsuan untuk Aksa. Melihat sang suami yang perhatian pada wanita lain, pelan-pelan menumbuhkan perasaan cemburu, juga takut kehilangan di hati Dewi. Bagaimana kalau Ocha merebut Aksa darinya? Meskipun, ia tak mencintai pria itu, tetapi jujur ada rasa tak rela untuk melepasnya. Aksa adalah suaminya. Dia yang pertama memiliki pria itu. Diyakini Dewi bahwa Aksa adalah pria yang baik. Soal fisik, jika dibanding dengan kekasihnya, Dewi melihat mereka setara, tapi soal materi, Aksa memang lebih unggul. Hingga tibalah saat Aksa harus pulang pada istri keduanya, Dewi pun mengunjungi tempat biasa ia m
Read more

Bab 28

Di rumah Dewi.Aksa bersiap untuk pulang ke apartemen karena Ocha sudah menunggu. Barangkali, istrinya itu juga sudah memasak untuk makan malam mereka. Walaupun baru beberapa bulan bersama, setidaknya Aksa sudah sedikit hapal dengan kebiasaan Ocha yang terkadang lebih memilih memasak untuk sarapan bahkan makan malam keduanya daripada membeli makanan instan dari luar. Bukan untuk menghemat, tapi menurutnya makanan olah sendiri lebih sehat.Aksa beralih mengambil kunci mobil dan mengenakan jaketnya sambil menghampiri Dewi yang tengah berdiri mengusap-usap wajah dengan kapas di depan meja riasnya.“Sayang, aku sudah harus pergi ke apartemen. Ocha sudah menelepon dan menungguku,” pamit Aksa. Walau raut wajahnya sedikit tidak rela, Dewi tetap menjawab dengan santai. “Hm. Baiklah, hati-hati.”Namun, belum juga Aksa keluar dari kamar, Dewi tiba-tiba terduduk sambil memegangi perutnya kesakitan. “Aduh ... Mas, tungg
Read more

Bab 29

Keesokan harinya, dengan niat untuk melepas penat dan rasa kecewa terhadap suaminya, Ocha memilih untuk nongkrong bersama teman-temannya di sebuah taman pusat kota. Pada akhir pekan begini, tempatnya juga lumayan rame.Setidaknya, dengan bersama 2 temannya yang unik itu bisa membuat Ocha sekejap lupa akan beban hidup yang tak henti menerjang bagai angin di musim kemarau.“Betewe, Ya ... kapan lu ujian kompetensi?” tanya Ocha memulai pembicaraan di antara bisingnya suara-suara pengunjung yang lain.Sambil mengaduk es cappucino di hadapannya, Yaya menatap Ocha sebentar lantas berkata, “Bulan depan, maybe.”“Wah! Dikit lagi, dong. Gak nyangka sih gue, ternyata pertemanan kita udah sejauh ini,” kata Lala. “Hahaha, iya. Gue ingat banget dulu waktu Yaya masih maba. Dia gak punya teman, malah sok kenal sama kita yang notabene lebih senior di kampus,” sahut Ocha tersenyum tipis.Mengingat hal itu, Lala seketika tertawa, sedang
Read more

Bab 30

Yaya menatap Ocha dan Lala yang saat ini juga menatap ke arahnya seraya menunggunya melanjutkan perkataan. Melihat 2 temannya itu cukup serius, jiwa iseng Yaya pun tiba-tiba meronta. Dia mencondongkan badan seolah hendak membisikkan sesuatu. Namun, yang keluar dari mulutnya justru bukanlah hal penting. “Nungguin, ya?” tanya Yaya sontak membuat Ocha dan Lala mengerang sebal. “Sialan lu! Pengen banget gue buang lu ke kandang buaya!” umpat Lala. “Tau, ih! Udah serius dengarin juga,” cibir Ocha. Yaya tertawa tanpa rasa bersalah, lantas berkata, “Jangan terlalu serius. Dunia ini kejam untuk orang-orang yang terlalu serius seperti kalian.” Seketika itu, Lala memutar bola matanya, kesal. “Lanjutin, gak?” titahnya menatap Yaya dengan tajam. “Tapi, semua tergantung dari sudut pandang dan pikiran kalian. Kalau selalu berpikir positif seperti Ocha, ya itu tadi yang gue se
Read more
PREV
123456
...
24
DMCA.com Protection Status