Share

Bab 29

Penulis: Kharamiza
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Keesokan harinya, dengan niat untuk melepas penat dan rasa kecewa terhadap suaminya, Ocha memilih untuk nongkrong bersama teman-temannya di sebuah taman pusat kota.

Pada akhir pekan begini, tempatnya juga lumayan rame.

Setidaknya, dengan bersama 2 temannya yang unik itu bisa membuat Ocha sekejap lupa akan beban hidup yang tak henti menerjang bagai angin di musim kemarau.

“Betewe, Ya ... kapan lu ujian kompetensi?” tanya Ocha memulai pembicaraan di antara bisingnya suara-suara pengunjung yang lain.

Sambil mengaduk es cappucino di hadapannya, Yaya menatap Ocha sebentar lantas berkata, “Bulan depan, maybe.”

“Wah! Dikit lagi, dong. Gak nyangka sih gue, ternyata pertemanan kita udah sejauh ini,” kata Lala.

“Hahaha, iya. Gue ingat banget dulu waktu Yaya masih maba. Dia gak punya teman, malah sok kenal sama kita yang notabene lebih senior di kampus,” sahut Ocha tersenyum tipis.

Mengingat hal itu, Lala seketika tertawa, sedang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Erni Ruhiyani
kasihan bget si ocha hidup y ufh bnyak menderita . tlng thor jgan biarkan si ocha menderita
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 30

    Yaya menatap Ocha dan Lala yang saat ini juga menatap ke arahnya seraya menunggunya melanjutkan perkataan. Melihat 2 temannya itu cukup serius, jiwa iseng Yaya pun tiba-tiba meronta. Dia mencondongkan badan seolah hendak membisikkan sesuatu. Namun, yang keluar dari mulutnya justru bukanlah hal penting. “Nungguin, ya?” tanya Yaya sontak membuat Ocha dan Lala mengerang sebal. “Sialan lu! Pengen banget gue buang lu ke kandang buaya!” umpat Lala. “Tau, ih! Udah serius dengarin juga,” cibir Ocha. Yaya tertawa tanpa rasa bersalah, lantas berkata, “Jangan terlalu serius. Dunia ini kejam untuk orang-orang yang terlalu serius seperti kalian.” Seketika itu, Lala memutar bola matanya, kesal. “Lanjutin, gak?” titahnya menatap Yaya dengan tajam. “Tapi, semua tergantung dari sudut pandang dan pikiran kalian. Kalau selalu berpikir positif seperti Ocha, ya itu tadi yang gue se

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 31

    Ocha termenung membaca pesan dari suaminya yang tak disangka akan berkata seperti itu.Saking terkejut dengan sikap Aksa, ia tak sadar menjatuhkan ponsel ke lantai. Tiba-tiba saja, embun di matanya perlahan mengalir. Membasahi pipi putihnya. Ocha mengingat, Aksa pernah berjanji akan tetap bertanggung jawab pada kehamilannya.Pun pernah memintanya agar tak sungkan mengatakan jika ingin sesuatu. Nyatanya? Pembohong!Seringai masam pun tercetak jelas di wajah Ocha. Sekarang, ia benar-benar baru merasakan bahwa menjadi istri kedua itu tak ada enaknya. Awal-awal saja baik, selebihnya makan hati. Namun, percuma saja menyesali, karena ia telah memilih jalan menjadi istri kedua yang dicap pelakor oleh kebanyakan orang.Seandainya punya mesin waktu, ia bukan ingin mengembalikan waktu, tetapi justru memutar waktu agar cepat melahirkan dan terbebas dari posisinya sebagai istri kedua, meski harus menjadi janda

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 32

    Napas Dewi tiba-tiba tercekat. Bahkan, untuk menelan ludahnya saja ia berat.  Dia kini bagai orang bisu. Hendak bicara, tapi tak mampu. Ia tak dapat menyangkal perkataan Denis.“Mas Aksa akan menyayangi anak ini, karena dia mengira ini anaknya,” ucap Dewi dengan percaya dirinya. Denis tertawa pelan, lalu duduk di sebelah Dewi. “Kalau Aksa tau itu bukan anaknya?”Dewi kembali diam.“Kalau Aksa tau kau hamil anakku dan akhir-akhir ini sengaja memberinya obat tidur agar ia tak meminta kebutuhan batinnya pada kamu ... bagaimana, Wi?”Dewi masih terdiam. Lagi-lagi, ia tak dapat menyangkal karena yang dikatakan Denis semua benar. Dia sengaja melakukannya karena tak ingin mengandung anak dari orang yang tidak dicintainya. “Entah seberapa marahnya Aksa kalau tau kamu masih sering menemui mantan kekasihmu bahkan memberikan jatah mantan sampai sengaja hamil anak dari mantanmu ... agar kalian bisa bercerai da

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 33

    Ocha melongo kaget melihat Dewi yang kini sudah terduduk memegangi perut kesakitan.Ia refleks berjongkok, hendak menolong kakak madunya itu. “Ya ampun! Mbak, gak apa-apa?”Melihat kejadian itu dari kejauhan, Aksa segera berlari mendekat dengan wajah khawatir, “Apa yang terjadi?”Sementara itu, Bianca yang baru saja keluar dari kamar juga setengah berlari menghampiri kegaduhan di rumahnya tersebut. Dewi berusaha duduk sambil memegangi perut, menahan tangis palsunya, “Mas Aksa, tolong ... perutku sakit sekali," ringisnya sambil melirik Ocha. “Ocha sepertinya sengaja menabrakku!"Ocha menggeleng pelan. Wajahnya tampak kebingungan dan juga panik. “Aku gak sengaja, Mas. Mbak Dewi tiba-tiba berjalan sangat cepat ke arahku dan aku gak sempat menghindar,” katanya berusaha membela diri. Aksa spontan mengangkat Dewi dengan hati-hati ke dalam gendongannya.Pria itu menatap Ocha penuh amarah, “Bagaimana bisa kamu begitu ceroboh,

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 34

    Ocha terhenyak diam, berusaha mencerna apa yang baru saja didengar dari mulut wanita yang mengakui sebagai sekretaris baru suaminya itu. Maksudnya apa? Mengapa tiba-tiba ada sekretaris baru? Ocha berpikir keras, tapi tak jua ia memahami keadaan ini.“Maksudnya?” tanya Ocha dengan nada suara sedikit bergetar. Dia menatap wanita di hadapannya, lalu beralih menatap Lily seolah meminta penjelasan. Sebagai rekan kerja, Lily memahami keterkejutan Ocha yang tiba-tiba diganti tanpa penjelasan.Gadis berkemeja putih itu beranjak dari kursinya, lantas menarik lengan Ocha dan membawanya ke tempat yang sepi. “Ly, itu kenapa tiba-tiba ada sekretaris baru?” tanya Ocha tak sabaran.Lily menarik napas panjang. Menatap dalam wanita yang lebih tua setahun darinya itu. “Kemarin Kakak emang ke mana?” tanyanya. “Ke rumah sakit,” jawab Ocha singkat. “Izin gak ke Pak Aksa?” Lily bertanya lagi. Ocha t

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 35

    Kini, Ocha bergeming sambil memutar otak mencari-cari jawaban dari perkataan sang suami yang seolah-olah menuduhnya tak meminta izin saat cuti kemarin. Padahal, jelas-jelas pesan beruntun sudah ia kirimkan secara sadar. Centang dua berwarna biru, artinya si penerima membaca. Tapi, memang tak direspons. “Tapi, aku ... aku minta izin, Mas! Kamu kan tau sendiri kalau dari dulu gak pernah berani cuti tanpa izin.” Ocha berusaha membela diri. Aksa tahu betul, Ocha memang tipe sekretaris yang disiplin. Itulah mengapa, walaupun gadis itu masuk bekerja di perusahaan karena sang Mami, tapi Aksa tetap menyukai kinerjanya. “Izin di mana? Security?” tanya Aksa bernada ketus. Pada situasi ini, Ocha semakin tak mengerti dengan respons Aksa yang seolah-olah tak menerima pesan darinya. Bagaimana mungkin bisa seperti itu? Apa pria itu tak membuka ponsel? Lalu, kenapa tandanya terbaca? Ocha berusaha menjelaskan. “Padahal kamu sendiri sudah membacanya, tapi gak dibalas sama sekali,”

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 36

    Setelah beberapa saat menunggu, lift akhirnya terbuka. Aksa hendak terburu-buru pergi, tetapi tiba-tiba langkahnya tertahan oleh kedatangan sekretaris barunya.“Permisi Pak Aksa, saya mau mengingatkan kalau 30 menit lagi ada meeting penting dengan Divisi Fungsional,” ujar wanita dengan rok yang panjangnya hanya di atas lutut itu. “Re-schedule. Saya ada urusan!” tegas Aksa sambil berlalu begitu saja.Lift pun mulai bergerak turun. Sementara itu, Ocha kini berlari ke halaman kantor. Tak peduli banyak pasang mata memandangnya penuh tanya. Tadinya, tiba di lantai dasar dia hanya berjalan santai, tetapi pendengarannya tak sengaja menangkap suara-suara sumbang membicarakan perihal pemecatan dirinya yang ternyata sudah rame di area kantor. Penyebabnya karena ia terduga mencoba menjadi orang ketiga dalam rumah tangga Aksa dan istrinya. Satu hari tak bekerja, ketika masuk kembali ternyata sudah ada berita miring tentang diri

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 37

    Aksa berjalan mendekati wanita yang saat ini terlihat panik, apalagi dang suami menatapnya dengan sangat tajam. ‘Astaga, jangan sampai Aksa mendengarku berbicara dengan Denis,’ ujar Dewi dalam hati, merasa takut. “Dengan siapa kamu berbicara barusan?” tanya Aksa sedikit ketus. Dewi menjawab dengan gelengan. Berusaha santai, tapi tak bisa menyembunyikan kegugupannya. “Bu—kan siapa-siapa, Mas. Aku hanya ... berbicara dengan teman.” Aksa memicing penuh kecurigaan. Dia beralih melirik ponsel Dewi yang tergeletak di lantai dengan posisi layar menghadap ke atas. Sayangnya, saat Aksa mencoba membaca nama kontaknya, ponsel itu keburu mati. “Teman? Teman macam apa yang membuatmu sangat gugup sampai menjatuhkan hape?” Aksa sedikit mencondongkan badan ke arah Dewi, “Kau berbohong?” Dewi kembali menggelengkan kepalanya, beralih memungut ponsel. Tak lupa mengulas senyum tipis untuk terli

Bab terbaru

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Extra Part 2

    “Aqil, sini dulu,” teriak Aksa sambil mencoba mengetuk pintu berkali-kali.Aqil kembali berlari menghampiri pintu dan menempelkan wajah kecilnya pada pintu kaca itu seolah-olah tak baru saja melakukan kesalahan.“Aqil denger suara Papa nggak, Nak?”Tak terdengar sahutan, tetapi bibir kecil Aqil terlihat bergerak menyebut kata “Papa”.Aksa berjongkok, memberikan kode pada sang putra agar membuka pintu. Hanya saja, Aqil tak melakukan apa pun. Hanya ada raut bingung nan menggemaskan di wajahnya itu. Sementara itu, Ocha berlalu ke ujung balkon, memandang ke bawah dengan gelisah. Bukan apa-apa, ia takut Aqil melakukan sesuatu yang membahayakan dirinya sendiri kalau sendirian terlalu lama di kamar. “Sus Wina! Sus Wina!” teriaknya, berharap suara lantangnya itu terdengar sampai ke bawah. Namun, suasana rumah yang sepi membuat panggilannya berlalu sia-sia tanpa jawaban.“Sus Wina, ke dekat kolam renang dulu, dong.” Ocha masih berusaha memanggil pengasuh Aqil itu. Aksa kini sudah berdiri di

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Extra Part 1

    Dua bulan kemudian. Aula pernikahan tampak meriah dihiasi bunga-bunga berwarna pastel yang menyemarakkan suasana di hari bahagia Nathan dan Lala. Tamu-tamu mulai berdatangan, menambah semarak momen istimewa yang sebentar lagi akan dimulai. Dengan memegang lengan sang suami, Ocha melangkah di sisi Aksa. Keduanya mengenakan busana berwarna biru tua yang senada. Ocha tampak anggun dalam balutan kebaya ber-bordir elegan, sementara Aksa mengenakan setelan jas yang rapi. Pada gendongan pria itu, ada Aqil yang mengenakan tuxedo mungil dan tampak menggemaskan. Anak itu menarik perhatian beberapa tamu yang tersenyum melihat betapa lucunya dia. Tak jauh dari Mereka, Yaya hadir bersama ibunya dengan balutan busana senada. Yaya sesekali melirik ke arah Aqil dan mengangkat tangan kecilnya untuk melambai yang dibalas senyum oleh bocah itu. Sementara itu, Laras dan Paul sudah duduk di tempat yang telah disediakan untuk keluarga dan para tamu undangan. Di belakang mereka, Fafa yang

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 233 - END

    Dahi Ocha mengerut begitu mobilnya memasuki gerbang dan melihat ada mobil yang jelas bukan mobil suaminya sedang parkir di halaman rumahnya.Setelah memarkirkan mobilnya di garasi, dia pun keluar dan tak berselang lama, Aksa juga sudah datang dan memarkirkan mobilnya di sebelah mobil Ocha.“Mobil siapa, Sayang?” tanya Aksa sambil berjalan mendekati istrinya.Ocha mengangkat bahu menandakan ketidaktahuannya. Dia meraih tangan sang suami dan menciumnya dengan takzim. Seperti biasa, ketika pergi dan pulang kerja tak melewatkan saling memberikan pelukan hangat. Aksa mencium singkat kening, pipi, dan bibir istrinya. “Bukannya tadi kamu bilang akan pulang jam 7 malam, kok cepat?” tanya Ocha dengan tatapan menyelidik. “Loh, emang gak senang suaminya pulang cepat?”“Bukan, tapi kamu bilang sendiri tadi, kan.”“Pekerjaan udah selesai masa enggak boleh pulang? Lagian kangen si bocil.”Ocha mencebik, pura-pura kesal. “Oh

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 232 - Aksa Versi Sachet

    Dewi bangkit dari duduknya, berdalih memegang tangan sang suami. Tatapannya memelas seakan-akan meminta pembelaan. “Mas ... tapi, aku benar-benar sudah meminta agar foto itu di-take down.”Sebuah helaan napas berat dikeluarkan Denis. Dia seraya menatap sang istri dengan tajam, rahangnya mengeras menahan amarah. “Kamu, tuh, sadar nggak sih, Wi? Kamu udah bikin hidup orang lain dalam masalah tau, nggak? Apa kamu pikir setelah ini, permintaan maaf saja itu sudah cukup untuk memperbaiki semua kesalahan kamu pada mereka?”“Wi, kesalahan kamu yang kemarin saja belum tentu mereka maafkan, terus sekarang bertambah lagi.” Denis beralih duduk di sofa dengan wajah semrawut. Sambil memegangi kepala, pusing dengan kelakuan sang istri yang makin menjadi. Sambil menghampiri suaminya, mata Dewi kini berkaca-kaca. “Mas, aku ....” Dia pun berlutut, di hadapan Denis. Namun, Napasnya tercekat, seakan-akan kehilangan kata-kata.“Aku nggak akan bisa melindungi kamu ka

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 231 - Dewi?

    Makin ke sini isu yang beredar itu makin rame diperbincangkan di media. Banyak yang meminta Aksa dan Ocha segera klarifikasi untuk meredam isu yang pembahasannya justru mulai melebar ke mana-mana.“Cari tahu siapa yang pertama kali menyebarkan dan laporkan ke saya secepatnya!” perintah Aksa dengan nada tegas melalui telepon.Di kantor, tim keamanannya sudah bekerja maksimal untuk menyelidiki sumber isu yang beredar sesuai dengan permintaannya. Sementara itu, Ocha duduk di sofa sambil memperhatikan Aksa yang berdiri di dekat dinding kaca rumah mereka. Sibuk untuk menyelesaikan masalah itu. Ocha sesekali mengawasi Aqil yang entah sedang melakukan apa? Intinya dapat kolong yang bisa menampung dirinya, pasti masuk di sana.Dalam pikiran Ocha juga ada banyak hal, termasuk tertuju satu nama yang bisa mungkin menjadi sumber gaduhnya netizen di media sosial. Hanya saja, dia tidak ingin suuzan. “Aku curiga Dewi yang melakukan ini, Saya

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 230 - Gosip

    Di lain tempat pagi itu, Ocha dengan sabar terus mencoba menyuapi makan untuk putranya meskipun beberapa kali melepehkan bubur yang masuk ke mulutnya. Ocha menghela napas pelan sambil mengusap bibir Aqil yang belepotan. “Ayo, Sayang .... Makan yang banyak, ya. Biar Aqil sehat, nanti jadi anak pintar, ganteng kayak Papa kalau udah besar.” Hanya saja, bukannya membuka mulut, Aqil malah mengayunkan tangan, mencomot bubur dari sendok Ocha dan menempelkannya ke wajahnya sendiri. Seketika itu, bubur mengotori pipi mungilnya. “Ya ampun, anak gantengnya Ibu. Makanannya gak boleh dibuat mainan, ya, Sayang.” Di sebelahnya, Aksa memperhatikan sambil menahan tawa melihat tingkah lucu anaknya. Ia mengunyah sisa nasi gorengnya lalu menyelesaikan sarapannya. Sementara itu, Ocha meraih tisu dan mulai mengelap pipi Aqil yang kena bubur. “Coba sini Papa yang suapin Aqil, ya. Biar Ibu sarapan dulu aja.” Aksa mengajukan dirinya. Ocha menyerahkan sendok kecil itu pada Aksa, kemudian ia me

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 229 - Rela Mundur?

    Laras melangkah pelan memasuki ruang ICU, tempat Fafa terbaring lemah dengan berbagai alat medis yang terpasang di tubuhnya. Suara mesin detak jantung yang terus berdenyut makin menambah suasana mencekam. Laras mendekati ranjang putrinya dengan langkah gontai lalu duduk di kursi di sampingnya. Wajah Fafa tampak pucat, mata terpejam seakan-akan enggan untuk terbuka. Dengan tangan gemetar, Laras menggenggam tangan Fafa yang terasa dingin. Air matanya mulai mengalir membasahi pipi. “Fafa ... maafkan Ibu, Nak,” ucapnya dengan suara bergetar. “Semua ini kesalahan Ibu. Seharusnya yang menanggung karma kesalahan Ibu di masa lalu adalah Ibu sendiri, bukan kamu.”Laras merasakan dadanya kian sesak. Air matanya juga makin deras berjatuhan. “Ibu juga minta maaf karena terlalu keras padamu, Nak. Maafkan Ibu yang terlalu menghakimi seolah-olah enggan menerima keadaan kamu,” imbuhnya dengan suara serak.“Ibu seakan lupa kalau dulu pernah berada di p

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 228 - Teman Lama?

    Senyum Yaya tak pernah berhenti terpancar dari bibirnya ketika ia berada dalam perjalanan pulang. Hari ini, ia merasa sangat bahagia. Pertama, berhasil mengajak Lily nge-date. Kedua, Lily sudah tak cuek lagi padanya. Dan, yang ketiga ... ia cukup lega telah mengungkapkan perasaannya pada Lily.Dia menyetir dengan kecepatan standar sesekali bersenandung ria sambil mengingat obrolannya dengan Lily beberapa saat lalu.“Ada apa, Mas Yaya?” tanya Lily pelan begitu melihat Yaya keluar dari mobilnyaYaya pintu menutup pintu mobil dan menghampiri Lily sedikit canggung. Tatapannya yang serius dan penuh makna menatap Lily yang justru memandangnya penuh tanya. Pria berjaket abu-abu itu merasa harus jujur terhadap perasaannya pada Lily. Entah seperti apa hasilnya nanti, setidaknya ia sudah berusaha jujur. “Ly, aku perlu mengatakan sesuatu padamu, tapi bingung harus mulai dari mana?” Dia berkata pelan sambil menggaruk tengkuk yang sebenarnya tak gat

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 227 - Gugup

    Laras jatuh terduduk di kursi terdekat, air matanya sontak mengalir deras. “Koma?” Suaranya bergetar.“Dok, Kakak saya sedang hamil, apa kandungannya baik-baik saja?” tanya Ocha dengan raut cemas. Dia mengingat, tadi dia melihat ada darah yang juga merembes dari area selangkangan Fafa pasca kecelakaan.Sang dokter menarik napasnya lalu menggeleng pelan. Wajahnya menunjukkan kesedihan yang mendalam. “Benturan yang dialami pasien terlalu keras, Bu. Kami tidak bisa menyelamatkan janinnya.”Isakan Laras kembali terisak keras, nyaris histeris, tetapi Ocha buru-buru beralih menenangkannya. “Maaf, Dok. Kalau boleh tau, kira-kira Fafa akan koma sampai kapan?” Paul ikut bertanya. Hanya saja, kali ini dokter kembali menggeleng. “Kami belum bisa memastikan hal tersebut, Pak. Namun, kami akan terus memantau kondisinya selama 24 jam ke depan untuk melihat perkembangan lebih lanjut. Dan ....”“Bisa dipahami, ya, Pak, Bu?” Pertanyaan sang dok

DMCA.com Protection Status