Share

Bab 37

Penulis: Kharamiza
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Aksa berjalan mendekati wanita yang saat ini terlihat panik, apalagi dang suami menatapnya dengan sangat tajam.

‘Astaga, jangan sampai Aksa mendengarku berbicara dengan Denis,’ ujar Dewi dalam hati, merasa takut.

“Dengan siapa kamu berbicara barusan?” tanya Aksa sedikit ketus.

Dewi menjawab dengan gelengan. Berusaha santai, tapi tak bisa menyembunyikan kegugupannya. “Bu—kan siapa-siapa, Mas. Aku hanya ... berbicara dengan teman.”

Aksa memicing penuh kecurigaan. Dia beralih melirik ponsel Dewi yang tergeletak di lantai dengan posisi layar menghadap ke atas.

Sayangnya, saat Aksa mencoba membaca nama kontaknya, ponsel itu keburu mati.

“Teman? Teman macam apa yang membuatmu sangat gugup sampai menjatuhkan hape?” Aksa sedikit mencondongkan badan ke arah Dewi, “Kau berbohong?”

Dewi kembali menggelengkan kepalanya, beralih memungut ponsel. Tak lupa mengulas senyum tipis untuk terli
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Erni Ruhiyani
mdh"an kbsukan si dewi cpt ketahuan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 38

    Apartemen Lala.Ocha tengah mengaduk-aduk masakan sesekali mencium baunya yang menyeruak harum begitu Lala masuk dan langsung menghempaskan badan di sofa ruang tamu. Beberapa saat kemudian. “Gak balik lu?” tanya Lala yang kini sudah bersandar pada dinding dapur sambil mengamati aktivitas Ocha.Ocha berbalik. Matanya memicing sambil melipat tangan di depan dada.“Gak boleh gue di sini, hm?” tanyanya sedikit menantang.Lala tertawa pelan, beralih menjawil pipi Ocha, kemudian membuka kulkas.Mengambil air dingin dan menuang pada gelas, lalu meminumnya. “Minum itu harus duduk Lala Po. Jangan dibiasakan berdiri, gak baik,” tegur Ocha melihat Lala melepas dahaga sambil bersandar di kulkas.“Eh, iya. Suka lupa.” Lala menggaruk tengkuk yang tak gatal. “Pikiran gue isinya si dia mulu, jadi lupa segalanya.”“Bucin level akut!” cibir Lala. “Jadi, gimana? Gue gak boleh di sini?”“Mau lu di sini

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 39

    Hening beberapa saat. Lala mengangkat kedua bahunya sebagai bentuk tanggapan, sebelum akhirnya berkata, “Bisa jadi, tapi gue juga gak mau mengklaim kebenarannya, tapi ....” “... gini, deh! Gue tanya, emang lu sakit hati kalau liat Aksa bareng istri pertamanya?” Sebuah gelengan diberikan Ocha sebagai jawaban. “Cuma agak cemburu dikit aja,” katanya jujur. “Mungkin karena gue selalu yakinin diri ujung-ujungnya bakal pisah juga. Jadi, ngeliatnya kayak biasa aja.” “Hm. Mungkin yang dirasain Dewi itu cemburu dan sakit hati ketika Aksa lagi bareng lu,” ujar Lala mengeluarkan pendapatnya, “hati siapa coba yang baik-baik aja ketika melihat pasangannya lagi bareng wanita lain?” “Ya walaupun kalian itu sama-sama istrinya, tapi mustahil kalau gak ada hati yang tersakiti dari salah satu di antara kalian. Namanya juga wanita, gak bisa lepas dari sifat cemburunya.” Ocha mengangguk-angguk pelan, sedikit mulai paham. “Begitu? Kok, lu gak jadi dokter aja sih, La?” tanyanya memicing. “Disuru

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 40

    Dahi Ocha seketika mengerut ketika Aksa mendadak menghentikan kalimatnya. Entah apa yang akan dikatakan suaminya itu, tetapi lama menunggu, Aksa tak kunjung melanjutkan perkataannya. Keduanya kini beradu pandang dalam beberapa saat. Namun, Ocha buru-buru mengalihkan pandangannya ke arah lain. Meskipun sah-sah saja memandang suami sendiri, tetapi Ocha tak mau larut dan terjebak ke dalam pesona Aksa. Takut, jika kejadian, itu akan menyakitinya kelak mereka berpisah.“Sudahlah, Mas. Aku tidak mengapa. Lagian sudah terjadi juga,” kata Ocha sambil mengulas senyum tipisnya, berusaha baik-baik saja, meski kenyataan hatinya terluka.Ocha hendak beranjak, tetapi tiba-tiba Aksa menahannya. Tatapan mereka kembali bersemi, cukup lama. “Kenapa, Mas?” Ocha mengernyit bingung“Pria yang kemarin bersamamu ....” Aksa menjeda kalimatnya. Nada suaranya terdengar sedikit dingin. “Ada hubungan apa kalian?”Sontak saja

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 41

    “Sial!” umpat Aksa, dengan sangat terpaksa melepaskan tautan jemarinya dari jemari Ocha.Aksa bangkit dari tidurnya dan meraih ponsel di atas nakas. Berjalan ke ruang tamu seraya menerima telepon.Sementara Ocha, dia ikut bangkit, membenahi pakaiannya yang berantakan karena ulah suaminya, sesekali menghela napas berat, sedikit kecewa. “Apa? Pulang?! Kan malam ini jadwalnya aku sama Ocha, Sayang. Bagaimana mungkin aku pulang?” Dari dalam kamar, Ocha mendengar Aksa mengobrol. Paling tidak, ia sudah bisa menebak dengan siapa suaminya berbicara?Beberapa saat kemudian, Aksa kembali ke kamar dengan wajah yang terlihat ditekuk.“Ocha, aku minta maaf ....” Nada suaranya terdengar sangat berat.“Kenapa?” tanya Ocha pura-pura tidak tahu. Padahal, ia mendengar obrolan Aksa dengan istri tuanya lewat telepon tadi. “Dewi lagi gak enak badan dan takut sendirian di rumah,” kata Aksa tak bisa menyembunyikan raut wa

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 42

    Aksa kini menatap Dewi dengan tajam. “Dewi, tolong mengerti! Ini bukan hanya tentang kita berdua. Kamu sebagai calon ibu juga harus memikirkan anak yang akan lahir dari rahim Ocha.” Seketika Dewi tertawa sumbang, lalu melipat tangan di depan dadanya. “Kenapa? Apa karena kamu sudah mencintai Ocha sampai berat untuk meninggalkannya?” tanyanya penuh intimidasi. Aksa memilih bungkam. Baginya, ini bukan soal cinta, tetapi tanggung jawabnya sebagai suami dan juga calon ayah. Keduanya tidak sadar bahwa di tempat lain justru ada air mata yang susah payah ditahan, tetapi tetap mengalir membasahi wajahnya tatkala mendengar pertengkaran hebat mereka dari balik telepon. Ludahnya pun kian kelu tak menyangka hidup dan takdir bakal menghantamnya hingga se-menyakitkan itu. Dia menutup mulut, sedikit menjauhkan ponsel agar isakannya tak disadari oleh sepasang suami istri yang sedang bersitegang jauh di sana. Pelan, Dewi mendekat, lebih dekat, menatap Aksa dengan tajam. “Kalau kamu tida

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 43

    Ocha pun kemudian berdiri perlahan, lantas berjalan menuju sofa. Tangisannya sudah mereda. Namun, matanya masih terlihat merah dan bengkak. Ia memang sedih dan terluka, tapi ia juga tak bisa terus berlarut dalam kesedihan. Dia kini duduk di sofa, tangannya sambil mengusap lembut perut yang sudah mulai membesar. Ocha menghela napas dalam-dalam, mencoba untuk terus menenangkan diri.Dengan suara lembut dan sedikit gemetar, ia berbicara, “Nak, maafkan Ibu ya ... Ibu gak bisa mempertahankan Papa buat kamu. Ibu tahu ini pasti sulit untuk kamu nantinya ....” Dia berhenti sejenak, mencoba menahan air mata yang mulai mengalir lagi. Tangannya masih terus mengusap lembut perutnya.“Tapi Ibu janji, akan selalu ada untuk kamu, Nak. Kita akan melewati semua ini bersama. Kamu adalah anugerah terbesar dalam hidup Ibu, dan Ibu akan melakukan apa pun untuk memastikan kamu tumbuh bahagia,” lanjut Ocha dengan penuh cinta. Ki

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 44

    “Mbak diceraikan Mas Aksa, Nat!”Deg!Suara lemah dan isakan pilu Ocha membuat hati Nathan tersayat mendengarnya.Pria muda itu melongo sejenak, berusaha mencerna perkataan sang kakak yang bagaikan bom peledak.Di dalam sana, dadanya bergemuruh, emosi bak lahar panas yang hendak meluap, diam-diam tangannya ikut mengepal menyertai amarah yang perlahan membuncah. Memang bukan dirinya mengalami, tapi sakit yang dirasakan wanita yang lebih tua setahun darinya itu ikut menembus hingga hatinya. Saudara pria mana yang tak sakit hati jika mendengar kakak perempuannya disakiti oleh sesamanya? Walaupun, Nathan mengklaim diri bukan orang benar, suka mabuk-mabukan, sampai balapan liar, tetapi ia tak pernah sedikitpun menyakiti Ocha.“Aksa bre**sek!” umpat Nathan, sontak berdiri. “Bisa-bisanya dia membuang Mbak begitu saja setelah dihamili? Apa yang dia pikirkan, hah?!”“Istrinya hamil dan meminta Mas Aksa untuk

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 45

    Setelah sadar saling berpandangan cukup lama, Ocha buru-buru mengalihkan pandangan ke arah lain, begitupun Aksa yang mendadak salah tingkah di hadapan Ocha. “Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Aksa. Setidaknya, dari nada suaranya masih tersirat jelas nada khawatir.Ocha menggeleng pelan sambil mengulas senyum canggung. “Dari cari udara segar, Mas. Terus sekarang mau pulang,” kata Ocha dengan suara lembutnya. Aksa mengangguk, sontak celingak-celinguk bak mengamati sekeliling. “Bukannya ini arah dari rumah orang tua kamu?”“Hm.”Sekali lagi, Aksa menganggukkan kepala pelan. “Mereka sudah tau tentang kita?” tanyanya merasa tak enak hati. Satu embusan napas panjang diberikan Ocha, sebelum akhirnya menjawab dengan jujur, “Sudah, tapi Papa belum tahu. Karena tadi gak ada di rumah.”Untuk beberapa saat, tak ada obrolan lagi. Keduanya mendadak canggung bertemu pertama kali setelah bercerai, walaupun perceraiannya

Bab terbaru

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Extra Part 2

    “Aqil, sini dulu,” teriak Aksa sambil mencoba mengetuk pintu berkali-kali.Aqil kembali berlari menghampiri pintu dan menempelkan wajah kecilnya pada pintu kaca itu seolah-olah tak baru saja melakukan kesalahan.“Aqil denger suara Papa nggak, Nak?”Tak terdengar sahutan, tetapi bibir kecil Aqil terlihat bergerak menyebut kata “Papa”.Aksa berjongkok, memberikan kode pada sang putra agar membuka pintu. Hanya saja, Aqil tak melakukan apa pun. Hanya ada raut bingung nan menggemaskan di wajahnya itu. Sementara itu, Ocha berlalu ke ujung balkon, memandang ke bawah dengan gelisah. Bukan apa-apa, ia takut Aqil melakukan sesuatu yang membahayakan dirinya sendiri kalau sendirian terlalu lama di kamar. “Sus Wina! Sus Wina!” teriaknya, berharap suara lantangnya itu terdengar sampai ke bawah. Namun, suasana rumah yang sepi membuat panggilannya berlalu sia-sia tanpa jawaban.“Sus Wina, ke dekat kolam renang dulu, dong.” Ocha masih berusaha memanggil pengasuh Aqil itu. Aksa kini sudah berdiri di

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Extra Part 1

    Dua bulan kemudian. Aula pernikahan tampak meriah dihiasi bunga-bunga berwarna pastel yang menyemarakkan suasana di hari bahagia Nathan dan Lala. Tamu-tamu mulai berdatangan, menambah semarak momen istimewa yang sebentar lagi akan dimulai. Dengan memegang lengan sang suami, Ocha melangkah di sisi Aksa. Keduanya mengenakan busana berwarna biru tua yang senada. Ocha tampak anggun dalam balutan kebaya ber-bordir elegan, sementara Aksa mengenakan setelan jas yang rapi. Pada gendongan pria itu, ada Aqil yang mengenakan tuxedo mungil dan tampak menggemaskan. Anak itu menarik perhatian beberapa tamu yang tersenyum melihat betapa lucunya dia. Tak jauh dari Mereka, Yaya hadir bersama ibunya dengan balutan busana senada. Yaya sesekali melirik ke arah Aqil dan mengangkat tangan kecilnya untuk melambai yang dibalas senyum oleh bocah itu. Sementara itu, Laras dan Paul sudah duduk di tempat yang telah disediakan untuk keluarga dan para tamu undangan. Di belakang mereka, Fafa yang

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 233 - END

    Dahi Ocha mengerut begitu mobilnya memasuki gerbang dan melihat ada mobil yang jelas bukan mobil suaminya sedang parkir di halaman rumahnya.Setelah memarkirkan mobilnya di garasi, dia pun keluar dan tak berselang lama, Aksa juga sudah datang dan memarkirkan mobilnya di sebelah mobil Ocha.“Mobil siapa, Sayang?” tanya Aksa sambil berjalan mendekati istrinya.Ocha mengangkat bahu menandakan ketidaktahuannya. Dia meraih tangan sang suami dan menciumnya dengan takzim. Seperti biasa, ketika pergi dan pulang kerja tak melewatkan saling memberikan pelukan hangat. Aksa mencium singkat kening, pipi, dan bibir istrinya. “Bukannya tadi kamu bilang akan pulang jam 7 malam, kok cepat?” tanya Ocha dengan tatapan menyelidik. “Loh, emang gak senang suaminya pulang cepat?”“Bukan, tapi kamu bilang sendiri tadi, kan.”“Pekerjaan udah selesai masa enggak boleh pulang? Lagian kangen si bocil.”Ocha mencebik, pura-pura kesal. “Oh

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 232 - Aksa Versi Sachet

    Dewi bangkit dari duduknya, berdalih memegang tangan sang suami. Tatapannya memelas seakan-akan meminta pembelaan. “Mas ... tapi, aku benar-benar sudah meminta agar foto itu di-take down.”Sebuah helaan napas berat dikeluarkan Denis. Dia seraya menatap sang istri dengan tajam, rahangnya mengeras menahan amarah. “Kamu, tuh, sadar nggak sih, Wi? Kamu udah bikin hidup orang lain dalam masalah tau, nggak? Apa kamu pikir setelah ini, permintaan maaf saja itu sudah cukup untuk memperbaiki semua kesalahan kamu pada mereka?”“Wi, kesalahan kamu yang kemarin saja belum tentu mereka maafkan, terus sekarang bertambah lagi.” Denis beralih duduk di sofa dengan wajah semrawut. Sambil memegangi kepala, pusing dengan kelakuan sang istri yang makin menjadi. Sambil menghampiri suaminya, mata Dewi kini berkaca-kaca. “Mas, aku ....” Dia pun berlutut, di hadapan Denis. Namun, Napasnya tercekat, seakan-akan kehilangan kata-kata.“Aku nggak akan bisa melindungi kamu ka

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 231 - Dewi?

    Makin ke sini isu yang beredar itu makin rame diperbincangkan di media. Banyak yang meminta Aksa dan Ocha segera klarifikasi untuk meredam isu yang pembahasannya justru mulai melebar ke mana-mana.“Cari tahu siapa yang pertama kali menyebarkan dan laporkan ke saya secepatnya!” perintah Aksa dengan nada tegas melalui telepon.Di kantor, tim keamanannya sudah bekerja maksimal untuk menyelidiki sumber isu yang beredar sesuai dengan permintaannya. Sementara itu, Ocha duduk di sofa sambil memperhatikan Aksa yang berdiri di dekat dinding kaca rumah mereka. Sibuk untuk menyelesaikan masalah itu. Ocha sesekali mengawasi Aqil yang entah sedang melakukan apa? Intinya dapat kolong yang bisa menampung dirinya, pasti masuk di sana.Dalam pikiran Ocha juga ada banyak hal, termasuk tertuju satu nama yang bisa mungkin menjadi sumber gaduhnya netizen di media sosial. Hanya saja, dia tidak ingin suuzan. “Aku curiga Dewi yang melakukan ini, Saya

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 230 - Gosip

    Di lain tempat pagi itu, Ocha dengan sabar terus mencoba menyuapi makan untuk putranya meskipun beberapa kali melepehkan bubur yang masuk ke mulutnya. Ocha menghela napas pelan sambil mengusap bibir Aqil yang belepotan. “Ayo, Sayang .... Makan yang banyak, ya. Biar Aqil sehat, nanti jadi anak pintar, ganteng kayak Papa kalau udah besar.” Hanya saja, bukannya membuka mulut, Aqil malah mengayunkan tangan, mencomot bubur dari sendok Ocha dan menempelkannya ke wajahnya sendiri. Seketika itu, bubur mengotori pipi mungilnya. “Ya ampun, anak gantengnya Ibu. Makanannya gak boleh dibuat mainan, ya, Sayang.” Di sebelahnya, Aksa memperhatikan sambil menahan tawa melihat tingkah lucu anaknya. Ia mengunyah sisa nasi gorengnya lalu menyelesaikan sarapannya. Sementara itu, Ocha meraih tisu dan mulai mengelap pipi Aqil yang kena bubur. “Coba sini Papa yang suapin Aqil, ya. Biar Ibu sarapan dulu aja.” Aksa mengajukan dirinya. Ocha menyerahkan sendok kecil itu pada Aksa, kemudian ia me

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 229 - Rela Mundur?

    Laras melangkah pelan memasuki ruang ICU, tempat Fafa terbaring lemah dengan berbagai alat medis yang terpasang di tubuhnya. Suara mesin detak jantung yang terus berdenyut makin menambah suasana mencekam. Laras mendekati ranjang putrinya dengan langkah gontai lalu duduk di kursi di sampingnya. Wajah Fafa tampak pucat, mata terpejam seakan-akan enggan untuk terbuka. Dengan tangan gemetar, Laras menggenggam tangan Fafa yang terasa dingin. Air matanya mulai mengalir membasahi pipi. “Fafa ... maafkan Ibu, Nak,” ucapnya dengan suara bergetar. “Semua ini kesalahan Ibu. Seharusnya yang menanggung karma kesalahan Ibu di masa lalu adalah Ibu sendiri, bukan kamu.”Laras merasakan dadanya kian sesak. Air matanya juga makin deras berjatuhan. “Ibu juga minta maaf karena terlalu keras padamu, Nak. Maafkan Ibu yang terlalu menghakimi seolah-olah enggan menerima keadaan kamu,” imbuhnya dengan suara serak.“Ibu seakan lupa kalau dulu pernah berada di p

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 228 - Teman Lama?

    Senyum Yaya tak pernah berhenti terpancar dari bibirnya ketika ia berada dalam perjalanan pulang. Hari ini, ia merasa sangat bahagia. Pertama, berhasil mengajak Lily nge-date. Kedua, Lily sudah tak cuek lagi padanya. Dan, yang ketiga ... ia cukup lega telah mengungkapkan perasaannya pada Lily.Dia menyetir dengan kecepatan standar sesekali bersenandung ria sambil mengingat obrolannya dengan Lily beberapa saat lalu.“Ada apa, Mas Yaya?” tanya Lily pelan begitu melihat Yaya keluar dari mobilnyaYaya pintu menutup pintu mobil dan menghampiri Lily sedikit canggung. Tatapannya yang serius dan penuh makna menatap Lily yang justru memandangnya penuh tanya. Pria berjaket abu-abu itu merasa harus jujur terhadap perasaannya pada Lily. Entah seperti apa hasilnya nanti, setidaknya ia sudah berusaha jujur. “Ly, aku perlu mengatakan sesuatu padamu, tapi bingung harus mulai dari mana?” Dia berkata pelan sambil menggaruk tengkuk yang sebenarnya tak gat

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 227 - Gugup

    Laras jatuh terduduk di kursi terdekat, air matanya sontak mengalir deras. “Koma?” Suaranya bergetar.“Dok, Kakak saya sedang hamil, apa kandungannya baik-baik saja?” tanya Ocha dengan raut cemas. Dia mengingat, tadi dia melihat ada darah yang juga merembes dari area selangkangan Fafa pasca kecelakaan.Sang dokter menarik napasnya lalu menggeleng pelan. Wajahnya menunjukkan kesedihan yang mendalam. “Benturan yang dialami pasien terlalu keras, Bu. Kami tidak bisa menyelamatkan janinnya.”Isakan Laras kembali terisak keras, nyaris histeris, tetapi Ocha buru-buru beralih menenangkannya. “Maaf, Dok. Kalau boleh tau, kira-kira Fafa akan koma sampai kapan?” Paul ikut bertanya. Hanya saja, kali ini dokter kembali menggeleng. “Kami belum bisa memastikan hal tersebut, Pak. Namun, kami akan terus memantau kondisinya selama 24 jam ke depan untuk melihat perkembangan lebih lanjut. Dan ....”“Bisa dipahami, ya, Pak, Bu?” Pertanyaan sang dok

DMCA.com Protection Status