Hening beberapa saat. Lala mengangkat kedua bahunya sebagai bentuk tanggapan, sebelum akhirnya berkata, “Bisa jadi, tapi gue juga gak mau mengklaim kebenarannya, tapi ....” “... gini, deh! Gue tanya, emang lu sakit hati kalau liat Aksa bareng istri pertamanya?” Sebuah gelengan diberikan Ocha sebagai jawaban. “Cuma agak cemburu dikit aja,” katanya jujur. “Mungkin karena gue selalu yakinin diri ujung-ujungnya bakal pisah juga. Jadi, ngeliatnya kayak biasa aja.” “Hm. Mungkin yang dirasain Dewi itu cemburu dan sakit hati ketika Aksa lagi bareng lu,” ujar Lala mengeluarkan pendapatnya, “hati siapa coba yang baik-baik aja ketika melihat pasangannya lagi bareng wanita lain?” “Ya walaupun kalian itu sama-sama istrinya, tapi mustahil kalau gak ada hati yang tersakiti dari salah satu di antara kalian. Namanya juga wanita, gak bisa lepas dari sifat cemburunya.” Ocha mengangguk-angguk pelan, sedikit mulai paham. “Begitu? Kok, lu gak jadi dokter aja sih, La?” tanyanya memicing. “Disuru
Read more