All Chapters of Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin: Chapter 31 - Chapter 40

235 Chapters

Bab 31

Ocha termenung membaca pesan dari suaminya yang tak disangka akan berkata seperti itu.Saking terkejut dengan sikap Aksa, ia tak sadar menjatuhkan ponsel ke lantai. Tiba-tiba saja, embun di matanya perlahan mengalir. Membasahi pipi putihnya. Ocha mengingat, Aksa pernah berjanji akan tetap bertanggung jawab pada kehamilannya.Pun pernah memintanya agar tak sungkan mengatakan jika ingin sesuatu. Nyatanya? Pembohong!Seringai masam pun tercetak jelas di wajah Ocha. Sekarang, ia benar-benar baru merasakan bahwa menjadi istri kedua itu tak ada enaknya. Awal-awal saja baik, selebihnya makan hati. Namun, percuma saja menyesali, karena ia telah memilih jalan menjadi istri kedua yang dicap pelakor oleh kebanyakan orang.Seandainya punya mesin waktu, ia bukan ingin mengembalikan waktu, tetapi justru memutar waktu agar cepat melahirkan dan terbebas dari posisinya sebagai istri kedua, meski harus menjadi janda
Read more

Bab 32

Napas Dewi tiba-tiba tercekat. Bahkan, untuk menelan ludahnya saja ia berat.  Dia kini bagai orang bisu. Hendak bicara, tapi tak mampu. Ia tak dapat menyangkal perkataan Denis.“Mas Aksa akan menyayangi anak ini, karena dia mengira ini anaknya,” ucap Dewi dengan percaya dirinya. Denis tertawa pelan, lalu duduk di sebelah Dewi. “Kalau Aksa tau itu bukan anaknya?”Dewi kembali diam.“Kalau Aksa tau kau hamil anakku dan akhir-akhir ini sengaja memberinya obat tidur agar ia tak meminta kebutuhan batinnya pada kamu ... bagaimana, Wi?”Dewi masih terdiam. Lagi-lagi, ia tak dapat menyangkal karena yang dikatakan Denis semua benar. Dia sengaja melakukannya karena tak ingin mengandung anak dari orang yang tidak dicintainya. “Entah seberapa marahnya Aksa kalau tau kamu masih sering menemui mantan kekasihmu bahkan memberikan jatah mantan sampai sengaja hamil anak dari mantanmu ... agar kalian bisa bercerai da
Read more

Bab 33

Ocha melongo kaget melihat Dewi yang kini sudah terduduk memegangi perut kesakitan.Ia refleks berjongkok, hendak menolong kakak madunya itu. “Ya ampun! Mbak, gak apa-apa?”Melihat kejadian itu dari kejauhan, Aksa segera berlari mendekat dengan wajah khawatir, “Apa yang terjadi?”Sementara itu, Bianca yang baru saja keluar dari kamar juga setengah berlari menghampiri kegaduhan di rumahnya tersebut. Dewi berusaha duduk sambil memegangi perut, menahan tangis palsunya, “Mas Aksa, tolong ... perutku sakit sekali," ringisnya sambil melirik Ocha. “Ocha sepertinya sengaja menabrakku!"Ocha menggeleng pelan. Wajahnya tampak kebingungan dan juga panik. “Aku gak sengaja, Mas. Mbak Dewi tiba-tiba berjalan sangat cepat ke arahku dan aku gak sempat menghindar,” katanya berusaha membela diri. Aksa spontan mengangkat Dewi dengan hati-hati ke dalam gendongannya.Pria itu menatap Ocha penuh amarah, “Bagaimana bisa kamu begitu ceroboh,
Read more

Bab 34

Ocha terhenyak diam, berusaha mencerna apa yang baru saja didengar dari mulut wanita yang mengakui sebagai sekretaris baru suaminya itu. Maksudnya apa? Mengapa tiba-tiba ada sekretaris baru? Ocha berpikir keras, tapi tak jua ia memahami keadaan ini.“Maksudnya?” tanya Ocha dengan nada suara sedikit bergetar. Dia menatap wanita di hadapannya, lalu beralih menatap Lily seolah meminta penjelasan. Sebagai rekan kerja, Lily memahami keterkejutan Ocha yang tiba-tiba diganti tanpa penjelasan.Gadis berkemeja putih itu beranjak dari kursinya, lantas menarik lengan Ocha dan membawanya ke tempat yang sepi. “Ly, itu kenapa tiba-tiba ada sekretaris baru?” tanya Ocha tak sabaran.Lily menarik napas panjang. Menatap dalam wanita yang lebih tua setahun darinya itu. “Kemarin Kakak emang ke mana?” tanyanya. “Ke rumah sakit,” jawab Ocha singkat. “Izin gak ke Pak Aksa?” Lily bertanya lagi. Ocha t
Read more

Bab 35

Kini, Ocha bergeming sambil memutar otak mencari-cari jawaban dari perkataan sang suami yang seolah-olah menuduhnya tak meminta izin saat cuti kemarin. Padahal, jelas-jelas pesan beruntun sudah ia kirimkan secara sadar. Centang dua berwarna biru, artinya si penerima membaca. Tapi, memang tak direspons. “Tapi, aku ... aku minta izin, Mas! Kamu kan tau sendiri kalau dari dulu gak pernah berani cuti tanpa izin.” Ocha berusaha membela diri. Aksa tahu betul, Ocha memang tipe sekretaris yang disiplin. Itulah mengapa, walaupun gadis itu masuk bekerja di perusahaan karena sang Mami, tapi Aksa tetap menyukai kinerjanya. “Izin di mana? Security?” tanya Aksa bernada ketus. Pada situasi ini, Ocha semakin tak mengerti dengan respons Aksa yang seolah-olah tak menerima pesan darinya. Bagaimana mungkin bisa seperti itu? Apa pria itu tak membuka ponsel? Lalu, kenapa tandanya terbaca? Ocha berusaha menjelaskan. “Padahal kamu sendiri sudah membacanya, tapi gak dibalas sama sekali,”
Read more

Bab 36

Setelah beberapa saat menunggu, lift akhirnya terbuka. Aksa hendak terburu-buru pergi, tetapi tiba-tiba langkahnya tertahan oleh kedatangan sekretaris barunya.“Permisi Pak Aksa, saya mau mengingatkan kalau 30 menit lagi ada meeting penting dengan Divisi Fungsional,” ujar wanita dengan rok yang panjangnya hanya di atas lutut itu. “Re-schedule. Saya ada urusan!” tegas Aksa sambil berlalu begitu saja.Lift pun mulai bergerak turun. Sementara itu, Ocha kini berlari ke halaman kantor. Tak peduli banyak pasang mata memandangnya penuh tanya. Tadinya, tiba di lantai dasar dia hanya berjalan santai, tetapi pendengarannya tak sengaja menangkap suara-suara sumbang membicarakan perihal pemecatan dirinya yang ternyata sudah rame di area kantor. Penyebabnya karena ia terduga mencoba menjadi orang ketiga dalam rumah tangga Aksa dan istrinya. Satu hari tak bekerja, ketika masuk kembali ternyata sudah ada berita miring tentang diri
Read more

Bab 37

Aksa berjalan mendekati wanita yang saat ini terlihat panik, apalagi dang suami menatapnya dengan sangat tajam. ‘Astaga, jangan sampai Aksa mendengarku berbicara dengan Denis,’ ujar Dewi dalam hati, merasa takut. “Dengan siapa kamu berbicara barusan?” tanya Aksa sedikit ketus. Dewi menjawab dengan gelengan. Berusaha santai, tapi tak bisa menyembunyikan kegugupannya. “Bu—kan siapa-siapa, Mas. Aku hanya ... berbicara dengan teman.” Aksa memicing penuh kecurigaan. Dia beralih melirik ponsel Dewi yang tergeletak di lantai dengan posisi layar menghadap ke atas. Sayangnya, saat Aksa mencoba membaca nama kontaknya, ponsel itu keburu mati. “Teman? Teman macam apa yang membuatmu sangat gugup sampai menjatuhkan hape?” Aksa sedikit mencondongkan badan ke arah Dewi, “Kau berbohong?” Dewi kembali menggelengkan kepalanya, beralih memungut ponsel. Tak lupa mengulas senyum tipis untuk terli
Read more

Bab 38

Apartemen Lala.Ocha tengah mengaduk-aduk masakan sesekali mencium baunya yang menyeruak harum begitu Lala masuk dan langsung menghempaskan badan di sofa ruang tamu. Beberapa saat kemudian. “Gak balik lu?” tanya Lala yang kini sudah bersandar pada dinding dapur sambil mengamati aktivitas Ocha.Ocha berbalik. Matanya memicing sambil melipat tangan di depan dada.“Gak boleh gue di sini, hm?” tanyanya sedikit menantang.Lala tertawa pelan, beralih menjawil pipi Ocha, kemudian membuka kulkas.Mengambil air dingin dan menuang pada gelas, lalu meminumnya. “Minum itu harus duduk Lala Po. Jangan dibiasakan berdiri, gak baik,” tegur Ocha melihat Lala melepas dahaga sambil bersandar di kulkas.“Eh, iya. Suka lupa.” Lala menggaruk tengkuk yang tak gatal. “Pikiran gue isinya si dia mulu, jadi lupa segalanya.”“Bucin level akut!” cibir Lala. “Jadi, gimana? Gue gak boleh di sini?”“Mau lu di sini
Read more

Bab 39

Hening beberapa saat. Lala mengangkat kedua bahunya sebagai bentuk tanggapan, sebelum akhirnya berkata, “Bisa jadi, tapi gue juga gak mau mengklaim kebenarannya, tapi ....” “... gini, deh! Gue tanya, emang lu sakit hati kalau liat Aksa bareng istri pertamanya?” Sebuah gelengan diberikan Ocha sebagai jawaban. “Cuma agak cemburu dikit aja,” katanya jujur. “Mungkin karena gue selalu yakinin diri ujung-ujungnya bakal pisah juga. Jadi, ngeliatnya kayak biasa aja.” “Hm. Mungkin yang dirasain Dewi itu cemburu dan sakit hati ketika Aksa lagi bareng lu,” ujar Lala mengeluarkan pendapatnya, “hati siapa coba yang baik-baik aja ketika melihat pasangannya lagi bareng wanita lain?” “Ya walaupun kalian itu sama-sama istrinya, tapi mustahil kalau gak ada hati yang tersakiti dari salah satu di antara kalian. Namanya juga wanita, gak bisa lepas dari sifat cemburunya.” Ocha mengangguk-angguk pelan, sedikit mulai paham. “Begitu? Kok, lu gak jadi dokter aja sih, La?” tanyanya memicing. “Disuru
Read more

Bab 40

Dahi Ocha seketika mengerut ketika Aksa mendadak menghentikan kalimatnya. Entah apa yang akan dikatakan suaminya itu, tetapi lama menunggu, Aksa tak kunjung melanjutkan perkataannya. Keduanya kini beradu pandang dalam beberapa saat. Namun, Ocha buru-buru mengalihkan pandangannya ke arah lain. Meskipun sah-sah saja memandang suami sendiri, tetapi Ocha tak mau larut dan terjebak ke dalam pesona Aksa. Takut, jika kejadian, itu akan menyakitinya kelak mereka berpisah.“Sudahlah, Mas. Aku tidak mengapa. Lagian sudah terjadi juga,” kata Ocha sambil mengulas senyum tipisnya, berusaha baik-baik saja, meski kenyataan hatinya terluka.Ocha hendak beranjak, tetapi tiba-tiba Aksa menahannya. Tatapan mereka kembali bersemi, cukup lama. “Kenapa, Mas?” Ocha mengernyit bingung“Pria yang kemarin bersamamu ....” Aksa menjeda kalimatnya. Nada suaranya terdengar sedikit dingin. “Ada hubungan apa kalian?”Sontak saja
Read more
PREV
123456
...
24
DMCA.com Protection Status