Semua Bab Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin: Bab 11 - Bab 20

235 Bab

Bab 11 - Love Jedag-Jedug

Ocha membuang napas berat, lantas menghentakkan kaki ke lantai sebelum akhirnya berlalu ke kamar. Dikeluarkannya koper dari lemari dengan kasar, bahkan bibirnya tak berhenti mengerucut saking kesalnya pada Aksa yang terkesan seenaknya. Bukan apa-apa, tapi pria itu memberinya informasi terlalu mendadak. Padahal, bisa dari kemarin-kemarin dibicarakan. Ini baru diminta ikut bersamanya saat satu kakinya sudah berada di luar pintu. Belum lagi, Ocha tak memesan tiket dan hotel untuk dirinya sendiri karena dipikir tidak akan ikut. ‘Maunya apa sih tuh si suami?’ kesal Ocha, tapi hanya dalam hati. Tiba di Makassar. Di lobby hotel, wanita muda yang sengaja membiarkan rambutnya tergerai indah itu menghampiri meja resepsionis dengan raut wajah datarnya untuk melakukan konfirmasi reservasi yang sudah dilakukan sebelumnya atas nama Aksa. Terlihat, Ocha menyerahkan beberapa dokumen terkait yang dibutuhkan untuk verifikasi identitas. Setelah semua selesai, termasuk pembayaran, bar
Baca selengkapnya

Bab 12 - Sudah Keluar, Ditarik Lagi

Entah karena terlalu fokus atau justru sudah setengah tidur sehingga Aksa tersentak mendengar Ocha yang tiba-tiba mengajaknya berbicara.Bahkan, ponsel yang ternyata tak dipegangnya dengan baik itu terjatuh dan tepat sekali menghantam hidung mancungnya. “Aduh!”  keluhnya pelan sambil mengusap-usap hidung. Sementara itu, di sebelahnya, Ocha susah payah menutup mulut dengan tangan, menahan diri untuk tidak tertawa. “Kamu gak apa-apa, Mas?” tanya Ocha. Aksa pun menggeleng sebagai reaksi.Detik berikutnya, pria tampan itu beralih mengambil bantal dan meletakkan di balik punggungnya untuk dijadikan sandaran ketika duduk. “Kenapa nanyain soal Dewi?” tanya Aksa terkesan cuek.Dalam diam, Ocha meremas selimut. Sesekali menunduk berpikir. Entahlah! Dirinya juga bingung kenapa menanyakan hal itu setelah tak sengaja melihat Aksa bertukar pesan dengan Dewi?Spontan saja. “Gak apa-apa sih, M
Baca selengkapnya

Bab 13 - Cemburu? (21+)

Hari ke-2 di Makassar, Ocha masih setia mendampingi Aksa dalam perjalanan bisnisnya. Walaupun kali ini, masih merasa sedikit kesal perkara insiden subuh tadi di mana Aksa hanya pura-pura kesakitan, biar dapat perhatian. Ocha sangat tidak suka karena terkena jebakan betmen suaminya sendiri untuk ke sekian kali. Hanya saja, namanya tugas tak bisa ditinggalkan, walaupun ngambek sedang mendominasi perasaan. Kini, mereka berjalan beriringan menuju aula diadakannya workshop peningkatan keterampilan dan pengetahuan untuk karyawan. Acara sudah dimulai sejak pukul 8 tadi. Tetapi, Aksa dapat giliran membawakan materi di pukul 10 jadi mereka dapat menyesuaikan kehadiran. Kini, giliran Aksa yang membawakan materi, Ocha keluar dari ruangan hendak ke toilet. Namun, saat ingin kembali ke tempatnya seorang pria mendekati. “Kak, sekretarisnya Pak Aksa ya?” tanya pria itu. Ocha mengernyitkan kening, lantas balik bertanya. “Ya, benar. Ada yang bisa dibantu?” Pria berambut sedikit ikal it
Baca selengkapnya

Bab 14

Sepasang pengantin baru itu saling memeluk erat satu sama lain hingga pagi menyingsing, barangkali karena kelelahan akibat permainan panas mereka tadi malam. Ocha menggeliat pelan, lalu meraih ponselnya di atas nakas. Bersamaan dengan itu, matanya terbelalak kaget saat melihat jam sudah menunjukkan pukul setengah 6. ‘Astaga!’ Ia berbalik dan membangunkan suaminya. Setelah itu, buru-buru bangun dan turun dari ranjang, hendak ke kamar mandi. Hanya saja, saat melangkah ia mendadak berhenti karena merasa ada yang aneh. Organ intinya di bawah sana terasa nyeri. Seketika itu, wanita yang baru menyerahkan hak kepemilikan pada suaminya tiba-tiba menunduk malu, membayangkan kejadian semalam. “Kenapa?” tanya Aksa yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik tak nyaman sang istri. Ocha menoleh ke arah sumber suara. Di kasur, Aksa masih tidur memeluk guling sambil tersenyum manis ke arahnya. “Bisa jalan gak? Mau aku gendong?” Pertanyaan Aksa seketika membuat bulu kuduk Ocha
Baca selengkapnya

Bab 15

Aksa yang tengah menikmati sarapan, sontak meletakkan sendoknya.Sedikit mengangkat wajah, kemudian menatap Ocha dengan serius. “Sehari aja, kok, kalau gak boleh 2 hari?” lanjut Ocha memandang Aksa penuh harap. “Kenapa tiba-tiba?”“Cuma gak enak badan aja sedikit, Mas. Tapi, kalau gak dibolehin, aku tetap usahakan ke kantor, gak apa-apa.”“Sakit?” Aksa memicing. Tatapannya yang tajam tak ingin melepaskan satu pun raut wajah sang istri. “Gak juga.”Demi memastikan, Aksa bergegas dari duduknya, lalu menghampiri Ocha. Dia kemudian mengangkat tangan dan menempelkannya ke dahi, pipi, hingga leher sang istri sekadar untuk memeriksa suhu tubuh Ocha. Normal.“Sakit kepala?”Ocha mendongak menatap sang suami yang berdiri di sampingnya, paling tidak dengan sedikit raut cemasnya. “Gak ada yang sakit, Mas. Sedikit lelah aja. Paling kalau sudah cukup istirahat, akan segar lagi.”Aksa
Baca selengkapnya

Bab 16 - Rumpi

“Apa maksud Mami?” tanya Aksa, menatap Bianca yang sama sekali tidak diduganya akan mengatakan hal seperti itu. “Dewi pergi seperti itu juga kerja, Mi. Dia cari inspirasi buat desainnya. Kenapa Mami malah berpikiran yang gak-gak, sih?” Aksa terlihat marah, tapi nada suaranya tetap normal. Manalah mungkin, pria berusia nyaris 30 tahun itu berani meninggikan nada suara di hadapan wanita yang telah melahirkannya. “Bela saja terus!” cecar Bianca, “Mami gak akan ikut campur kalau suatu saat terjadi sesuatu dengan rumah tanggamu dengannya.”Mendengarnya, seketika Aksa menyeringai sinis. “Bukankah sekarang sudah terjadi sesuatu, Mi? Pernikahanku dengan Ocha itu sudah termasuk sesuatu yang kenapa-kenapa. Aku mengkhianati janjiku untuk setia pada Dewi.”“Mami gak akan pernah menyuruhmu menikahi wanita lain, seandainya Dewi bisa hamil!” tegas Bianca. “Ingat, Aksa. Kamu ini putra tunggal di keluarga kita. Kalau bukan anak-anakmu yang melanjutkan
Baca selengkapnya

Bab 17

Sekitar pukul 4 lebih, Ocha baru keluar kamar mandi hanya mengenakan handuk sepanjang pahanya. Wanita yang melilitkan handuk di atas kepala itu menuju cermin. Mengambil hairdryer yang juga tersimpan di sana. Jika, orang lain memakai hairdryer untuk mengeringkan rambut. Beda cerita dengan Ocha yang justru menggunakan benda tersebut sebagai mic untuk bernyanyi. “Jangan, jangan samakan, aku dengan yang lain ... bibirku yang merah dan senyumku menawan.” Dengan pedenya bernyanyi, padahal suaranya seperti kenalpot rusak. Belum lagi sambil menggoyangkan pinggul ala goyang gergaji milik artis dangdut yang terkenal dengan suara khas serak-serak basahnya. Dia mungkin tidak tau, kalau tubuhnya itu super kaku jika bergoyang. Curiga waktu senam SKJ cari barisan paling belakang cuma buat gangguin yang di depannya. Ocha tak sadar kalau seseorang tengah berdiri mematung di ambang pintu kamar yang tak tertutup sambil mengamati setiap gerak geriknya. Aksa--pria tampan itu melongo, mu
Baca selengkapnya

Bab 18

“Dasar anak gak tau diri! Pergi sana!” umpat Laras. Ia menyeret gadis itu dengan kasar, tetapi lagi-lagi dihentikan oleh Nathan.“Bu, hentikan!” teriak Nathan sambil menarik Ocha sang kakak menjauh dari ibunya, “Kenapa sih Ibu jahat banget sama Mbak Ocha? Mbak Ocha salah apa sama Ibu?”“Kau juga sudah berani melawan Ibu sekarang, Nathan?!” bentak Laras menatap Nathan dengan tajam hingga mengacungkan jari telunjuk ke arah Ocha. “Pasti gara-gara dia kan yang mengotori otakmu!” Nathan menggeleng. Masih hendak berbicara mengeluarkan unek-uneknya, tetapi Ocha memegang tangannya dan menatap teduh sang adik sambil menggeleng meminta agar tak perlu dilanjutkan. Ocha tak mau, ibunya akan semakin marah pada Nathan jika anak itu terus-terusan membelanya. “Aku akan pergi, Bu....”“Bagus, silakan! Tidak ada yang berharap kamu di sini.”Sakit. Tapi, Ocha berusaha tersenyum tipis. Dia menelan ludah susa
Baca selengkapnya

Bab 19

Tak terasa, hari ke minggu hingga bulan berganti dengan cepat. Matahari untuk ke sekian kali terbenam di ufuk barat dan kini pagi kembali tiba dengan lembutnya, membawa kehangatan mentari pagi yang menyapu langit. Senyum manis dan tawa bahagia pun terpancar jelas dari wajah sepasang suami istri yang tengah berdiri di dekat jendela apartemen. Banyak hal yang telah mereka lewati dalam sebulan terakhir, setidaknya membuat hubungan keduanya menjadi lebih dekat. Terlebih sebuah kabar bahagia tengah menyelimuti. Aksa jelas tak bisa menyembunyikan ekspresi terkejut dan bahagianya ketika sang istri memberikan hasil tes kehamilan garis dua padanya. “Ini benaran?” tanya Aksa menatap Ocha tak percaya. Matanya berkaca penuh rasa haru dan bangga. “Benar, Mas. Selamat, ya,” kata Ocha tersenyum. Tangannya terulur menyentuh lengan suaminya dengan sangat lembut. Spontan, Aksa memeluk Ocha er
Baca selengkapnya

Bab 20 - Mencuri Mangga

Di sisi lain, Bianca yang mengetahui sang menantu tengah hamil muda, memberikan banyak wejangan agar Ocha menjaga diri dan juga calon cucunya. Bahkan, saking ingin mengawasi menantunya, Bianca meminta Ocha untuk tinggal bersamanya untuk sementara waktu. Hanya saja, Ocha menolak. Bukan karena tak bersyukur memiliki mertua yang peduli dan memperhatikan keadaannya, tetapi ia tengah menjaga perasaan Dewi sebagai istri pertama suaminya. Mereka sama-sama menantu, Ocha merasa ganjil saja jika hanya dirinya yang mendapatkan perhatian khusus dari mertua, sekalipun posisinya tengah hamil. Sementara, Dewi tak mendapatkan itu semua. Untungnya, karena Bianca memahami Ocha dan tak memaksa. Di sudut lain, Dewi tengah duduk dalam kesunyian di sofa ruang tamu setelah makan malam. Wanita itu terhanyut dalam gelombang pikirannya yang gelap. Semula ia baik-baik saja, bahkan tak merasa sedih sedikit pun melihat suaminya harus menikah dengan wanita lain, tetapi kali ini dunianya seolah runtu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
24
DMCA.com Protection Status