Huft! Ocha terdengar menghela napasnya. Matanya menyipit dengan tangan yang menjulur, sontak mendorong kening Yaya dengan telunjuknya. “Ngaco!” timpal Ocha mendelik judes. “Lah, kok ngaco, sih?” “Emang ngaco?” decit Ocha, “Gini ya, gue gak mau ikut campur urusan rumah tangga mereka. Yang ada kalau gue ikut campur, malah makin dituduh pelakor,” katanya. “Betul, lagian kalau beneran selingkuh, nanti ketahuan juga. Bangkai, sekalipun disembunyikan, baunya bakal tercium juga, kok,” tutur Lala yang menjadi penutup obrolan mereka sebelum akhirnya pulang setelah melihat keindahan matahari terbenam. Hari demi hari berganti, Ocha merasa semakin tak sabar saja menantikan kehadiran buah hatinya. Kini, ia duduk di tepi ranjang sambil mengusap-usap perut bulatnya. Di sekelilingnya sudah banyak perlengkapan bayi yang sengaja ia siapkan bersama Lala dan Yaya. Sekarang, dia ingin melanjutkan menatanya. Biar nanti, langsung digunakan saja. Entah bagaimana dengan Aksa di sana?
Baca selengkapnya