Semua Bab Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin: Bab 51 - Bab 60

235 Bab

Bab 51 - Selingkuh?

“Cha ...,” panggil Yaya sambil menggeser posisi kursinya ke dekat Ocha. Mereka kini berada di rooftop kafe yang berhadapan langsung dengan pantai, karena sebelumnya Ocha tiba-tiba ingin jalan-jalan ke pantai. Kedua temannya yang selalu seperti rexona—setia setiap saat itu mengira Ocha sedang ngidam ingin melihat pantai. Jadi tanpa tanpa banyak ba-bi-bu, mereka menuruti keinginan Ocha mumpung memang sedang hari libur. “Hm.” “Gue udah nemu kontrakan buat lu. Lokasinya cukup strategis, dan gue rasa cukup nyaman juga.” Yaya menginformasikan seraya menggeser layar ponselnya untuk memperlihatkan beberapa foto kontrakan yang dimaksud pada Ocha. Sebelumnya, Ocha memang sempat meminta untuk dicarikan kontrakan pada Yaya dan Lala karena tak enak pada Lala jika harus terus-terusan numpang di apartemennya. Padahal, Lala sendiri tak keberatan, tapi bukan Ocha namanya kalau enakan pada orang. “Di mana lokasinya, Ya?” tanya Lala penasaran, “Aman gak?” “Aman. Tempatnya gak jauh
Baca selengkapnya

Bab 52 - Dua Pilihan

Huft! Ocha terdengar menghela napasnya. Matanya menyipit dengan tangan yang menjulur, sontak mendorong kening Yaya dengan telunjuknya. “Ngaco!” timpal Ocha mendelik judes. “Lah, kok ngaco, sih?” “Emang ngaco?” decit Ocha, “Gini ya, gue gak mau ikut campur urusan rumah tangga mereka. Yang ada kalau gue ikut campur, malah makin dituduh pelakor,” katanya. “Betul, lagian kalau beneran selingkuh, nanti ketahuan juga. Bangkai, sekalipun disembunyikan, baunya bakal tercium juga, kok,” tutur Lala yang menjadi penutup obrolan mereka sebelum akhirnya pulang setelah melihat keindahan matahari terbenam. Hari demi hari berganti, Ocha merasa semakin tak sabar saja menantikan kehadiran buah hatinya. Kini, ia duduk di tepi ranjang sambil mengusap-usap perut bulatnya. Di sekelilingnya sudah banyak perlengkapan bayi yang sengaja ia siapkan bersama Lala dan Yaya. Sekarang, dia ingin melanjutkan menatanya. Biar nanti, langsung digunakan saja. Entah bagaimana dengan Aksa di sana?
Baca selengkapnya

Bab 53 - Lahiran

Setelah menunggu sekitar satu jam lebih, dokter yang menangani operasi Ocha pun keluar dari ruang operasi. Lala yang sedari tadi memang bersandar pada dinding dengan tangan bersedekap di dadanya sontak berbalik dan menghampiri sang dokter. “Dok, bagaimana keadaan teman saya?” tanya Lala penasaran. Wanita berhijab itu tersenyum tipis, “Alhamdulillah, operasinya berjalan lancar dan pasien melahirkan bayi laki-laki. Ibu dan anak selamat.” Semuanya menarik napas lega mendengar penuturan dokter. “Hanya saja ....” Dokter menjeda ucapannya, sehingga raut-raut bahagia itu mendadak cemas, saling berpandangan satu sama lain. “Kenapa, Dok?” tanya Yaya tak sabaran. Dokter wanita itu tersenyum ke arah Yaya. “Tidak ada yang perlu dikhawatirkan Dokter Arya. Hanya saja, karena pasien melahirkan di usia kandungan yang terlalu dini, yakni 33 minggu, sehingga bayinya memerlukan perawatan khusus
Baca selengkapnya

Bab 54

“Dia juga mengeluarkan kamu dari perusahaan tanpa mendiskusikannya dengan Mami. Dan bodohnya, karena saat Mami tanya alasannya, dia tidak bisa menjawab ....”“... sebenarnya Mami sangat marah padanya. Selama ini, dia selalu menjadikan Dewi sebagai alasan. Dewi lagi dan Dewi terus. Hidupnya sudah seperti dikuasi oleh Dewi.” Bianca menghela napas berat, menatap Ocha penuh rasa bersalah. Sementara Ocha, wajahnya tetap datar. Ludahnya pun ditelan berulang kali.Dadanya tiba-tiba sesak bila membahas persoalan mantan suami yang menurutnya terlalu banyak omong kosongnya itu.“Tidak apa-apa, Mami,” ujar Ocha berusaha baik-baik saja. Nyatanya, ia terluka karena dihempaskan begitu saja bagai barang tak layak pakai. Namun, Ocha tak berdaya dengan posisinya. “Kamu gak usah terlalu khawatir untuk biaya Aqil. Meski kamu dan Aksa sudah bercerai, tetapi Mami akan tetap bantu kamu biayain Aqil sampai besar. Apa pun yang terjadi, Aqil
Baca selengkapnya

Bab 55

Setelah dirawat beberapa hari pasca operasi, kini akhirnya Ocha sudah diizinkan pulang oleh dokter karena kondisi kesehatannya sudah mulai pulih dan tak ada ada komplikasi yang terjadi setelah operasi.Setia didampingi Lala, Ocha berjalan perlahan di koridor rumah sakit dengan langkah pelan, tangannya sesekali memegang perut yang kini terasa kosong setelah melahirkan. Keduanya masuk ke unit perawatan intensif neonatal (NICU). Bunyi mesin monitor yang ritmis terdengar dan inkubator berderet, menjaga kehidupan kecil yang masih rapuh di dalamnya.“Bu Ocha ... bayinya di sini, Bu,” kata perawat itu ramah, mengarahkan Ocha pada salah satu inkubator di mana bayinya berada. “Bayinya masih butuh banyak perawatan, Bu. Tapi dia kuat, seperti ibunya,” ujar sang perawat. Ocha tersenyum tipis, sambil menatap ke dalam inkubator, melihat bayinya yang kecil. Tubuh mungil itu terlilit kabel dan monitor, dengan tabung kecil yang mengalirkan ok
Baca selengkapnya

Bab 56 - Keputusan Ocha

“Ya iyalah! Suruh siapa melahirkan bayi prematur?”Deg!Mata Ocha melebar tak menyangka ibunya akan mengeluarkannya kalimat yang seharusnya tak pernah terlontar dari mulut seorang wanita yang juga bergelar Ibu.Napas Ocha sedikit tersengal, ia memegang dadanya yang sesak, hingga air mata mulai berdesakan ingin keluar dari tempatnya.Tubuhnya yang memang masih lemah, nyaris kehilangan keseimbangan, tetapi Lala sigap menahannya.“Bu ... Ibu kenapa ngomong gitu?” tanya Nathan menatap tajam ibunya. “Faktanya begitu kan? Kalau gak prematur, ya gak mungkin dong masuk NICU segala,” sembur Laras sedikit pun tak merasa terbebani dengan perkataannya. Wanita tua itu memutar bola matanya, kesal. “Pantas aja Aksa menceraikan kamu, karena tau anaknya cacat.”Air mata Ocha akhirnya mengalir jua. Hatinya sakit, sangat sakit! Dia masih memegang dadanya sambil terisak tanpa melepaskan pegangannya yang sangat
Baca selengkapnya

Bab 57 - Anak Siapa?

Aksa bangkit dengan wajah kusutnya. Kini, ia bahkan terlihat bak tidak punya semangat hidup. Dia beralih mengambil ponsel yang tergeletak di lantai. Untungnya karena masih bisa menyala. Dia bisa saja membeli ponsel baru sesuka hati, tetapi tak bisa mengembalikan kenangan yang ada di ponselnya lamanya. Pria tinggi itu kemudian meninggalkan ruangan, sedikit membanting pintu saat menutupnya membuat dua sekretarisnya terlonjak kaget. Nadine menggeser kursinya, mendekat pada Lily, lalu berbisik, “Pak Aksa akhir-akhir ini kenapa, sih? Kayak punya beban pikiran yang berat banget gitu?” Lily mengangkat bahu tanda tak tahu. Sebenarnya, ia sudah merasakan perubahan sikap Aksa jauh sebelum hari ini. Bahkan, bisa dibilang saat Ocha keluar dari kantor. Padahal, yang membuat Ocha keluar, juga karena ia yang memecatnya sendiri. “Kadang-kadang ngubah jadwal seenaknya. Gue pusing gimana ngaturnya lagi coba? Emang dari dulu waktu sama sekretarisnya yang lama, dia juga gitu?” tany
Baca selengkapnya

Bab 58 - Terbongkarnya Pengkhianatan

Aksa masih berdiri mematung di depan pintu hingga Dewi kembali berbicara. “Iya, Sayang. Aku emang gak suka melihat Mas Aksa lebih perhatian sama Ocha. Aku takut Ocha merebutnya dariku. Dan, finally ... aku berhasil membuat mereka berpisah. Tapi, aku gak pernah berhasil mencintainya ....”“... tetap saja aku juga gak bisa membuang perasaanku ke kamu.”Hening sejenak.Di luar kamar, Aksa meradang penuh emosi mendengar kalimat-kalimat istrinya bagai bom yang sengaja disiapkan untuk membunuhnya. Amarah Aksa hendak meledak, tapi ia berusaha menahan diri. Karena ingin mendengarkan lebih banyak rahasia yang disimpan oleh istrinya selama ini. “Kita ketemu ya, di tempat biasa. Anak kita mau dielus-elus ayah kandungnya.”Aksa menggeleng kuat-kuat. Matanya melotot murka mendengar pengakuan Dewi. Ia tak pernah menyangka bila Dewi begitu tega berkhianat di belakangnya. Bahkan, anak yang dikira adalah anaknya, t
Baca selengkapnya

Bab 59 - Pengakuan Dewi

Dewi tak berani menjawab, ia menundukkan kepala dengan air mata yang mulai berjatuhan ke pipinya. Namun, Aksa tak merasa iba sama sekali. Sudah cukup, air mata palsu Dewi menipunya selama ini.Dengan sedikit kasar, Aksa menyeret Dewi keluar dari cafe.Tapi, langkahnya terhenti karena dicegat oleh Denis. “Aksa ... Aksa! Dengerin aku, ini bukan salah Dewi, tapi salahku. Tolong jangan kasar padanya, pukul aku saja jika kau mau, tapi jangan Dewi. Dia sedang hamil,” kata Denis dengan raut penuh permohonan. “Jangan ikut campur! Ini urusanku dengan Dewi!” bentak Aksa tetap menarik lengan Dewi dan memaksanya masuk ke mobil. Semua mata memandang mereka sambil menggeleng pelan dengan segala praduganya. Aksa membanting pintu mobil sedikit kasar dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah. Denis mematung menatap kepergian Dewi bersama amarah suaminya. Dia bingung harus berbuat apa? Sekalipun,
Baca selengkapnya

Bab 60 - Penyesalan?

Pengakuan Dewi bagaikan bom yang membombardir seluruh penduduk tubuh Aksa. Dia benar-benar tak habis pikir, jika hampir 3 tahun menikah dengan Dewi, perhatian, kasih sayang, serta pengorbanannya sama sekali tak ada harganya di mata Dewi. “Terdengar sangat egois, tapi itulah faktanya, Mas. Aku gak mau tiba-tiba punya anak, sedangkan aku sendiri belum bisa mencintai kamu.” Dewi melanjutkan pengakuannya. “Kita menikah karena dijodohkan dan Mas Aksa juga tau kalau sebelum menikah, aku memiliki kekasih.” “Tapi, kamu bilang akan melupakannya dan menerima pernikahan kita, kan? Kamu mengatakannya padaku sebelum kita menikah,” sanggah Aksa cepat. Dewi kembali menunduk. Dia tak dapat mengelak karena yang dikatakan Aksa memang benar adanya. Akan tetapi, ia menerima Aksa pada saat itu karena terpaksa. Orang tuanya tak memberikan pilihan, bahkan tak akan diberikan hak waris sedikit pun jika menolak menikah dengan Aksa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
24
DMCA.com Protection Status