All Chapters of Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin: Chapter 211 - Chapter 220

235 Chapters

Bab 211 - Masalah?

Berada di kantor pun kini sebenarnya Ocha tak bisa begitu fokus bekerja. Sepasang mata bulatnya menatap layar komputer, tetapi foto-foto intim sang suami dan mantan istrinya yang dilihatnya tadi pagi sangat mengusik ketenangan pikirannya. Bagaimana kalau Aksa benar-benar mengkhianatinya dengan menjalin hubungan kembali dengan mantan istrinya?Apa yang harus dia lakukan? Mungkinkah dirinya bisa memaafkan Aksa?Susah payah, dia mencoba fokus dengan mengabaikan sekelebat tanya yang mengacaukan pikirannya sembari menunggu hasil terbaik dari Yaya tentang foto tersebut.Sayangnya, tak semudah itu mengendalikan isi pikiran, bahkan berulang kali melakukan kesalahan dalam pekerjaannya, berakhir ditegur oleh sang atasan. “Kenapa kamu sangat berbeda kali ini, Ocha? Pada laporanmu ini banyak sekali kesalahan.” Suara lembut nan tegas Bu Rina membuat Ocha sedikit tersentak.Dia sedikit mengangkat kepala, menatap sang atasan dengan raut bersa
Read more

Bab 212 - Adu Jotos Dua Wanita

“Apa maksud Anda mengatakan hal itu?” Laras berdiri geram. Tak terima dengan perkataan wanita asing yang tiba-tiba datang ke rumah mereka, membuat kegaduhan. “Anda pikir keluarga kami serendah itu, hah?” “Bu ... alangkah lebih baik duduk dulu, kita bisa bicarakan hal ini dengan baik-baik.” Paul yang masih tak bisa banyak bergerak pasca kecelakaan, berusaha menengahi. Hanya saja, wanita yang tidak lain adalah Lidya itu menyeringai miris, tak menghiraukan perkataan Laras, begitu Paul. Dia menatap tajam Fafa yang tampak gelisah di hadapannya. Dan, dengan raut emosi berkata, “Oh, tidak ada yang bisa dibicarakan dengan baik-baik. Saya sudah memperingati dia untuk tidak mendekati suami saya, tapi apa? Dia masih terus mendekat suami saya, bahkan saya menemukan struk belanja dari toko-toko ternama yang harganya fantastis. Matre sekali kamu sebagai wanita? Apakah kamu tidak punya malu kebutuhanmu dipenuhi suami orang?” Laras yang tak percaya perkataan Lidya, lantas membala Fafa. “Hentikan om
Read more

Bab 213 - Kenapa dengan Ocha?

“Kamu telah mencoreng nama baik keluarga kita, Fafa!” ucap Laras penuh penekanan. Dia sontak berdiri, menghampiri Fafa dengan raut emosi. Tanpa terduga, hingga tangan itu melayang ke udara, dan .... Plak! Plak! Dua kali tamparan mendarat keras di pipi Fafa membuat gadis itu terhuyung, nyaris tersungkur. “Kau telah membuat keluarga kita malu!” teriak Laras sambil menunjuk-nunjuk Fafa, mengekspresikan kecewa dan amarahnya. Paul yang kini tak bisa berbuat apa-apa mengingat kondisinya belum stabil hanya bisa mengandalkan suara untuk menghentikan amarah Laras. “Laras, tenang dulu ... kita perlu membicarakan ini baik-baik dengan Fafa. Kita tidak tau apa yang sebenarnya terjadi?” Pria berkacamata itu mencoba mencari solusi. Hanya saja, Laras yang telanjur marah tak menggubris perkataan sang suami. “Tidak ada yang bisa dibicarakan. Dia telah mencoreng nama baik keluarga kita. Anak ku
Read more

Bab 214 - Episode Kehilangan

Aksa yang tak terima sikap Ocha yang mendadak itu tentu tak terima. Dia hendak protes dan mencari tahu kenapa sikap istrinya tiba-tiba berubah?Hanya saja, diurungkan niatnya itu ketika ponsel Ocha berdering. Hal yang membuat Aksa makin tak mengerti hingga keningnya mengerut bingung ketika Ocha buru-buru pergi ke halaman samping setelah melihat layar ponselnya. Biasanya, Ocha tak akan pergi jika hanya sebatas mengangkat telepon.Frustrasi, Aksa mengusap wajahnya. Perasaannya kalut melihat istrinya bersikap dingin dan cuek, padahal sebelum ke luar kota, hubungannya dengan Ocha masih baik-baik saja. Lantas, mengapa sekarang seperti sedang terjadi sesuatu? Namun, Aksa tak mengerti itu.Di sudut lain, Ocha melangkah cepat sesekali menoleh sebentar untuk memastikan Aksa tak mengikutinya. Jujur, melihat wajah Aksa membuat Ocha teringat foto menjijikan di ponselnya yang di mana pemeran utamanya adalah sang suami.
Read more

Bab 215 - Hukum Karma Bekerja

Yaya melaju pelan di sepanjang jalan yang cukup lenggang di pagi menjelang siang. Namun, sepasang matanya tiba-tiba menangkap sosok yang akhir-akhir ini mengisi pikirannya karena cukup sulit untuk ditemui. Gadis yang mengenakan celana jeans biru dipadukan kemeja putih yang berdiri di pinggir jalan itu tampak gelisah, seperti sedang menunggu seseorang. Yaya segera menekan pedal rem, menghentikan mobilnya tak jauh dari tempat Lily berdiri.“Lily ...,” bisiknya dengan mata berbinar. Dia hampir saja membuka pintu mobil, ingin menghampiri sang gadis, tetapi tepat saat itu juga sebuah taksi berhenti di depan Lily.Lily dengan cepat masuk ke taksi dan dalam sekejap, kendaraan tersebut melaju menjauh. Yaya menatap kepergian kendaraan itu dengan ekspresi kecewa dan sedikit putus asa. Dia menghela napas panjang, merasa kesempatan untuk berbicara dengan Lily hilang lagi.“Susah banget, sih, ketemu Lily,” gumam Yaya dengan nada frustrasi, menatap t
Read more

Bab 216 - Dulu dan Sekarang

Lain hal dengan Ocha, Aksa kini berada di sebuah restoran yang masih dikelola perusahaannya. Dia duduk santai sesekali melirik pemandangan perkotaan melalui jendela kaca. Jemarinya dengan gelisah mengutak-atik ponsel, mencoba membunuh waktu sambil menunggu seseorang. Restoran itu cukup sepi siang ini, hanya beberapa meja terisi dengan suasana yang tenang. Makanan belum dipesan dan Aksa tampak tenggelam dalam pikiran. Raut wajahnya tegang. Namun, tetap berusaha mempertahankan ketenangannya. Tak lama kemudian, seorang wanita berambut panjang dengan penampilan anggun dan seksi berjalan ke arahnya.Dewi. Wanita itu tersenyum lebar, tampak percaya diri dan senang melihat Aksa sudah menunggunya.“Maaf, aku agak telat,” ucap Dewi sambil duduk di kursi di hadapan Aksa, “kamu sudah lama?”“Belum terlalu lama.”Dewi mengangguk-angguk pelan. Tatapannya tak terkendali, terus mengarah pada mantan suaminya itu. “Senang de
Read more

Bab 217 - Ancaman Aksa

Lily tersenyum tipis, berusaha untuk tenang. Dia menatap Yaya sebentar sebelum akhirnya angkat bicara. “Mas Yaya gak ada salah apa-apa, yang salah itu ... aku. Lebih tepatnya, yang salah adalah harapanku.”Yaya mengernyit, menunggu Lily berkata-kata lebih panjang lagi, tetapi gadis itu hanya diam seolah-olah memang enggan untuk menjelaskan lebih banyak hal. Namun, Yaya melihat dari sorot mata dan raut wajahnya kalau ada begitu banyak yang disimpan oleh Lily di kepalanya.“Maksudnya?” tanya Yaya.Tak ada jawaban langsung, Lily mengembuskan napas pelan lebih dulu sebelum akhirnya berkata, “Dari awal, sebenarnya Mas Yaya sadar kalau aku ada rasa sama kamu, gak?” Pertanyaan itu sontak membuat Yaya terdiam tanpa bisa menyembunyikan raut bingung dan perasaan bersalahnya.“Perhatian kecil yang aku beri sebagai bentuk upayaku melakukan pendekatan ke Mas Yaya, tapi sama sekali gak ada feedback yang kudapatkan,” lanjut Lily, “kamu gak pernah bilan
Read more

Bab 218 - Jangan Tinggalin Aku, ya!

Yaya menepikan mobilnya dengan frustrasi. Embusan napasnya terdengar berat. Tangannya mengepal di setir dan memukulnya pelan beberapa kali. “Kenapa sesusah itu ngomong apa adanya di depan Lily?” gumamnya penuh penyesalan.Bayangan kejadian di kafe tadi terus berputar di kepalanya. Dia berhadapan dengan Lily, matanya tepat di depan mata wanita itu, tetapi entah mengapa lidahnya terasa kelu. Setiap kali mencoba mengungkapkan perasaan, hanya ada keheningan yang menjawabnya. Sampai akhirnya, Lily pamit pulang. Yaya tak melakukan apa-apa sekalipun untuk menawarkan diri untuk mengantar Lily.“Sial!” geram Yaya sambil menjambak rambutnya sedikit kasar.Dia mengambil ponsel lalu membuka kontak Lily. Dan, dengan jari gemetar mencoba menelepon. Akan tetapi, tak ada jawaban. Nada sambung terus terdengar hingga panggilan berakhir dengan suara operator wanita. Yaya mendesah frustrasi, melempar ponsel ke kursi penumpang lantas ber
Read more

Bab 219 - You Mean Everything

Fafa berlutut memeluk kaki ibunya yang sedang duduk di sofa ruang keluarga merea. Air matanya mengalir deras tanpa henti. Suaranya pecah di tengah isakan tangis yang tak terbendung. “Ibu, maafkan aku. Aku benar-benar minta maaf!” Dia merintih, terisak pilu. Laras diam saja, menatap lurus seakan-akan enggan untuk menanggapi perkataan Fafa. “Aku tau sudah mempermalukan Ibu dan Papa ... tapi aku janji, aku nggak akan mengulanginya lagi. Tolong, maafkan aku, Bu.” Fafa mencium tangan sang ibu cukup lama. Tubuhnya kian terguncang oleh isakan tangis.Pada kursi lain, Paul dan Nathan hanya diam seolah-olah memberikan kesempatan ibu dan anak itu menyelesaikan masalah mereka. Laras mulai menatap Fafa dengan amarah yang nyatanya belum kunjung reda, meskipun sudah mendiamkan Fafa beberapa saat. Sepasang matanya berkaca-kaca, jelas menyimpan kekecewaan mendalam pada putrinya sehingga hatinya masih membatu untuk sekadar memberi kata maaf.
Read more

Bab 220 - Aksa Bertemu Denis

Paul masuk ke kamar dan langsung melihat Laras yang berdiri di dekat jendela dengan punggung menghadapnya. Pria tua berkacamata itu menarik napas dalam-dalam lalu berjalan pelan mendekati sang istri, mencoba meredam amarah dan emosi istrinya yang ditahu masih menyala-nyala.Tiba di samping Laras, tangan Paul terangkat, menyentuh bahu Laras dengan lembut. “Laras, kita perlu bicara,” katanya memecah keheningan di antara mereka. Laras tetap memandang keluar jendela, seolah-olah di luar sana sesuatu bisa menghapus kekecewaan dan kesedihannya. “Aku juga tau kalau apa yang dilakukan Fafa itu sebuah kesalahan, tapi juga tidak sepatutnya kamu berkata seperti tadi,” tutur Paul mencoba memberikan pemahaman.“Aku sudah tidak tau lagi harus berbuat apa, Mas Paul? Fafa selama ini membohongiku. Kalau tidak dilabrak istri sah dan hamil, dia mungkin akan terus berbohong di depan kita dan selamanya terjerat dalam hubungan terlarang dengan suami orang.”
Read more
PREV
1
...
192021222324
DMCA.com Protection Status