Nathan kini terbaring di ranjang rumah sakit, wajahnya terlihat babak belur dengan beberapa luka di sekitar pipi dan sudut bibirnya, bahkan jari tangannya ada yang keseleo. Sedang itu, Lala berdiri di samping ranjang, dia menunduk dengan air mata yang menggenang di pelupuk itu sesekali menatap iba dan merasa bersalah begitu melihat keadaan Nathan yang memprihatinkan. Namun, hingga kini, Lala masih bertanya-tanya, mengapa Nathan tadi tiba-tiba datang dan menolongnya sangat tepat waktu? Seandainya Nathan tak ada, entah apa yang akan terjadi padanya? Suasana hening di sana, ketika Nathan berusaha menyentuh tangan Lala yang saling meremas. “Lu baik-baik aja?” tanyanya melirih. Lala mengangguk pelan, tersenyum tipis dan menjawab dengan suara yang sangat pelan. “Gue baik-baik aja, Nat.” Nathan mengangguk, diam cukup lama, tapi tangannya masih menggenggam tangan Lala. “Gak usah khawatir, mereka gak akan ganggu kamu lagi,” kata Nathan menyakinkan. Di sebelah Lala, Ocha terse
Baca selengkapnya