Semua Bab Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin: Bab 191 - Bab 200

235 Bab

Bab 191 - Siapa yang Paling Pintar?

Ocha dan Aksa berjalan berdampingan menyusuri trotoar jalan dengan Aksa yang sesekali merangkul dan menarik sang istri masuk ke jaketnya yang besar.Maksudnya memberikan kehangatan di malam yang dingin ini. Keduanya baru saja keluar dari cafe menikmati makan malam romantis dan lanjut menghabiskan waktu berdua, jalan-jalan di taman layaknya sepasang muda-mudi yang sedang berkencan.Mumpung Aqil sedang di rumah dijaga oleh Oma dan juga Sus Wina, jadi mereka bisa bebas berkencan, walau acap kali Ocha merasa was-was, takut Aqil menangis, mencarinya. Sambil berjalan pelan di trotoar, tangan Aksa tiba-tiba melingkar di pinggang Ocha, menarik istrinya itu agar lebih dekat. “Sepertinya, kita harus lebih sering jalan-jalan berdua seperti ini. Soalnya sebelum kita nikah, hampir gak pernah jalan berdua. Itung-itung kan lagi pacaran.” Aksa berkata lembut di telinga Ocha.Ocha menanggapinya dengan kekehan kecil. “Kayak anak abege aja yang pacar-paca
Baca selengkapnya

Bab 192 - Ternyata Gue Salah!

Bam! Bam! Bam!Lala terlonjak dan sontak menjatuhkan ponsel saat seseorang terus menggedor pintu mobilnya. Semakin lama, semakin kencang.Salah seorang pria juga berdiri di depan mobil Lala dan memerintahkan agar segera keluar menggunakan kode jari tangan. Dengan napas yang mulai tak beraturan, Lala yang sebenarnya sangat takut, memberanikan diri untuk membuka pintu mobilnya dengan sedikit kasar. Dia keluar dan melangkah tegas, menatap tajam satu per satu pria yang berdiri bersisian dengan tangan yang dilipat di depan dada itu. “Apa yang kalian inginkan, hah?” tanya Lala berusaha bersikap biasa saja, meski tak bisa dipungkiri bahwa di wajahnya jelas gurat ketakutan yang tak dapat disembunyikan.“Apa kalian memang beraninya menghadang seorang wanita di tengah jalan sepi, pada malam hari seperti ini?” Lala menyeringai miris setelah sengaja mengejek secara halus. Tak ada yang menjawab, tapi salah satu di antar
Baca selengkapnya

Bab 193 - Nat, Maafin Gue!

Tanpa menunggu lagi, Nathan sontak mencengkram kerah baju Rizky dan memukul pria itu seolah sedang melampiaskan amarah yang sudah lama dipendamnya pasa pria itu.Namun, melihat Rizky kalah telak dari Nathan, teman-temannya tak tinggal diam, mereka lantas mengambil alih tugas Rizky menghajar Nathan.Sedang itu, Rizky beralih mengamankan Lala agar tak kabur. Karena tak kuat melawan 3 orang sekaligus, dipukul, ditendang berulang kali, Nathan akhirnya menyerah.“Nathan!” teriak Lala histeris, hampir menangis, tak tega melihat Nathan yang dianiaya karena menyelamatkan dirinya. Ada rasa ingin menolong, sehingga ia memberontak seperti kesetanan, menginjak kaki mantan kekasihnya yang sedari tadi mencengkram pergelangan tangannya, lalu berlari menghampiri Nathan.Lala berlutut, menyangga kepala Nathan dengan raut panik. “Nat, maafin gue. Gara-gara gue kamu jadi begini,” lirih Lala merasa bersalah.Air matanya berhasil lolos.
Baca selengkapnya

Bab 194 - Jadian Aja Kata Gue, Mah!

Nathan kini terbaring di ranjang rumah sakit, wajahnya terlihat babak belur dengan beberapa luka di sekitar pipi dan sudut bibirnya, bahkan jari tangannya ada yang keseleo. Sedang itu, Lala berdiri di samping ranjang, dia menunduk dengan air mata yang menggenang di pelupuk itu sesekali menatap iba dan merasa bersalah begitu melihat keadaan Nathan yang memprihatinkan. Namun, hingga kini, Lala masih bertanya-tanya, mengapa Nathan tadi tiba-tiba datang dan menolongnya sangat tepat waktu? Seandainya Nathan tak ada, entah apa yang akan terjadi padanya? Suasana hening di sana, ketika Nathan berusaha menyentuh tangan Lala yang saling meremas. “Lu baik-baik aja?” tanyanya melirih. Lala mengangguk pelan, tersenyum tipis dan menjawab dengan suara yang sangat pelan. “Gue baik-baik aja, Nat.” Nathan mengangguk, diam cukup lama, tapi tangannya masih menggenggam tangan Lala. “Gak usah khawatir, mereka gak akan ganggu kamu lagi,” kata Nathan menyakinkan. Di sebelah Lala, Ocha terse
Baca selengkapnya

Bab 195 - Sesuatu yang Disembunyikan

Ocha dan Aksa baru saja tiba di rumah setelah pulang dari rumah rumah sakit, kemudian juga mengantar Lala pulang dan memastikan Lala aman hingga masuk ke apartemen. Begitu pintu depan dibuka, suara tangisan Aqil yang nyaring seolah langsung menyambut kedua orang tuanya.Ocha yang merasa cemas, pun mempercepat langkah menuju ruang tamu.Di sana, sudah ada Sus Wina yang mondar-mandir berusaha menenangkan Aqil yang terus-menerus rewel, sementara di sofa ada Bianca dengan raut wajah kesal, terlebih melihat anak dan menantunya baru pulang di jam setengah 11 malam.Begitu Ocha dan Aksa tiba di ruang tamu, Bianca sontak berdiri dan memarahi mereka. “Ke mana aja kalian? Mami izinin keluar jalan-jalan itu sebentar, bukan ngabisin waktu satu semester sampe lupa diri?!”“Jalan-jalan lama sekali, kayak anak ABG, gak ingat anak di rumah lagi rewel nyariin ibunya.” Suara Bianca terdengar tegas, sepasang mata itu menatap Aksa dan Ocha penuh amarah, wal
Baca selengkapnya

Bab 196 - Esssss!

Paul menatap lurus ke depan, tapi beberapa saat menatap sang putra yang terlihat menunggunya kembali berbicara. Pria tua yang identik dengan kacamata itu mengambil napas pelan, sebelum akhirnya menjawab, “Selama ini, mantan istri Papa yakni ibu kandungnya Ocha seperti selalu menjaga jarak atau mungkin mengalihkan pembicaraan ketika Papa bertanya tentang Yaya.”“Dia selalu bilang, setelah bercerai, ia menikah lagi sehingga lahir dr. Yaya, tetapi Papa gak pernah melihat dia bersama suaminya. Bahkan ...,” kata Paul, “saat Ocha menikah, suaminya tak terlihat. Agak gak masuk akal menurut Papa kalau suaminya terlalu sibuk dan mengabaikan hari bersejarah putri dari istrinya. Walaupun hanya ayah sambung, seharusnya datang menyaksikan secara langsung.”Nathan hanya terdiam, sibuk mencerna sekaligus berpikir maksud perkataan papanya.Setelah beberapa saat papa dan anak itu terdiam. Nathan bertanya, “Maksud Papa ... Tante Karin menyembunyikan sesuatu dari P
Baca selengkapnya

Bab 197 - Nikah Sama Gue, Yuk!

Setelah menjemput Nathan dari rumah sakit, Lala mengemudikan mobilnya perlahan di sepanjang jalan perkotaan dengan suasana canggung. Lala menggerak-gerakkan jari telunjuknya pada setir mobil, sesekali mencuri kesempatan melirik Nathan yang berada di sebelahnya. Tak lama, akhirnya keheningan pun terpecah ketika Nathan mulai membuka pembicaraan. “Gue butuh udara segar sebelum pulang ke rumah. Kalau gue minta diantar ke suatu tempat dulu, boleh gak?” tanya Nathan pada Lala. Gadis itu terdiam sejenak, berpikir, sebelum menganggukkan kepalanya. “Mau ke mana?” “Lu ikuti aja arahan gue.” Lala tak menjawab lagi. Dia mulai melajukan mobil mengikuti arahan Nathan sehingga mereka memasuki kawasan tempat tinggi dengan pemandangan kota yang indah si sana. Lala menghentikan mobil di sebuah tempat parkir yang tak besar juga tak terlalu kecil, di mana sudah ada beberapa kendaraan juga di sana. Dia menoleh ke arah Nathan, yang duduk di kursi penumpang dengan kepala yang bersandar pada s
Baca selengkapnya

Bab 198 - Aku Memang Menyukainya, Mbak!

Lala memarkirkan mobilnya dengan hati-hati di depan rumah Nathan saat hari sudah gelap. Tadinya, dia mengajak Nathan untuk pulang lebih awal melihat kondisi Nathan yang masih butuh istirahat, tapi pria itu enggan sebelum menyaksikan matahari terbenam bersama orang yang diinginkan menjadi warna dalam hidupnya. Di sebelah Lala, Nathan terlihat duduk dengan senyum lebar yang sedari tadi menghiasai wajah tampannya itu. Ketika keduanya turun dari mobil, Laras dan Fafa terlihat sudah menunggu di depan pintu dengan raut yang sulit untuk ditebak. “Gue bantu ya.” Lala berujar pelan sambil memegang lengan Nathan dan membantunya jalan menuju teras rumah. “Ya ampun, kalian dari mana saja? Bikin khawatir baru pulang jam segini.” Laras mengeluarkan unek-uneknya, menyambut satu tangan Nathan untuk dipegangnya. “Dari jalan-jalan dulu, Bu,” jawab Nathan santai. Laras menghela napas pelan. “Ya sudah, gak apa-apa. Ibu hanya sedikit khawatir karena kamu bilang sudah berangkat dari rumah sa
Baca selengkapnya

Bab 199 - Suamiku Sayang

Tiba di apartemen, Lala meletakkan tas kecilnya ke sembarang tempat, lalu bergegas masuk ke kamarnya. BLAM!Ditutupnya pintu kamar menggunakan kaki hingga suaranya terdengar keras.Selang beberapa saat, dia langsung menghempaskan tubuh ke kasur dengan posisi terlentang.Diamatinya langit-langit kamar sambil tersenyum bahagia seolah melihat ada kebahagiaan di atas sana. Dia cekikikan sendiri, tak lama berguling-guling di kasur seraya memeluk bantal dengan erat-erat.Setelah itu, ia kembali terlentang memegangi dada. Di mana, jauh di dalam sana jantungnya berdetak tak karuan.“Ini beneran gue sama Nathan mau nikah?” tanya Lala mencubit pipinya sekadar memastikan bahwa ia tak sedang bermimpi. Dia kembali berguling ke samping. Bangkit. Duduk bersila, kemudian menopang wajah dengan kedua tangannya. “Otomatis, gue jadi adik iparnya Ocha, dong?” lirihnya mengerucutkan bibir. “Jadi, gue kudu manggil dia pake nama aja
Baca selengkapnya

Bab 200 - Tobat, Mbak!

Keesokan paginya, Ocha, Aksa, Bianca, Karin, dan Sus Wina berkumpul antusias di ruang tamu yang terasa hangat itu untuk menyaksikan momen spesial pagi ini.Di sofa, Aqil duduk di pangkuan Aksa, mengenakan pakaian MPASI pertama yang lucu membuat bocah cilik itu semakin menggemaskan. Di sebelah Aksa, Ocha dengan lembut mengaduk mangkok berisi bubur bayi yang lembut.Setelah memastikan suhu makanannya pas, Ocha mulai mengambil sendok pertama dan dengan hati-hati mengarahkannya ke mulut kecil Aqil. “Aqil hari ini mulai MPASI ya, Sayang. Ayo, anak pintarnya Ibu dan Papa, buka mulutnya, Sayang. Bismillahirrahmanirrahim,” kata Ocha sambil menyuapkan bubur itu pada mulut Aqil. Semua orang terlihat menahan napas, menunggu reaksi putra pertama Aksa dan Ocha itu. Ketika Aqil mulai mengunyah bubur itu dengan ekspresi bingung tapi juga penasaran, tawa ringan dan tepuk tangan meriah mengisi ruangan.“Yeyy! Aqil hebat!” seru Bianca
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1819202122
...
24
DMCA.com Protection Status