Tous les chapitres de : Chapitre 201 - Chapitre 210

235

Bab 201 - Bulu Kuduk Gue Merinding

“Jadi, benar kata Nathan kalau kamu sedang menjalin hubungan dengan suami orang?!” Laras melotot tajam. Nada suaranya menggema ke seluruh ruangan.Fafa tercekat. Sontak berbalik, tak menyangka sang ibu sudah tiba-tiba berada di kamarnya dan mungkin tadi juga mendengarkan pembicaraannya dengan Ocha.Sepasang mata Fafa berkedip cepat, berpikir, berusaha mencari alasan untuk mengelak demi menjaga nama baik di hadapan ibunya yang sedang marah itu.Sungguh, ia belum siap, wanita yang telah melahirkannya akan murka jika mengetahui kebenarannya. Padahal jika dipikir, kenapa harus marah? Bukankah dulunya sang ibu juga mengambil suami orang?Fafa pun tak tahu akan hal itu. Beberapa saat yang tercipta hanyalah kebisuan.Laras berjalan mendekat dengan ekspresi geram.“Apa benar itu, Fafa?” tanya Laras dengan nada tegas.Tapi, tetap tak ada jawaban dari Fafa. “Jawab Ibu!” bentak Laras. Kali in
Read More

Bab 202 - Papa Kecelakaan?

Ocha berdiri dengan anggun di dekat pintu kaca, mengenakan blus krem dan rok hitam sederhana, serta tas kecil berwarna hitam yang menggantung di bahu sebelah kirinya. Sesekali, dia melirik ke arah pintu otomatis yang terbuka menandakan ada pegawai yang keluar, sembari juga mengamati setiap mobil yang masuk dari arah gerbang. Tak lama kemudian, sebuah mobil hitam yang sangat dikenali itu berhenti di depan lobby. Ocha sedikit berlari menghampiri mobil tersebut, membuka pintu mobil dan masuk ke dalam.Sambil memasang sabuk pengaman, Ocha tiba-tiba iseng bertanya, “Mas, kamu mau aku ganti nyetir, nggak? Biar kamu bisa lebih santai. Soalnya pasti capek seharian kerja, terus harus jauh-jauh jemput aku lagi.”Aksa menoleh ke arah Ocha dengan kening mengernyit. Ide bagus. “Yakin mau ganti nyetir?” Aksa memastikan yang kemudian dijawab Ocha dengan anggukan pelan. Seketika itu, Aksa tertawa kecil menatap Ocha di sebelahnya. Mobil pun m
Read More

Bab 203 - Aqil Rewel

Ocha dan Aksa melangkah cepat melewati lorong demi lorong rumah sakit. Keduanya sangat khawatir mendengar kabar Paul kecelakaan. Entah bagaimana caranya sehingga sampak kecelakaan? Ocha sendiri mengenal sang papa adalah seorang yang terbilang santai ketika menyetir mobil.Tak pernah terlalu kencang. Sedang-sedang saja.Ocha ingat jelas, kalau papanya sering berpesan, ‘Siapa yang hati-hati, dialah yang beruntung.’Di tengah kepanikan Ocha, Aksa tak pernah lepas menggenggam tangan sang istri, mencoba memberikan kekuatan di tengah situasi sulit itu.Tiba di ruang tunggu, Ocha melihat Nathan berdiri di samping ibunya sambil mengusap-usap punggung wanita yang sedang menangis tersedu-sedu itu.Wajah Nathan terlihat tegang, meskipun dia tetap berusaha untuk tenang.“Nathan!” panggil Ocha mendekat ke arah adiknya. “Apa yang terjadi? Kenapa Papa bisa kecelakaan?” tanya Ocha dengan suara bergetar.Nathan menelan ludah. N
Read More

Bab 204 - Libur, Mas! Aku Lagi Gak Mood.

Tiba di rumah, Ocha dan Aksa langsung masuk ke rumah. Pandangan mereka pun sontak tertuju pada Karin yang tengah mengayun-ayun Aqil dalam gendongannya. “Ma ....” Ocha mendekat sambil melirik putranya yang tampaknya sudah terlelap. “Dia baru saja tidur.” Karin sedikit berbisik, menjaga suaranya agar tak menganggu cucu kesayangannya itu. Ocha mengambil Aqil dari gendongan mamanya dan membawa bocah mungil itu ke dalam kamar, diikuti oleh Aksa. Setelah mengganti pakaiannya dengan piyama tidur, Ocha berbaring di sebelah suaminya. Pikirannya masih kalut, tertuju ke rumah sakit.Bagaimana keadaan papanya sekarang? Apa operasinya sudah selesai?Mengapa Nathan lama sekali tak berkabar? Sekarang sudah menunjukkan pukul 9 malam.Ocha kian cemas. Dia menoleh ke arah Aksa yang sudah terlelap, mungkin ia memang suaminya itu sangat lelah hari ini. Pelan, Ocha bangkit dari tidurnya dan mulai turun dari ranjang. Melangkah m
Read More

Bab 205 - Terungkap

“Dan, apa Nathan? Apa Papa baik-baik aja?!” Ocha tak sabaran. Sangat takut terjadi apa-apa pada sang papa. Di sebelahnya, Aksa tak berhenti mengusap-usap punggung Ocha dengan lembut sekadar untuk menenangkan istrinya yang dia tahu sedang khawatir itu. “Papa baik-baik aja, Mbak. Sekarang Papa sudah sadar.”Perkataan Nathan membuat Ocha akhirnya dapat menghela napas lega. “Alhamdulillah.”“Baiklah, Mbak. Aku hanya mau menyampaikan itu. Sekarang, Mbak lanjut istirahat aja. Gak usah terlalu memikirkan Papa di sini karena ada aku yang akan menjaganya.”Ocha berdehem singkat. Pelan, menghapus sepasang matanya yang berkaca. “Iya, Nat. Kalau ada apa-apa, tolong kabari Mbak secepatnya, ya.”“Pasti, Mbak.”Ocha kembali mengembuskan napas lega begitu sambungan telepon dengan Nathan berakhir. Ia tersenyum ke arah Aksa dan sontak memeluk pria itu.“Aku lega dengar kabar kalau Papa sudah sadar, Mas. Besok kita ke
Read More

Bab 206 - Bolehkah Papa Memelukmu, Nak?

“Yaya ... putraku?”Sepasang mata Paul mulai berkaca. Dia hendak bangkit untuk memastikan kebenaran itu, seolah-olah melupakan rasa sakit pada tubuhnya.Dia susah payah bergerak, meski sesekali meringis kecil menahan sakit. Sampai pada saat tangannya yang gemetar tanpa sengaja menyenggol sebuah gelas air yang berada di atas lemari kecil samping tempat tidurnya. Gelas itu terjatuh ke lantai dengan suara keras, memecahkan keheningan. Crash!Semua orang di luar ruangan terdiam untuk beberapa saat. Laras langsung bergegas masuk menemui suaminya dengan raut panik, diikuti oleh yang lainnya.Mereka mendapati Paul yang tengah tidur berbaring sambil memegang dada.Dia menatap kosong ke arah Karin dengan raut penuh tanya.“Pa, ya ampun! Kamu kalau pengen apa-apa, panggil aku. Kamu masih sakit dan gak bisa terlalu banyak gerak sekarang.” Laras dengan hati-hati membantu Paul kembali berbaring.Tak ada
Read More

Bab 207 - Tes DNA?

Berada dalam pelukan putranya itu, Paul berderai air mata. Dada lebar itu seakan sesak mengingat kesalahannya di masa lalu. Dia tak hanya tak menyakiti Karin, tetapi juga Ocha, Yaya, dan Nathan. Anak-anak tak bersalah itu, menjadi korban dari kebodohannya. Di sudut lain, Karin dan Ocha juga diam-diam menghapus butiran-butiran bening yang dengan lancang mengalir membasahi pipi keduanya. Hanya saja, bersamaan dengan Yaya yang melepas pelukan, suasana mengharu biru itu tiba-tiba berubah drastis. Terlebih, ketika Laras yang sedari tadi memang terlihat kesal menyaksikan pemandangan tersebut membuka suara. “Apakah ini bagian dari rencanamu, Karin?” tanya seakan-akan menuduh. Karin cukup syok mendengarnya. Sepasang mata yang tadi mengalirkan buliran jernih kini seolah-olah langsung kering. Apa maksud Laras berkata demikian? “Apa maksudmu?” Karin bertanya untuk memastikan. Di sisi ranjang suaminya, Laras melipat tangan seraya tersenyum sinis. Terlihat dari sorot matanya, ia
Read More

Bab 208 - Always Love You.

“Jangan asal bicara, Tante!” tegas Yaya. “Tante bisa melihat kartu identitasku jika tak percaya. Namun, jika menurut Tante, itu masih kurang akurat, aku tidak keberatan kalau diminta melakukan tes DNA untuk membuktikan ucapan Mama bukan sebuah kebohongan!”Yaya sangat marah melihat mamanya dihina seakan-akan wanita yang telah melahirkannya itu adalah wanita murahan yang merelakan dirinya terjamah oleh pria lain hingga melahirkan dirinya. Padahal, ia hanyalah seorang anak yang juga tak pernah meminta dilahirkan dalam keadaan orang tuanya sudah bercerai. Walau demikian, Yaya tetap merasa bangga memiliki mama tangguh seperti Karin. Meskipun, harus merawat anak seorang diri, ia tetap selalu mengusahakan yang terbaik untuk masa depan Yaya.Mamanya juga kerap menasihati agar tak sekalipun menaruh dendam pada sang papa atas apa yang diperbuat di masa lalu.“Tidak usah. Aku tidak membutuhkan tes DNA itu,” ujar Paul dengan suara yang terdengar b
Read More

Bab 209 - Aksa Berbohong?

[Guys, help me!] Yaya.Kening Ocha terangkat melihat pesan masuk di grup yang dikirimkan oleh adiknya itu.Dia bersandar sambil memutar-mutar kursinya, sekali menatap langit-langit ruang kantornya. Yaya minta tolong untuk apa, tumbenan sekali anak itu minta tolong di jam-jam kerja seperti ini? Sepertinya memang sedang genting? Ocha bertanya-tanya dalam hati, lalu mulai membalas pesan Yaya. [Kenapa, Dek?] Ocha. [Kenapa lu?] Lala.[Gue kena musibah.] Yaya.[Hah? Musibah apa?] Lala.[Share lokasi lu sekarang! Gue ke sana.] Ocha.[Di antara musibah terbesar adalah kamu jatuh cinta, tetapi orang itu tidak cinta kepadamu. — Imam Syafi'i.] Yaya.[Kam*ret lu!] Lala.[Adek lak*at!] Ocha.[Lu mencintai siapa emang? Makanya kalau cinta, jangan sampai jatuh? Sakit, kan, lu?] Lala.[Ada, deh! Kepo banget jadi orang lu.] Yaya.[La, gak usah temenen sama Yaya. Dia mulai
Read More

Bab 210 - Dirundung Dilema

Belum sempat Ocha berpikir jauh untuk mengambil tindakan atas apa yang dilihatnya barusan, pintu kamarnya tiba-tiba diketuk oleh seseorang sontak membuat perhatiannya teralihkan.Dia meletakkan ponsel dengan pasrah lalu bangkit dan berjalan pelan menuju pintu kamar.Pintu dibuka sedikit dengan dia yang berdiri di belakangnya karena saat ini ia belum mengenakan pakaian. Hanya kepala yang menyelonong melihat siapa yang datang? “Bu, ada Mas Yaya di ruang tamu. Katanya mau nganterin Bu Ocha ke kantor.” Asisten rumah tangganya itu berkata lembut menginformasikan. Ocha bergeming sejenak, berpikir. Dia tidak ada janji akan diantar Yaya hari ini. Namun, segera saja pikirannya ditepis dengan dugaan kalau Yaya mungkin mau mengobrol sesuatu padanya sehingga mengambil kesempatan.“Bilangin kalau saya belum selesai siap-siap, Bi. Tunggu sebentar, ya.”“Siap, Bu.”Seperginya wanita tua itu, Ocha gegas untuk bersiap. Namun, sekilas i
Read More
Dernier
1
...
192021222324
DMCA.com Protection Status