Aksa terbangun di tempat tidur dengan kepala yang masih terasa pening dan berat luar biasa. Dia menggeleng pelan seraya memijat kening, lantas melihat sekeliling, tapi Ocha sudah tak di sampingnya, bahkan Aqil pun sudah tidak berada di tempat tidurnya. “Ke mana mereka?” tanyanya melirih sambil mengatur napas. Dengan susah payah, dia berusaha mengingat apa yang terjadi tadi malam? Hanya saja, saat ia mencoba memutar memori, yang diingat hanya ketika ia mencoba mencium Ocha dengan kasar. “Astaga, apa yang kulakukan padanya?” tanya Aksa dengan raut panik. Dia juga menyadari kalau mengucapkan sesuatu, hanya saja ia tak begitu mengingat apa perkataannya. Tapi, jujur ... saat ini, tiba-tiba ia merasa sangat takut ada perkataan yang melukai istrinya. Buru-buru Aksa turun dari ranjang dengan maksud untuk menemui Ocha dan meminta maaf. “Sayang, kamu di mana?!” Aksa berteriak. Namun, tetap tak ada sahutan. Kamar begitu sunyi seperti tak ada kehidupan di sana. Dia ber
Read more