All Chapters of Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin: Chapter 171 - Chapter 180

235 Chapters

Bab 171 - Aku Hanya Ingin Menciummu

Dring! Ocha yang baru saja duduk di tepi ranjang setelah menidurkan Aqil ke tempat tidurnya sontak menoleh dengan kening mengerut, bertanya-tanya. Karena penasaran siapa yang menghubunginya di malam hari begini, dia pun gegas mengambil ponsel yang masih berada di tas yang dipakenya tadi berangkat kerja. [Oi, hari Minggu pada sibuk, gak?]Ocha mengernyit sebentar, tapi tanpa banyak berpikir, dia pun mengetikkan balasan untuk pesan Lala yang dikirimkan di grup Trio Senggol Bacok itu.[Gak! Ada apa?] Ocha.[Gue juga libur, kok.] Yaya.[Ketemu, yuk! Di tempat biasa. Udah jarang banget kita nongkrong semenjak Ocha kerja.] Lala.[Gue pikir lu mau ngundang kita ke acara engagement lu. Tau-tau ngajak nongkrong.] Yaya.[Boro-boro engagement, jodohnya aja antara masih kejebak macet atau terjebak rasa nyaman di pelukan orang lain.] Lala.[Hahaha. Yoilah, gue bisa aja. Gak tau sama Nyonya baru kita.] Ya
Read more

Bab 172 - Suami Orang?

Hari Minggu siang, Ocha berjalan santai memasuki kafe outdoor--yang memang menjadi tempat nongkrong favorit mereka sejak dulu.Namun, kini langkahnya terhenti sebentar, mengambil kesempatan mengedarkan pandangan, hingga sepasang mata bulatnya itu menangkap sosok Lala dan Yaya yang ternyata sudah datang lebih dulu.Tak ingin membuat teman-temannya menunggu lebih lama lagi, Ocha pun gegas menghampiri mereka. “Duh, pengantin baru aura-aura wajahnya memang agak beda. Kamu kenapa gak bawa Aqil, Cha?” tanya Yaya. “Aku kan pengen ketemu ponakan.”“Hahaha. Geli gue kalau lu ngomong pake aku kamu, Ya. Biasa aja kali. Anggap aja gue teman lu kayak Lala.”“Itu demi berbakti kepada Kakak. Nanti kalau manggil lu gue kesannya gak sopan. Masih untuk kalau gak disulap jadi kodok.”“Heh, lu bukan Pangeran Kodok!” cecar Lala. “Betewe, lu ke sini sendiri, Cha? Aksa gak dibawa? Kan lumayan kalau dia mau jadi anggota geng kita.”Ocha tertaw
Read more

Bab 173 - Ada Hal yang Membuatmu Gak Nyaman?

Ocha membuka pintu rumah dengan pelan, membiarkan Aksa yang menggendong putra mereka masuk lebih dulu, kemudian Ocha menyusul dan menutup pintu.Wajah Ocha kini terlihat ditekuk bak orang banyak beban dan pikiran.Benar saja, karena dia terus kepikiran Fafa yang dilihatnya sedang berkencan dengan seorang pria yang konon adalah pria beristri. Walau Fafa bukan saudara kandungnya, tapi bagaimanapun juga Ocha sudah menganggap wanita itu sebagai saudaranya. Mereka puluhan tahun tinggal bersama, meski Fafa sering melakukan hal buruk pada Ocha Fafa di masa lalu, tapi ia tak bisa membiarkan hati kecilnya untuk tidak peduli pada kakak tirinya itu.Bukan apa-apa, sejatinya Ocha hanya khawatir nanti Fafa akan terkena masalah kalau berani mendekati suami orang.Tiba di kamar, Ocha meletakkan tas kecilnya dan bergegas mengambil pakaian khusus malam untuk putranya.“Mas, Aqilnya taro di kasur sini, soalnya dia waktunya ganti baju.”
Read more

Bab 174 - Dasar Wanita Gak Tahu Malu!

Mendengar cerita istrinya itu, Aksa bisa memahami kecemasan Ocha.Dia meletakkan tangannya di punggung sang istri dan mengusap-usap lembut sekadar untuk menenangkan.“Udah tanya Mbak Fafa, belum?” tanya Aksa yang dijawab Ocha dengan gelengan pelan.“Mending kamu telepon Mbak Fafa dan tanyakan tentang pria itu. Ya, barangkali ... dia gak tau kalau pria itu punya istri.” Aksa memberikan solusi. “Sekarang, banyak pria beristri yang mengaku single pada wanita lain untuk mencari kesenangan. Bahkan, gak jarang mereka akan menyewa LC untuk bersenang-senang.”“Ih, kok gitu?” tanya Ocha.“Iya. Begitulah kenyataannya, Sayang.”“Jadi, kamu mau gitu nanti? Semisal gak puas sama aku, mau sewa cewek buat bersenang-senang?”Aksa melotot lebar. Sepertinya ia telah salah bicara sehingga kini Ocha mendelik judes ke arahnya. Dia tersenyum. “Gak berani, Sayang.”“Gak berani sama aku?” tanya Ocha.Sebuah gelengan
Read more

Bab 175 - Makanya jadi Wanita Introspeksi Diri!

Di sana, Fafa terlihat terpojok, wajahnya pucat. “Aku ... aku gak tau kalau Mas Aris punya istri, Mbak ....” Suaranya bergetar. Di sudut lain, Ocha dibuat bingung dengan pernyataan Fafa. Bukankah tadi malam kakak tirinya itu mengaku mengetahui status kekasihnya? Lantas, mengapa sekarang justru bilang tidak tahu? Apakah itu bagian dari trik permainan mereka?“Gak tau kamu bilang?!” bentak wanita itu. Dia sontak menatap tajam suaminya. “Mas, jelasin! Apa maksud dia?”“Lidya, aku ... aku bisa jelaskan, Sayang. Ini gak seperti yang kamu lihat.” Pria bernama Aris itu membela diri. Dia berusaha meraih tangan istrinya untuk menenangkan.Ocha yang merasa tak tega melihat Fafa dipojokkan pun tanpa berpikir panjang segera mendekati mereka, berusaha menghentikan pertengkaran yang semakin memanas.“Mbak ... maafkan aku memotong. Sepertinya di sini ada kesalahpahaman. Jadi, alangkah lebih baik kalau kita membicarakan sem
Read more

Bab 176 - Aksa Bertemu Dewi

Lala dengan wajah panik bergegas turun dari mobilnya begitu sampai di restoran setelah menerima telepon dari Rina yang menginformasikan kalau seseorang sedang memaki-maki Ocha dan kakaknya di restoran. Sebagai teman, Lala tidak bisa tinggal diam temannya dimaki. Dia merasa perlu pasang badan untuk membela Ocha. Lagian, sedikit banyaknya dia menduga kalau masalah itu ada kaitannya dengan Fafa--kakak tirinya Ocha Lala hendak langsung berjalan masuk ke restoran, tapi saat itu juga Ocha muncul dari dalam restoran dengan langkah cepatnya. “Ocha!” Lala memanggil dengan suara cemas, mempercepat langkah mendekati Ocha. “Lu baik-baik aja? Apa yang terjadi di dalam?” Ocha tersenyum lemah. Sebenarnya ia tidak baik-baik saja setelah seseorang menuduhnya sebagai pelakor, tapi ia berusaha terlihat baik-baik saja. “Gue gak apa-apa. Kenapa lu di sini, La?” Namun, sebelum Lala menjawab perkataan Ocha, Dita j
Read more

Bab 177 - Kejujuran Dewi

Aksa menelan ludahnya. Merasa dilema antara harus memberi kesempatan Dewi berbicara dengannya atau tidak. Dia melirik arlojinya, sudah menunjukkan pukul setengah 9 malam.Rasa hatinya ingin menolak karena khawatir akan membuat Ocha menunggu lama.Namun, melihat wajah Dewi yang serius, dia pun memutuskan untuk berbicara dengan Dewi lebih dulu. Barangkali memang ada hal yang sangat penting yang ingin disampaikan wanita itu.“Ya sudah, kita duduk di sana.” Aksa mempersilakan Dewi untuk menuju kursi yang ditunjuk.“Apa yang ingin kamu bicarakan?” tanya Aksa begitu keduanya sudah duduk. Dewi menelan ludah, gelagatnya terlihat ragu untuk menyampaikan isi hatinya. Dia menarik napas pelan sebelum akhirnya mengungkapkan perasaan. “Sebenarnya, aku ... aku sedikit menyesal, Mas Aksa,” katanya nyaris tak terdengar. Dia menunduk dengan tangan dengan jari-jari tangan yang saling meremas. Aksa yang tak mengerti k
Read more

Bab 178 - Kamu Masih Memikirkan Mantan Istrimu?

Ocha duduk di ruang keluarga, sepasang matanya tak pernah lepas menatap jam dinding dengan cemas. Sudah larut malam, dan Aksa belum pulang. Dia semakin tidak tenang, terbayang-bayang akan kemungkinan buruk yang mungkin terjadi di luar sana.Apalagi ponsel suaminya tidak aktif.‘Pasti lupa bawa charger lagi,’ pikir Ocha.“Astaga, Mas. Kamu di mana, sih?” gerutu Ocha. Dia kini bangkit dan kembali mendekat ke arah jendela. Mengintip di balik tirai, berharap mobil Aksa masuk ke halaman rumah mereka. Namun, nihil. Dia pun memutuskan untuk menelepon Yaya untuk meminta bantuan mencari Aksa. Hanya saja, baru saja hendak menelepon, tetapi tangisan Aqil sudah terdengar dari kamar. Niatnya menelepon jadi urung karena akan mengurus Aqil lebih dulu. Dia kembali ke kamar dan menenangkan bayi kecil yang menangis histeris itu.Ocha mulai menggendong Aqil sebentar, lalu menidurkannya k
Read more

Bab 179 - Dijemput 2 Pria Tampan

Aksa terbangun di tempat tidur dengan kepala yang masih terasa pening dan berat luar biasa. Dia menggeleng pelan seraya memijat kening, lantas melihat sekeliling, tapi Ocha sudah tak di sampingnya, bahkan Aqil pun sudah tidak berada di tempat tidurnya. “Ke mana mereka?” tanyanya melirih sambil mengatur napas. Dengan susah payah, dia berusaha mengingat apa yang terjadi tadi malam? Hanya saja, saat ia mencoba memutar memori, yang diingat hanya ketika ia mencoba mencium Ocha dengan kasar. “Astaga, apa yang kulakukan padanya?” tanya Aksa dengan raut panik. Dia juga menyadari kalau mengucapkan sesuatu, hanya saja ia tak begitu mengingat apa perkataannya. Tapi, jujur ... saat ini, tiba-tiba ia merasa sangat takut ada perkataan yang melukai istrinya. Buru-buru Aksa turun dari ranjang dengan maksud untuk menemui Ocha dan meminta maaf. “Sayang, kamu di mana?!” Aksa berteriak. Namun, tetap tak ada sahutan. Kamar begitu sunyi seperti tak ada kehidupan di sana. Dia ber
Read more

Bab 180 - Yang Suka Mabuk-Mabukan Gak Diajak!

Ocha menarik napas dalam-dalam dan tanpa berpikir panjang langsung berjalan untuk menemui suami dan anaknya. “Mas ...,” sapa Ocha sontak membuat Aksa berdiri menyambutnya. Walau dalam keadaan marah, Ocha tetap meraih tangan Aksa dan menciumnya dengan takzim. Aksa hendak membalas sesuai kebiasaan sebelumnya yakni memeluk dan mencium kening Ocha, tetapi istrinya itu seolah sengaja menghindar membuat dada Aksa seketika tertohok. Melihat sikap dingin Ocha padanya, Aksa jadi semakin merasa sangat bersalah. Ocha mengambil alih Aqil dari gendongan papanya dan menghujamkan ciuman untuk melampiaskan rindu pada bayi comelnya itu. “Mas, kenapa kamu bisa di sini?” Nada suara Ocha terdengar ketus. Meski begitu, Aksa merasa senang karena setidaknya Ocha masih mau mengajaknya bicara. “Mana mobilmu?” Aksa cengengesan. “Naik taksi tadi ke sini. Sengaja biar pulangnya barengan pak
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
24
DMCA.com Protection Status