All Chapters of Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin: Chapter 151 - Chapter 160

235 Chapters

Bab 151 - Meminta Izin Menikah

Setelah terjebak macet cukup lama tapi tak selama terjebak masa lalu, kini akhirnya Ocha dan Aksa tiba di rumah Paul.Ocha mengatur napas sebelum turun dari mobil. Ia tak dapat menjelaskan kini seperti apa perasaannya di dalam sana? Ada rasa gugup, sedikit amarah, dan juga rasa kecewa. Sejatinya, Ocha masih kecewa pada sang papa semenjak terakhir kali mereka bertemu beberapa hari yang lalu. Ocha merasa tak terima karena telah dibohongi selama ini. Namun, Ocha juga tak bisa terlalu terlarut dalam masalah itu.Sekarang dia hanya merasa perlu meminta izin sang papa untuk melanjutkan hidup serta masa depannya dengan pria yang entah sejak kapan membuatnya jatuh cinta?Walau bagaimanapun juga, apa yang telah Paul perbuat, tetapi pria itu tetaplah ayahnya--yang selama puluhan tahun ini bersamanya.Tentu saja, sebagai anak, Ocha meminta izin sebagai bentuk menjaga keharmonisan dan menghormati tradisi kelu
Read more

Bab 152 - Beda Visi dan Misi

Ocha dan Aksa berbalik, bersamaan dengan Paul yang juga melangkah mendekati mereka. Sekilas, Paul terlihat mengusap mata dari balik kacamatanya itu.Ia menatap penuh makna pada Ocha dan Aksa bergantian. “Kalau itu yang kalian inginkan, silakan,” kata Paul pada akhirnya. “Papa gak ada hak untuk melarang karena sejatinya yang akan menjalaninya adalah kalian berdua. Bukan Papa,” imbuh Paul. “Papa tentunya akan dukung apa pun keputusan kamu, Nak. Yang penting kamu bahagia.”Paul tersenyum, lantas menepuk bahu Ocha dan menatap putrinya penuh kasih sayang. “Bahagia itu kalian sendiri yang ciptakan dan Papa harap ke depannya kalian bisa menciptakan bahagia itu terus menerus.” Mendengar itu, mata Ocha tiba-tiba berkaca. Dia tak sanggup melihat tatapan sang papa yang begitu dalam dan penuh ketulusan.Terlebih, Paul juga tampak menahan air matanya. “Kemarin, jujur saja ... Papa hanya merasa takut karena selalu terbay
Read more

Bab 153 - Gak Pake Baju, Kak?

Tak terasa, kini sisa seminggu lagi Ocha akan membula lembaran baru bersama dengan Aksa, lelaki yang dulunya pernah menjadi seorang suami untuknya. Akan tetapi, dipisahkan keadaan, lantas disatukan kembali oleh cinta.Persiapan pernikahan sudah cukup matang, meski terkadang mereka kerap kali berdebat gara-gara hal sepele. Namun, bisa diselesaikan dengan baik setelah salah satunya menurunkan egonya. Pagi hari, Ocha memasuki kantor dengan wajah sumringah. Di tangannya ia menggenggam beberapa undangan pernikahan yang sudah disiapkannya sejak semalam untuk dibagikan kepada rekan-rekan satu timnya di kantor.“Teman-teman, aku mau bagiin undangan. Nanti datang ya,” kata Ocha memecahkan keheningan.“Undangan apa, Cha?” tanya salah satu rekannya yang berambut panjang bergelombang itu.“Undangan pernikahan,” jawab Ocha, mulai membagikan undangan satu per satu dan untuk bagian aryawan yang belum datang, Ocha meletakka
Read more

Bab 154 - Jadinya Kening atau Bibir?

Ocha menunduk dengan jari telunjuk yang saling mencubit ketika Paul mulai menjabat tangan Aksa. “Ananda Aksa Naufal Firdaus bin (Alm.) Hadid Firdaus, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri saya, Qiana Zhafira Rosa binti Paul William dengan mas kawin berupa 36 gram logam mulia dan uang tunai sebesar $5,365.00, dibayar tunai.” “Saya terima nikah dan kawinnya Qiana Zhafira Rosa binti Paul William dengan mas kawin berupa 36 gram logam mulia dan uang tunai sebesar $5,365.00, dibayar tunai.” Suara Aksa yang lantang dan tegas ketika mengucapkan kabul membuat hati Ocha bergetar. “Bagaimana saksi?” tanya penghulu. “Sah!” Berbeda dengan Ocha yang sedari tadi bak menahan napas akhirnya bisa menarik napas leha, Aksa justru tak sadar berdiri. “Yes!” teriaknya dengan kedua tangan yang terangkat, ditarik ke belakang. Hal itu, membuat para tamu undangan tiba-tiba tiuh tertawa dengan tingkah konyol Aksa. Tak terkecuali Ocha yang sempat menyemburkan tawa melihat pria yang bar
Read more

Bab 155 - Ocha ke Mana?

“Ehem! Ehem!” Ocha yang tengah membenahi posisi dasi kupu-kupu Aksa yang terlihat sedikit miring sontak mengangkat kepala mendengar deheman keras dari Lala.“Mesra-mesraan terus! Masih siang bolong loh ini,” cecar Lala. “Ih, Lala Po panas. Nanti gue minta Nathan buat lamar lu cepat-cepat, biar gak panas lagi,” kata Ocha diselingi tawanya. “Kagak!“Serius kagak?”“Halah! Cewek itu biasanya beda isi hati beda ucapan. Paling mulutnya bilang kagak, dalam hatinya mau banget,” cibir Aksa. Lala membuang napas sedikit kasar. “Serah kalian, deh. Bebas!”“Betewe, Pak Aksa ... mulai hari ini, aku titip Ocha ya,” ujar Lala kemudian. Suasana tiba-tiba diselimuti rasa hari. “Mungkin untuk ke depan, dia akan lebih banyak bersamamu daripada denganku yang notabene adalah temannya.”“Pak Aksa harus tau kalau satu-satunya orang yang tau persis hidupnya Ocha selama ini, hanya aku. Mungkin ada satu lagi, teman kami juga
Read more

Bab 156 - Sensitif Banget Istrinya Hilang!

Di kejauhan sana, tampak seorang wanita tengah duduk di balkon apartemennya yang sedikit penerangan.Raut wajahnya terlihat datar, begitu pandangannya yang sayu menatap pada layar ponsel dengan perasaan yang bak sengaja diremas-remas.Jempolnya bergerak menggulir media sosial, semakin ke bawah, semakin mengundang sesak menghimpit dalam dadanya. Di sana terpampang nyata sebuah pernikahan mantan suaminya dengan Ocha yang notabene juga adalah mantan istrinya. Sebelumnya, dialah biang kerok yang meminta Aksa untuk menceraikan Ocha.Foto-foto bahagia pasangan itu memenuhi feed dan story instagramnya.Setelah mereka berpisah, Dewi memang memutuskan untuk menghapus pertemanan dengan Aksa, begitu Ocha di media sosial, tetapi tak memutus pertemanan dari orang-orang yang mengenal mereka berdua sehingga membuatnya tetap bisa melihat mantan suaminya melanjutkan hidup setelah berpisah darinya.Senyum lebar milik Aksa dan tatapan pe
Read more

Bab 157 - Kamu Dari Mana Aja?

Lily yang juga saat ini berjalan pelan menuju pintu keluar dari ballroom, hatinya sedikit terusik oleh ucapan Lala tadi siang di pelaminan ketika keduanya memberikan selamat pada Ocha. ‘Mas Yaya adalah adiknya Kak Ocha?’ Lily bertanya-tanya dalam hati. Kalimat yang dikatakan Lala tadi terus berputar di kepala Lily. ‘Bagaimana bisa? Bukankah selama ini mereka mengaku sebagai teman? Apa gak saling mengenali? Kok bisa?’ ‘Berarti itu artinya, Tante Karin juga ibu kandungnya Kak Ocha?’ Lily menghela napas sambil terus melangkah menuju pintu. Enggan memikirkannya, tetapi di kepalanya seolah tak ada bahan lain untuk dipikirkan. Tepat ketika ia berada di pintu masuk, Yaya juga tiba-tiba datang dan hendak masuk. Nyaris saja mereka bertabrakan, tetapi Yaya cepat sadar keberadaan Lily dan memilih untuk sedikit mundur. Yaya tersenyum ramah pada Lily. Semenj
Read more

Bab 158 - Pengen Meluk Kamu Sampai Pagi

Aksa membuka pintu kamar hotel dengan perlahan dan menahannya dengan berdiri di samping membiarkan Ocha masuk lebih dulu. Dengan pergerakan yang sangat hati-hati, Ocha pun melangkah masuk, menggendong Aqil yang mulai tertidur di pelukannya. Aksa mengikuti dari belakang, memastikan pintu tertutup tanpa menimbulkan suara keras yang bisa membuat Aqil terbangun nantinya. Ocha langsung menuju tempat tidur. Menidurkan Aqil dengan lembut di sana. Detik berikutnya, ia mengeluarkan jaket sang putra agar tubuh kecil itu tak kepanasan nantinya, lalu meraih bantal untuk diletakkan di sisinya. Ocha baru bisa menghela napas lega ketika melihat Aqil sekarang sudah tertidur dengan tenang, tak seperti tadi yang rewel entah apa maunya? Aksa berdiri di dekat Ocha, menatap putranya di kasur lantas memandang sang istri penuh cinta. “Udah tidur?” Ocha mengangkat wajah menatap Aksa sebentar dan kemudian mengangguk pelan. “Dari tadi kamu lagi sama Aqil?” tanya Aksa pelan. “Iya, Mas. Aku d
Read more

Bab 159 - Kenapa Harus Pasang KB?

Ocha memilih tak menjawab perkataan Aksa, dia hanya fokus menatap layar ponsel untuk membalas ucapan-ucapan selamat pernikahan dari grup kantornya. Dia tak protes dengan Aksa yang memeluknya dengan sangat erat, seakan enggan untuk melepaskan, sesekali mencium pipi Ocha. “Pasti hidup kamu beberapa bulan ini berat banget ya?” tanya Aksa pelan, nyaris tak terdengar. Mendengarnya, Ocha meletakkan ponsel dan berbalik ke arah Aksa. “Namanya hidup ya gak ada yang tanpa ujian, Mas,” jawabnya. “Maafin aku ya. Aku benar-benar ngerasa bersalah banget sama kamu dan Aqil. Aku gak berguna jadi laki-laki karena membiarkan kalian hidup menderita. Aku brengsek banget kan, Cha?” Kali ini, mata Aksa terlihat berkaca. Wajahnya juga memerah menahan tangis. “Semua udah berlalu, Mas. Aku juga udah maafin kamu. Setidaknya, sekarang kamu sudah memutuskan untuk berubah dan memperbaiki kesalahan kam
Read more

Bab 160 - Bukan karena Dia Mandul?

Ocha kemudian bangkit dari tidurnya dan turun dari ranjang, lantas menarik Aksa menuju ke dekat jendela. Maksudnya, agar Aqil tak bangun karena terganggu dengan pembicaraan mereka.“Kamu sadar ngomong apa barusan?” tanya Ocha menatap Aksa serius. Namun, pria itu tetap bergeming, menatap lurus ke depan.“Itu ....” Ocha menunjuk Aqil di ranjang. “Itu anak kamu. Anak kita. Kenapa kamu masih berpikiran aku gak mau punya anak dari kamu? Sedangkan itu sudah jelas-jelas ada hasilnya!” geram Ocha.Aksa menoleh mengikuti arah telunjuk Ocha sambil menelan ludahnya begitu melihat putra mereka tertidur di sana.Perlahan, Aksa menyadari dirinya hanya terlalu takut. Dia lupa kalau wanita di hadapannya bukanlah Dewi yang tidak mau memiliki anak darinya. Melainkan Ocha, yang dengan segala kerelaan hatinya mengandung hingga melahirkan putra mereka.Sejatinya, Aksa hanya tiba-tiba cemas mendengarkan perkataan Ocha ya
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
24
DMCA.com Protection Status