All Chapters of Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin: Chapter 131 - Chapter 140

235 Chapters

Bab 131 - Kejutan?

Di rumah sakit.Yaya beranjak dari kursinya setelah jam kerjanya sebagai dokter baru yang bekerja di UGD telah selesai. Hari ini cukup melelahkan baginya, dan ia hanya ingin pulang dan beristirahat. Dia berjalan menyusuri koridor rumah sakit hendak menuju parkiran.Namun, saat melintas di dekat taman, pandangannya tak sengaja melihat Lily yang duduk sendirian di bangku taman.Hanya saja, Yaya berpikir mungkin Lily sedang menunggu keluarganya yang dirawat di rumah sakit itu.Yaya masa bodoh dan mulai melanjutkan langkah tanpa menghiraukan Lily. Akan tetapi, beberapa saat kemudian, ia mendengar suara langkah mendekat dari belakangnya.“Dokter Yaya, tunggu!”Yaya berbalik dan melihat Lily berlari kecil menghampirinya.“Ada apa? Ada yang bisa dibantu?” tanya Yaya sedikit terkejut dengan kedatangan Lily.Lily tersenyum. Di balik punggung, tangannya saling meremas karena canggung berada
Read more

Bab 132 - Ibu Kandung

Ocha sontak menelan ludahnya kuat-kuat begitu melihat bingkai foto yang sepertinya punya makna khusus sudah berserakan di lantai. “Nak ... kamu, sudah da—datang ....” Paul mendadak gugup. Ocha tak menjawab, justru berjalan pelan karena penasaran foto siapa yang dilihat papanya sehingga membuatnya terlihat gelisah sekarang? Kalau dalam foto itu tak ada apa-apa, mengapa beliau terkejut bahkan sampai menjatuhkan benda tersebut? Bahkan, gugupnya Aksa akan bertemu calon mertua, lebih gugup lagi Paul melihat Ocha semakin mendekat. Ocha berdiri di antara pecahan kaca itu. Dia menunduk melihat kertas foto bergambar keluarga yang tampak bahagia. Di sana, terlihat seorang suami yang sangat berwibawa. Merangkul istrinya yang tengah menggendong bayi perempuan. Sepertinya, putri mereka. Ocha membungkuk, Paul pun membungkuk hendak mengambil dan menyembunyikan foto tersebut. Sayangnya, karena Ocha lebih dulu mengambil dan melihatnya dengan saksama. Mulai dari sang bayi yang me
Read more

Bab 133 - Permintaan Maaf Karin

“Kamu tenang dulu ya, Sayang.” Aksa mengulas senyum tipisnya, menangkup wajah Ocha sembari menghapus pelan air mata Ocha dengan jempolnya. “Kamu jelek kalau menangis,” kata Aksa menyentil hidung Ocha dan tersenyum berusaha menghiburnya. Ocha mengerang sebal, mengalihkan pandangan ke arah lain dan sedikit mendorong tubuh Aksa agar menjauh darinya. Walau pada kenyataannya, Aksa masih berdiri di hadapannya sambil mesem-mesem. Detik berikutnya, pria tampan itu meraih tangan Ocha dan memandanginya iba. “Kita pulang ya. Aku akan mengobati lukamu di rumah.” “Ini gak apa-apa, Mas,” lirih Ocha, ikut memandangi telapak tangannya yang terluka. “Nanti infeksi, Sayang.” “Gak ada yang perlu dikhawatirkan, Mas. Antar aku ke rumah Yaya dulu aja.” Aksa mengernyit. “Dengan keadaan terluka seperti ini? Kita ke klinik dulu membersihkan lukamu, sekalian untuk memastikan itu bahaya apa gak? Setelah itu, kita baru ke rumah Yaya. Deal?” Aksa memberikan pilihan yang tetap ditolak mentah-mentah
Read more

Bab 134 - Gak Peka!

Paling tidak, mendengar perkataan Ocha membuat hati Karin bagai tersayat sembilu. Air mata itu perlahan runtuh begitu sesak menghimpit di dadanya. Karin menggelengkan kepala dengan sangat pelan, maksudnya menampik segala praduga yang dilayangkan Ocha padanya. “Ti—dak ... tidak, Nak! Mama tidak meninggalkanmu, Sayang. Mama ....” Karin berusaha menjelaskan. Namun, napasnya seketika tercekat, tak bisa berkata-kata. Ocha tersenyum miris. Melepas pelukan Karin darinya, menatap kecewa pada wanita yang konon telah melahirkannya itu. “Aku kecewa pada kalian!” tegas Ocha, berbalik dan berlari ke mobil. Tak hirau sang ibu yang berusaha menahan langkahnya. Melihat kejadian itu, Yaya pun tak tinggal diam. Ia mencoba mengejar Ocha dan berusaha menarik lengan kakaknya. “Cha, Mama punya alasan kenapa waktu itu pergi ninggalin lu!” kata Yaya penuh penekanan. “Tolong, berikan Mama kesempatan untuk menjelaskan semuanya.” Hanya saja, Ocha tak peduli. Dia mendorong Yaya agar men
Read more

Bab 135 - Penjelasan

Ocha menunduk memegang kepalanya di sofa ruang tamu. Dia benar-benar bingung dengan takdir yang seolah-olah senang sekali mempermainkan dirinya. Setelah sembuh dari luka ketika pernikahannya dengan Aksa harus bubar saat ia tengah mengandung yang membuatnya berjuang sendiri, kini badai dari sudut lain kembali menghantamnya. Ocha harus menerima kenyataan bahwa ibu kandungnya adalah sosok ibu yang selama ini hanya dianggap sebagai ibu dari temannya sendiri. Pantas saja, wanita itu selalu peduli padanya. Air yang menggenang di pelupuk Ocha perlahan tumpah membasahi pipinya. Betapa ia tak sadar bahwa pertemuan Paul dan Karin kala itu terlihat begitu canggung, memang sangat tampak seperti ada apa-apa. Terlebih, Karin yang buru-buru pergi. Ocha juga menyesal, karena tak pernah menyadari bahwa perasaannya selalu tenang berada di dekat Karin. Pelukan yan
Read more

Bab 136 - Kilas Balik

Karin mengambil napas dalam-dalam dengan pandangan lurus ke depan. Setelah beberapa saat mencoba mengontrol emosi ketika mengingat masa lalunya yang suram bersama mantan suaminya, ia perlahan mulai bercerita, “Ketika umur kamu masih 1 tahun lebih ....” FLASHBACK ON Karin sedang duduk di ruang tamu, merapikan beberapa benda yang berada di atas meja ketika saat itu Paul bangkit dari sofa dan menuju kamar mandi, meninggalkan ponselnya di meja. Tak lama, benda canggih pada masanya itu pun berbunyi, menampilkan sebuah pesan seluler yang masuk dari seseorang yang diberi nama kontak “Sayang 2”. Karin mengernyit kebingungan. Siapa yang dimaksud Sayang 2? Sudah jelas itu bukan nomor ponselnya. Lagian, ia tak memiliki nomor cadangan. Karin tiba-tiba merasa cemas, pikiran-pikiran buruk mulai menerjang. Karena penasaran, tan
Read more

Bab 137 - Adik Kandung?

Tangan Karin tiba-tiba mengepal mendengar perkataan Paul. Seketika sakit hatinya berubah menjadi amarah yang kini sudah berada di ubun-ubun, sedikit lagi meledak agaknya.“Apa maksudmu? Ocha itu masih kecil, dia masih butuh aku, Mas. Jadi, dia harus ikut bersamaku!” Nada suara Karin meninggi. Bukannya mengalah, Paul justru menyeringai sinis, dia berjalan mendekati Karin. “Maka tetaplah di sini kalau kamu ingin bersama Ocha. Hanya itu pilihannya.”“Tidak, Mas! Kau gila ya? Kau sudah mengkhianati pernikahan kita. Apa kamu pikir, aku bisa tinggal bersama pengkhianat sepertimu?!”“Yang ada aku hanya akan menabung air mata setiap hari. Aku gak akan sudi melihatmu bersama Laras.”Tiba-tiba Paul berlutut di hadapan Karin. Dia menggenggam tangan istrinya dengan mata yang mulai berair. Dia terisak, menatap Karin dengan perasaan bersalah. “Maafkan aku, Karin! Aku janji akan memperbaiki semuanya. Aku akan meninggalkan Laras, aga
Read more

Bab 138 - Restu?

“Hanya saja ....”Ocha mengerutkan dahi menunggu Karin melanjutkan kalimatnya. “Hanya saja apa, Ma?” tanya Ocha tak sabaran ketika Karin belum kunjung menjelaskan, justru menatapnya dengan Yaya bergantian.“Yaya juga baru tahu kemarin kalau kamu adalah anak kandung Mama. Jadi, masalah ini adikmu gak ada sangkut pautnya, Nak. Kamu jangan benci Yaya, ya.” Karin memberikan nasihat pada Ocha.Ocha pun menunduk sejenak, mengakui diri kalau memang sempat kesal pada Yaya karena pria itu tak mengatakan dari awal tentang status mereka.Ocha berpikir bahwa Yaya terlibat menyembunyikan hal sepenting itu darinya. Tapi, sekarang Ocha sudah tahu, kalau sebenarnya Yaya juga korban. Dia tidak menahu soal hubungan kekeluargaan dengan dirinya. “Mama sebenarnya juga sangat menyesal karena gak memberitahu Yaya dari awal sampai-sampai dia menjatuhkan hati pada kakak kandungnya sendiri.” Karin menarik napas frustrasi. Merasa bersalah, juga
Read more

Bab 139 - Hancur?

BRAK!“Astagfirullah!” pekik Wina. “Bu kenapa?”Wina mendekati Ocha yang tiba-tiba menjatuhkan ponsel ke lantai. Pengasuh Aqil itu pun sigap memungut ponsel majikannya dan meletakkan di atas nakas.Sementara Ocha, ia masih melongo kaget dan bingung sambil tetap mendekap Aqil yang sedang menyusu dengan eratnya.Ocha terhenyak, matanya perlahan berair. Tak pernah membayangkan kalau akhirnya akan seperti ini? Papanya, tak merestuinya kembali bersama dengan Aksa. Padahal sekarang, Ocha sudah yakin bahwa hatinya benar-benar sudah tertambat dalam pada Aksa. “Bu, apa yang terjadi?” tanya Wina lagi. Akan tetapi, hanya dibalas dengan gelengan pelan oleh Ocha. Setelah Aqil kenyang dengan air susunya, Ocha menyerahkan bocah mungil itu pada Wina, kemudian mengambil ponsel, lantas keluar kamar. Duduk di ruang tamu dengan pikiran yang kalang kabut.Ia mencoba membalas pesan papanya.
Read more

Bab 140 - Tak Punya Malu

Ocha menggelengkan kepalanya pelan sambil menunduk sedih. Nyatanya, ia memang tak tahu apa alasan papanya tak merestui hubungan dengan Aksa, bahkan sebelum mereka sempat meminta izin untuk menikah. Paul hanya mengklaim kalau Aksa tak baik untuk Ocha tanpa menjelaskan kenapa memberikan penilaian seperti itu? Meski terlihat kecewa dan berat untuk menerima, Aksa tetap mencoba tenang. Dia menarik kursi di samping Ocha, lalu mengulurkan tangan untuk menggenggam tangan wanita yang dicintainya sambil menatapnya lekat. Dia berusaha menenangkan lewat sorot mata teduhnya. Walau nyatanya, Aksa juga tengah rapuh dan kebingungan sekarang. Entah di mana masalahnya, mengapa niat baiknya tiba-tiba terhalang izin orang tua? “Kita cari jalan keluarnya sama-sama ya. Om Paul orangnya sangat tegas dan berwibawa. Jadi, gak mungkin memutuskan sesuatu tanpa alasan. Jadi, kamu tenang dulu. Nanti kita temui Papa dan bicara baik-baik,” tutur Aksa lembut. Berusaha tersenyum sambil menghapus air
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
24
DMCA.com Protection Status