All Chapters of Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin: Chapter 111 - Chapter 120

235 Chapters

Bab 111 - Perkara Ceker

“Apa yang kejepit, Cha?”“Hah?” Ocha menatap Aksa dengan kening mengerut penuh tanya.“Itu kamu bilang dih, dih! Itu ungkapan kalau lagi kesakitan, kan?”“Aduh disingkat duh, Mas, bukan dih!” cecar Ocha memutar bola matanya, malas.Dia kembali menatap ke arah lain, takut jika berlama-lama memandangi Aksa malah membuatnya semakin terbawa perasaan, walaupun entah sedari kapan dia sudah terbawa perasaan karena sikap hangat Aksa padanya?Hening beberapa saat. Hingga Aksa kembali membuka suara. “Kamu masih utang penjelasan. Tadi kamu bilang keamanan buat kita berdua, emang keamanan apa? Kurang aman apa di sini sampai kamu cari keamanan?”“Bukan tempatnya yang gak aman, Mas, tapi ....”“Apanya? Tenang aja, Cha. Ada aku yang bakal lindungi!”“Aku takut ada mata netizen yang nyadar kalau kita lagi bareng. Kalau orang kayak aku mungkin mereka liatnya biasa saja. Tapi, masalahnya kamu yang banyak dikenal orang.
Read more

Bab 112 - Karin dan Paul?

Di ruang kerja Paul.Pria itu duduk menatap serius pada laptopnya, membuka setidaknya aplikasi yang digandrungi para seleb bagian dari terobosan Meta. Bukan tanpa alasan ia membuka aplikasi tersebut, tetapi karena dia mencari sesuatu tentang teman pria putrinya, yakni Yaya. Ia penasaran dengan latar belakang Yaya yang konon adalah putra dari wanita yang sebenarnya dikenal--di kontrakan Ocha waktu itu.Paul mulai menelusuri berbagai foto yang diunggah Yaya di akunnya, berharap menemukan petunjuk tentang hal yang dicarinya.Namun, semua foto yang ada hanya foto sendiri, foto kegiatan, selebihnya menunjukkan momen bersama teman-temannya. Tak ada kebersamaan dengan Karin. Paul berbisik pada dirinya sendiri. “Apa setelah tidak bersamaku, Karin menikah lagi dan dikaruniai seorang putra bernama Yaya? Tapi, Yaya sepertinya seumur Nathan. Apa secepat itu Karin menerima orang lain untuk masuk ke dalam kehidupannya?”P
Read more

Bab 113 - Dia Kakakmu!

Paul kini hanya bisa menelan salivanya yang terasa getir. Bibirnya sesekali bergetar, hendak berbicara. Namun, mulutnya seolah kaku untuk sekadar berucap hingga kata-kata yang tersusun rapi di hatinya tak bisa tersampaikan. Paul masih bungkam seribu bahasa, hingga Karin kembali bersuara. “Kau ke sini hanya untuk menanyakan hal itu, bukan? Aku sudah menjawabnya, jadi pulanglah! Kita tidak ada urusan lagi.”Sekali lagi, Paul menelan ludahnya, tersenyum penuh kepalsuan. Dia menatap mantan istrinya yang sudah banyak berubah itu. Dulunya lemah lembut, sekarang sudah tampak berani dan tegas. “Ocha gak tau kamu ibu kandungnya?” tanya Paul lagi.“Tidak.”“Kenapa kau tak mengatakannya?”Karin mengulas senyum getir. “Kenapa? Karena aku menunggu itikad baikmu untuk mengatakan yang sebenarnya pada Ocha. 25 tahun kau menyembunyikan statusnya sebagai anak tiri? Lalu, setelah dia mengetahui semuanya, kau masih bungkam, dan
Read more

Bab 114 - Aku Butuh Kamu

Jam menunjukkan pukul 10 pagi ketika Ocha dan Aksa akhirnya tiba di pantai. Langit yang sedari tadi memang terlihat mendung membuat hujan mulai turun dengan deras begitu mereka memarkir mobil.Ocha tertawa kecil. “Ya ampun, kita baru saja sampai dan sekarang hujan deras.”Mendengarnya, Aksa pun ikut tertawa pelan. “Sepertinya kita membawa hujan ke sini.”“Kamu sih, udah lihat tadi langit mendung, masih kekeh ngajak jalan. Lihatlah sudah hujan! Kita ke sini ngapain coba kalau hujan deras begini?” Ocha menunjukkan raut wajah cemberut. “Coba tadi aku tinggal aja, bisa bareng Aqil sepanjang hari.”“Ih, jangan nyalahin, Sayang! Kan ada tuh definisi mendung bukan berarti akan hujan."“Tapi sekarang mendungnya beneran hujan,” ketus Ocha.Mereka pun hanya duduk di dalam mobil beberapa saat, memandang hujan yang deras melalui kaca depan. “Sepertinya hujan akan lama, Cha.” Aksa membuka pembicaraan. “Terus gima
Read more

Bab 115 - Kasih Sayang Adik

Yaya duduk terdiam di sofa ruang tamunya. Pandangannya lurus, tapi kosong. Dia sesekali mengusap rambut dengan kasar. Hingga perlahan matanya menitikkan air seolah tak percaya dengan kenyataan yang beberapa saat lalu didengarnya langsung dari wanita yang sangat disayangi. Yaya kini bingung harus berbuat apa dan bagaimana mempercayai kenyataan? Ia sudah kehilangan kata-kata. Pernyataan ibunya tadi bagikan benda tajam yang sengaja digunakan untuk menusuk tubuhnya. Dalam keheningan, Yaya berbisik pada diri sendiri. “Kakak kandung ... Ocha adalah kakak kandungku?” Dia tertawa tertahan, mencoba mencerna fakta itu. Sementara sang ibu, sedari tadi sudah berlalu ke kamar karena tak kuat melihat putranya syok hingga meluruh ke lantai. Sebenarnya, Yaya tahu kalau memiliki kakak perempuan yang dibawa ayahnya, ibunya pernah menceritakannya. Hanya saja, wanit
Read more

Bab 116 - Aqil Demam

Mobil mewah milik Aksa baru berhenti di depan rumah Ocha ketika hari sudah sore. Pria itu berlalu cepat keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Ocha, seperti biasa yang sering dilakukan untuk menarik hati Ocha. “Terima kasih untuk hari ini ya, Tuan Putri. Aku sangat senang menghabiskan waktu bersamamu,” ujar Aksa merasa bersemangat. “Hm.”“Sampai di dalam, mandi air hangat biar tubuh kamu terasa plong, lalu istirahat.” Aksa menunjukkan kepeduliannya. Ocha tersenyum tipis, merapatkan jaket milik Aksa yang sengaja dipakaikan oleh pria itu pada tubuh Ocha yang sedikit basah karena tadi saat hujan mereda mereka sempat bermain di pantai. “Iya, bawel. Kamu langsung pulang, gak? Gak ketemu Aqil dulu?” tanya Ocha memicing. Aksa bergumam pelan, melihat pada tubuhnya yang juga sedikit basah.“Nanti aja, deh. Soalnya ini basah. Nanti yang ada kalau gendong Aqil, dia malah kedinginan.”“Ya sudah. Hati-ha
Read more

Bsb 117 - Kangen Berat?

Ocha berdiri menatap cemas pada putranya yang terlihat lemas. Sementara itu, dokter mulai memeriksa Aqil dengan teliti. Dia mengukur suhu tubuh bayi mungil itu dan mendengarkan detak jantungnya dengan stetoskop.“Suhu tubuhnya cukup tinggi, 39 derajat Celsius. Sudah berapa lama dia demam?” tanya Dokter Puspita dengan lembut. Terdengar helaan napas dari Ocha. “Sejak tadi sore, Dok. Tapi dari kemarin memang sedikit rewel sampai puncaknya tadi siang dia sering menangis.”Dokter wanita itu mengangguk paham. “Aqil mengalami demam yang cukup tinggi. Sepertinya dia terkena infeksi ringan, mungkin virus yang umum pada anak-anak. Tapi ....” Dokter Puspita menjeda ucapannya dan menatap Ocha, merasa sedikit tak enak hati. “Saya juga melihat ada faktor emosional yang mungkin mempengaruhi kondisi Aqil.”Ocha terkejut mendengarnya. “Faktor emosional? Apa maksud Dokter?”Wanita berjas putih itu pun mulai menjelaskan dengan hati-hati
Read more

Bab 118 - Kesempatan Kedua?

“Ti—dak, Mas! Tadi aku sudah membawanya ke rumah sakit, ditemani Yaya dan Tante Karin.” Mendengarnya, Aksa menghela napas lega. Setidaknya, putranya sudah mendapatkan penanganan yang tepat. “Jadi, bagaimana keadaannya sekarang? Apa kata Dokter?” Ocha menunduk. Satu tangannya meremas-remas ujung bajunya di bawah sana, sesekali menghela napas dengan lembut. Selang beberapa detik, ia mengangkat kepala, menatap putranya penuh kasih sayang, lalu berkata, “Dokter bilang Aqil kena infeksi ringan, tapi juga mungkin merasa stres karena merindukanmu.” “Dokter hanya menyarankan agar aku terus memantau suhu tubuhnya dan memberikan ASI secara berkala. Kalau demamnya tidak turun dalam dua hari atau ada gejala lain, kita harus membawanya kembali ke rumah sakit.” “Ya Tuhan!” lirih Aksa. Nada suaranya terdengar sangat berat. “Ini salahku, Mas. Kenapa harus bikin aturan agar kamu gak bertemu Aq
Read more

Bab 119 - Hubungan Baru?

Dalam diam, Ocha masih tak lepas memandangi wajah tampan Aksa dari samping, lalu beralih menatap putranya yang terlihat tenang dalam dekapan erat sang Ayah. Barangkali karena merasakan kehadiran dan kehangatan ayahnya, jadi Aqil pun merasa kerinduannya terobati dan mulai tertidur di pelukan Aksa. ‘Serindu itu kamu dengan Papa, Nak?’ tanyanya dalam hatinya. Matanya perlahan memburam melihat pemandangan di hadapannya itu. Dia merasa tak tega pada Aqil yang sepertinya memang sangat membutuhkan ayahnya yang selalu berada di sisinya. “Lupakan masa lalu, Nak. Dan mulai bangun masa depan. Masa yang sudah berlalu tak seharusnya merusak rencana masa depanmu.” Masih terngiang jelas perkataan Karin kala itu--ketika Ocha curhat padanya tentang Aksa yang terang-terangan memintanya kembali. Pun menyangkut perasaan Ocha pada Aksa yang juga membuatnya bimbang. “Yang terpenting adalah niat
Read more

Bab 120 - Kembali Bersama

“Aku ingat waktu kita di Makassar, kamu pernah bilang kalau kamu orangnya mandiri sejak kecil, jadi butuhnya pria yang tidak akan membiarkanmu sendiri.” Aksa menarik napas pelan, berusaha menyakinkan Ocha melalui tatapannya. “Aku janji, akan mewujudkan itu, Cha. Aku gak akan membiarkanmu sendiri lagi jika nanti kau bersamaku." Tak ada jawaban, Ocha masih betah terdiam, tali tatapannya tetap lurus pada Aksa seolah mencari sesuatu dari sorot mata pria itu. Dia mencoba berkompromi dengan hatinya. Melebur rasa kecewa dan sakit yang telah Aksa perbuat padanya di masa lalu. Setidaknya, kali ini pengakuan Aksa membuat hatinya bergetar. Ia bisa merasakan kehangatan dan ketulusan melalui sorot mata pria yang penuh pengharapan itu. “Bagaimana aku bisa mempercayaimu?” tanya Ocha kemudian. “Aku harus apa biar kamu percaya?” Aksa balik bertanya. “Kamu masih ragu padaku?” Ocha menganggukkan kepalanya. “Katakan, apa yang kamu ragukan dariku? Aku jadi bingung harus berbuat apa agar ka
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
24
DMCA.com Protection Status