All Chapters of Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin: Chapter 101 - Chapter 110

235 Chapters

Bab 101 - Wejangan Pak Sopir

Terdengar sebuah helaan napas yang sedikit kasar dari Ocha. Dia kini menyeringai sinis, tak menyangka jika Aksa sampai berpikiran jauh seperti itu tentangnya. “Aku belum kepikiran sampai sana, Mas. Saat ini, aku hanya mau fokus pada Aqil saja.” Tak berselang lama, mobil pun berhenti tepat di depan rumah Yaya. Ocha turun lebih dulu untuk mengambil putranya. Namun, ternyata Aksa menyusulnya. Pria itu masih berjalan sedikit pincang, walau sudah tak menggunakan tongkat. Setelah Ocha menekan bel beberapa kali, pintu rumah pun dibuka oleh Karin yang tengah menggendong Aqil seolah memang sudah tahu kalau Ocha yang datang. Dia melempar senyum manisnya pada Ocha dan Aksa. “Eh, ada Nak Aksa juga. Masuk, Nak!” ajaknya ramah. Akan tetapi, Aksa menolak ramah. “Tidak usah, Tante. Kami hanya perlu menjem
Read more

Bab 102 - Aqil Jatuh

Sekitar pukul 8 malam, Aksa dan Ocha kini duduk berdampingan di sofa ruang tamu rumah Ocha. Di hadapan mereka, sudah duduk Pak Rudi dan Bu Indri--agen baby sitter yang sudah berpengalaman. Mereka mengobrol seputar layanan yang agen tersebut tawarkan beberapa hari lalu pada mereka, juga membahas terkait pengalaman dan kualifikasi yang Aksa dan Ocha butuhkan. “Dan yang paling penting, saya butuhnya baby sitter yang punya kepribadian baik, sopan, tidak pecicilan, ataupun genit. Dan saya butuh yang bisa tinggal di sini untuk membantu merawat putra kami yang masih usia 3 bulan, Pak,” tutur Aksa mengutarakan keinginannya. “Baik, Pak Aksa. Kami memahami keinginan Anda. Kami akan melakukan pemeriksaan latar belakang untuk setiap kandidat lebih dulu. Kami juga akan menyeleksi beberapa kandidat yang mungkin masuk kriteria dan setelah itu, kami akan mengatur wawancara untuk Anda,” sahut Bu Indri.Aksa mengangguk pelan dan mencoba untuk bernegosi
Read more

Bab 103 - Nasihat Dokter

Ocha terduduk lemas di ruang tunggu rumah sakit dengan wajah cemas. Matanya terlihat masih basah oleh air mata.  Aqil, baru saja dibawa masuk ke ruang pemeriksaan oleh dokter anak.Lala yang tadinya mau ke rumah Ocha langsung bertolak ke rumah sakit setelah mendapat kabar dari Ocha kalau Aqil dibawa ke rumah sakit.Gadis itu kini berdiri dengan raut yang juga tampak cemas, tapi berusaha tetap terlihat baik-baik saja. Dia tak henti mengusap-usap bahu Ocha sekadar untuk memberinya kekuatan.Sementara Yaya, ia bersandar pada tembok. Diam-diam menatap iba pada Ocha yang terlihat bak kehilangan semangat hidup.Air matanya terkadang membuncah dalam diam memikirkan nasib bayinya. Sejatinya, Yaya pun khawatir keadaan Aqil, tetapi ia tak boleh ikut-ikutan sedih, karena Ocha saat ini butuh support dari orang terdekatnya, agar tak terus-terusan menyalahkan diri.“La, gue takut Aqil kenapa-kenapa,” ujar Ocha sambil teris
Read more

Bab 104 - Aksa Sewot

“Em, kalau begitu, saya juga akan memberikan jadwal pemantauan untuk bayi Aqil.” Dokter Puspita memecah keheningan yang teramat canggung antara Aksa dan Ocha itu. “Saya ingin dia dibawa kembali ke sini dalam seminggu untuk memastikan tidak ada komplikasi lebih lanjut. Sebelumnya, saya tanya dulu, apa bayi Aqil tinggal sama Ibunya?” tanyanya menatap Ocha serius. Ocha pun mengangguk cepat. “Baik, Bu Ocha tolong diperhatikan tanda-tanda seperti muntah, perubahan perilaku, atau kejang. Jika gejala tersebut dialami Aqil setelah dari sini, mohon agar segera dibawa kembali ke rumah sakit, ya.”“Iya, Dokter. Terima kasih atas nasihatnya. Saya akan memantau Aqil lebih hati-hati lagi,” kata Ocha. Dokter mengangguk dan tersenyum ramah pada Ocha. Wanita berambut sebahu itu beralih menepuk bahu Ocha sekadar memberikan dukungan. “Jangan terlalu keras pada diri sendiri, Bu Ocha. Apalagi terus-terusan menyalahkan diri karena kejadian ini. Kecelakaan
Read more

Bab 105 - Jalan?

Ocha terhenyak cukup lama melihat tatapan Aksa yang menukik tajam.Dia merasa terpojok dengan posisinya sekarang, bahkan untuk bernapas pun kesulitan. “Hei!” Aksa melambaikan tangannya tepat di depan wajah Ocha, ketika tak ada respon dari wanita itu. Ocha menggeleng sekejap. Mengalihkan pandangan ke arah lain dan buru-buru menghindar dari Aksa yang tiba-tiba membuat jantungnya jumpalitan di dalam sana.“Dari mana kamu tau, sih?” tanya Ocha. “Jadi, benar kamu belum makan malam?” tanya Aksa lagi yang kemudian diangguki Ocha. “Kenapa gak bilang dari tadi?” Aksa mengusap wajahnya sedikit kasar. Dia kesal pada Ocha karena tak jujur perkara perutnya, juga merasa kecewa pada diri sendiri karena tak peka. “Ini, baru mau lanjutin masak yang tadi, terus makan. Kenapa, sih? Mas Aksa lapar? Mau aku masakin sekalian?”“Gak! Tapi seharusnya kamu ngomong ke aku tadi kalau belum makan. Biar kita mampir dulu kek b
Read more

Bab 106 - Perhatian Ocha

Suasana mendadak hening. Ocha melongo sejenak, berusaha mencerna, tapi tatapannya tak lepas pada Aksa yang menunggu jawaban darinya. Namun, sesaat kemudian, Ocha mengalihkan pandangan dan tiba-tiba tertawa sumbang. Dia sudah menduga kalau syarat yang diberikan Aksa akan di luar nalar. Bahkan, BMKG pun tak sampai memberikan prediksinya. Terdengar helaan napas pelan dikeluarkan Ocha, sebelum menolak secara halus permintaan Aksa. “Pak Aksa yang terhormat, 50% artinya Infinite Allure atau IA hanya membayar setengah dari harga yang seharusnya. Menurutku IA memang akan untung karena membayar layanan makanan dan minuman yang tentu sangat berkualitas dengan harga murah. Tapi bagaimana dengan Harmoni Gastronomi? Keuntungan apa yang didapatkan?” Aksa tersenyum mendengar pertanyaan Ocha. Dia melipat tangan di atas meja dan mencondongkan sedikit tubuh ke arah Ocha. “Keuntungan pribadi. Karena aku bisa jalan sama kamu.” Jawaban Aksa yang santai membuat Ocha mencebikkan bibir dan me
Read more

Bab 107 - Gelagat Aneh

Nathan menelan ludahnya kuat-kuat mendengar kalimat Lala bagikan bom peledak yang seakan sengaja dikirim untuk membunuhnya. Dalam beberapa detik, ia merasa dunianya seolah berhenti berputar. Namun, setelah itu, ia tiba-tiba tertawa, meski masih terlihat menutupi lukanya. “Gak mau!” Nathan sontak menatap Lala dengan tajam. “Keras kepala banget sih lu? Lu harus jauhin gue. Kita beda Nathan!” geram Lala. “Berbeda itu indah Kita bisa saling melengkapi, bukan? Yang penting bukan beda iman dan beda perasaan, gue rasa temboknya gak terlalu tinggi,” ujar Nathan santai. Dia menatap Lala sangat dalam, berusaha untuk menyakinkan gadis itu. Namun, Lala bukannya merasa terharu dengan kalimat Nathan, justru semakin geram. Entah bagaimana caranya dia mengusir Nathan dan berhenti menganggunya? Dia sudah muak sedari kemarin adik dari temannya itu selalu merecoki hidupnya yang
Read more

Bab 108 - Wanita di Kontrakan Ocha

Brak! Paul baru saja kembali dari kantor dengan wajah marah dan langsung menghempaskan secarik kertas di atas meja, tepat di hadapan Laras dan Fafa yang tengah duduk di sofa ruang keluarga. Laras terlihat cemas, sementara Fafa tampak gelisah. Tak biasanya Paul seperti itu. “Laras, Fafa, kita perlu bicara. Sekarang juga!” tegasnya. Ibu dan anak itu seketika saling berpandangan dengan gugup. “Ada apa, Papa? Apa yang terjadi? Kelihatannya sangat serius?” tanya Laras. “Iya, ini sangat serius, terkait dengan perusahaan.” Paul menatap Laras dan Fafa bergantian. “Aku baru saja menemukan bahwa sejumlah besar uang perusahaan hilang! Dan setelah menelusuri, aku menemukan bahwa kalian berdua yang diam-diam meminta kepada manajer keuangan, bahkan sampai beberapa kali!” ungkapnya. Kini, Laras dan Fafa mulai terlihat gelisah. Di bawah sana, keduanya tampak memainkan jari-jar
Read more

Bab 109 - Perasaan Apa?

Tok ... tok ... tok! Ocha mengetuk pintu ruang kerja Rina dan masuk dengan senyum manis yang tercetak jelas di wajahnya. Rina yang sedang sibuk dengan laporan di meja kerjanya, mengangkat kepala dan menyambut Ocha dengan senyum ramahnya. “Hai, Ocha. Ada hal penting yang ingin kamu bicarakan?” tanya Rina menatap Ocha sebentar. Ocha menganggukkan kepala. “Iya, Bu.” “Katakan.” “Soal diskon dari Pak Aksa, Bu. Tadi malam ... beliau menghubungi saya membahas terkait diskon layanan yang diberikan untuk perusahaan kita pada saat kampanye cross branding nanti,” ungkap Ocha. “Beliau ....” Belum sampai Ocha melanjutkan ucapannya, sang atasan dengan cepat memotong. “Ada masalah? Bukannya sudah sepakat 20%?” “Ih, saya belum selesai ngomong, Bu.” “Oh, iya belum, ya. Lanjutkan kalau begitu.” Ocha mengambil napas dalam-dalam seraya berkata, “Pak Aksa mengubah keputusannya dan menawari kita diskon sebesar 50% untuk semua layanan makanan dan minuman yang kita butuhkan nanti!” “Han
Read more

Bab 110 - Teh Asing?

“Mau digendong masuk ke mobil atau gimana?” Perkataan Aksa memecahkan ketegangan di antara keduanya. Ocha terlonjak, buru-buru menjauh dari Aksa dan memperbaiki posisi tas kecilnya yang sedikit melorot turun ke lengannya. Aksa tersenyum kecil merasa lucu melihat raut wajah Ocha yang mendadak salah tingkah dan malu-malu seperti itu. “Apaan sih kamu, nyari-nyari kesempatan dalam kesempitan!” ketus Ocha, menyudutkan Aksa. “Lah?” Aksa memasang wajah bingung. Di samping itu, ia sedikit malu karena tak jalan dengan hati-hati. Masih untung ada Aksa yang sigap menolong, jadi tak sampai ada drama-drama mencium aspal sampai bibir bengkak. Dan yang paling membuat Ocha bak ingin menghilang ke langit ke tujuh adalah bekas lipstik di baju Aksa. Jelas, itu bekas lipstiknya. Tadinya, Ocha memang merasa bibirnya menempel di dada Aksa. Namun, tak
Read more
PREV
1
...
910111213
...
24
DMCA.com Protection Status