Semua Bab Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin: Bab 121 - Bab 130

235 Bab

Bab 121 - Pelet?

Keesokan harinya. Ocha berjalan masuk ke kantor Infinite Allure dengan wajah ceria, sesekali tersenyum dan menyapa pada setiap orang yang berpapasan dengannya. Entahlah! Ocha merasa bahagia saja karena sekarang perasaannya jadi fresh, lebih plong. Rasanya enak banget. Badan serasa jauh lebih enteng, jadi keterusan deh sampai sekarang. Tapi, ini tentang Ocha, bukan iklan le mineral. Tiba di meja kerjanya, Ocha lantas menghempaskan bokong di kursi seraya menarik napas lega. Memutar-mutar kursi berporosnya dengan wajah sumringah. Rekan-rekan sesama karyawan di sana sampai bingung dan saling bertanya satu sama lain melihat sikap aneh Ocha. Tak terkecuali Dita. Wanita itu mengernyit keheranan melihat tingkah Ocha. Dia menggeser kursi, mendekatkan badan dan bertanya dengan nada berbisik, “Ada apa denganmu wahai Ibunya Aqil? Kamu terlihat sangat bahagia hari ini?” “Gak, ah,” timpal Ocha, “perasaanmu aja kali.” “Gak mungkin, Cha. Dari hulu ke hilir, dari musim rambutan k
Baca selengkapnya

Bab 122 - Hati-Hati di Hati

Dengan begitu, Aksa berharap akan mendapatkan pelukan hangat dari wanita yang dicintainya.Hanya saja, dia bukannya mendapatkan pelukan, tetapi justru ditarik kasar oleh Ocha dan dibawa ke samping mobil dengan maksud agar tak ada yang menyadari keberadaan Aksa. Ditatapnya pria itu dengan tajam. “Kamu ngapain ke sini? Aku kan tadi sudah bilang gak usah jemput. Kalau ada yang liat kamu di sini, gimana coba?”Bukannya panik, Aksa tersenyum cengengesan tanpa rasa bersalah. “Dih, kepedean! Siapa bilang aku ke sini jemput kamu?”Mata Ocha melotot tak percaya, meski begitu raut wajahnya tiba-tiba cemberut mendengar pengakuan Aksa.“Jadi, kamu ke sini bukan jemput aku?”“Hm.” Aksa melipat tangan di depan dada. Dia susah payah menahan senyum tatkala melihat ekspresi Ocha yang langsung bete. Wanita itu mundur selangkah. Mengalihkan pandangan ke arah lain dengan bibir yang mengerucut sebal.Dia sedikit kecewa,
Baca selengkapnya

Bab 123 - Pulang Bersama

Yaya baru saja tiba di rumah Ocha, membawa rantang makanan yang khusus dibawanya untuk Ocha dari ibu mereka. Ia mulai mengetuk pintu, tetapi yang membuka bukanlah Ocha, melainkan seorang gadis yang hanya pernah bertemu tatap muka sekali dengannya--di rumah ini. Namun, Yaya mengenalnya karena gadis itu selalu mengirimkan pesan-pesan tidak penting melalui DM i*******m, meskipun Yaya terbilang jarang sekali menggubris. Namanya Lily. Dia pernah bekerja bersama Ocha sebagai sekretarisnya Aksa di Harmoni Gastronomi. Begitu katanya di DM instagramnya beberapa waktu lalu. Entah mengapa Lily ada di rumah Ocha sore-sore begini? Lily yang tengah menggendong Aqil pun tersenyum manis sekali pada Yaya. Senyuman yang mengandung senyawa sukrosa dengan rumus molekul C12H22O11 setidaknya mampu membuat Yaya salah tingkah, nyaris meleleh, tetapi pria muda itu berusaha bersikap biasa saja. “Mas Yaya? Silakan masuk. Kak Ocha belum pulang,” kata Lily mencoba ramah, walaupun sejauh ini pria di h
Baca selengkapnya

Bab 124 - Lala Kesal

Aksa melengkungkan bibir, beralih mengambil putranya dari gendongan Yaya karena sedari tadi mereka datang, bayi kecil itu sudah menatapnya. “Emang kenapa kalau saya pulang bareng Ocha? Dan ....” Aksa memicing ke arah Lily. “Kamu ngapain di sini, Ly? Bolos ya?”Tak terima tuduhan sang bos, Lily menjawab dengan cepat. “Tidak, Pak! Saya pulang saat sudah jam pulang. Saya ke sini udah izin sama Kak Ocha kok, Pak. Lagian kangen sama Dedek Aqil.”“Anak saya gak kangen sama kamu kali!” cibir Aksa, sesekali mencium Aqil dengan gemas. “Mana ada, Pak? Tadi dia nempel ke saya. Kayak meluk kekasih hatinya. Tanyain aja Kak Wina kalau tidak percaya.”“Heh! Anakku masih kecil, Ly! Jangan diajarin gak benar!” cecar Ocha, “Apa-apaan bawa-bawa kekasih hati segala?”“Jangan dikatain, Sayang. Kasihan jomblo ngenes emang suka gitu!” sahut Aksa dengan nada mengejek.“Tuh, sana sama Yaya. Dia juga jomblo.” Ocha menunjuk Yaya dengan gerakan w
Baca selengkapnya

Bab 125 - HTS?

“Hah?”Ocha melongo sejenak.Mencoba mencerna pengakuan Lala yang tidak ada angin tak ada hujan, datang ke rumahnya pagi-pagi sekali dan tiba-tiba bilang lagi kesal pada Nathan yang tak lain dan tak bukan adalah adiknya.‘Memang apa yang dilakukan adiknya pada Lala?’ Ocha bertanya-tanya dalam hatinya.Dia berbalik, menatap Lala dengan ekspresi bengong sebelum akhirnya memutuskan duduk pada kursi tepat sebelah Lala.“Kenapa dengan adek gue? Diapain lu sama dia sampe kesal begitu?” Ocha memicing penasaran.Lala mendadak gelisah begitu menyadari fakta kalau Ocha sebenarnya belum mengetahui tentang kedekatan antara dirinya dan Nathan yang terjalin beberapa hari belakangan ini. “Bukan apa-apa,” jawab Lala cepat, bermaksud mengalihkan pembicaraan. “Aksa udah berangkat ke Malang?”“Barusan itu berangkat,” kata Ocha, “emang lu gak ketemu di jalan?”“Oh, yang mobil warna hitam? Gue pikir mobilnya Aksa warna put
Baca selengkapnya

Bab 126 - Anak Buangan?

Lala kini kehilangan kata-kata. Dia tak membela dirinya, tetapi juga tidak membantah perkataan Ocha.Diakuinya pada Ocha bahwa agaknya ia disesatkan oleh omongan sendiri dan juga termakan janji manis. Awalnya memang tak menginginkan Nathan karena menilik pria itu lebih muda darinya, sedangkan dia menginginkan pria yang lebih dewasa, dalam hal ini lebih tua darinya. Karena konon kata orang, yang dewasa dari kita itu lebih bisa meredam emosi kelak berumah tangga. Jadi, tak akan ada istilah perang dingin sebab salah satunya lebih matang dalam hal mengontrol emosi atau dalam hal apa pun itu. Begitu yang diyakini Lala. Hanya saja, kehadiran Nathan dalam hidupnya, mengubah seluruh sudut pandangnya dengan sangat mudah. Di sisi lain, sifat Nathan juga sangat berbanding terbalik dari pria idamannya. Lala inginnya pria yang sudah mapan, bukan seperti Nathan yang bahkan kuliah saja belum lulus-lulus.
Baca selengkapnya

Bab 127 - Berbunga-Bunga

Ocha terdiam sejenak, merasakan sakit di hatinya yang menjalar dalam tubuhnya mendengar kalimat-kalimat dari sang ibu tiri yang lebih pada tuduhan untuknya. Segitu tak berharganya dia di mata wanita yang sangat dihormatinya selama kurang lebih 25 tahun ini?Tak peduli sakit dan luka yang diberikan, Ocha tetap berupaya agar setiap saatnya kala itu menjadi anak yang berbakti pada ibu.Pelan, Ocha meremas ponsel sambil menghapus air matanya. Sambungan telepon, sudah diputuskan sepihak oleh Laras sedari tadi. “Cha, lu kenapa?” Lala menyentuh bahu Ocha.Menatapnya dengan raut panik karena tiba-tiba saja Ocha menangis, padahal sebelum menelpon ia terlihat baik-baik saja.Ocha tersenyum balas menatap Lala bak tak terjadi apa-apa. Walaupun, kini hatinya sedang terluka. “Biasa,” kata Ocha santai. “Biasa gimana? Lu tadi bicara sama Tante Laras kan?” Lala menyipitkan mata, penasaran.Ocha berdehem se
Baca selengkapnya

Bab 128 - Penjelasan Nathan

Selang beberapa saat, pintu terdengar diketuk dari luar. “Nathan kamu bilang, Win?” Ocha sedikit ragu. Karena sedari tadi Nathan tak bisa dihubungi. Tetapi, Wina tiba-tiba bilang kalau Nathan datang ke rumahnya. Lantas, dari mana saja dia menghilang? Wina mengangguk, seraya berkata, “Iya, Bu.” “Ya sudah, buka pintunya!” titah Ocha kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah pintu diikuti oleh Lala. Detik kemudian, Wina pun membuka pintu secara perlahan. Tampak Natan, berdiri dengan raut acak-acakan. Dia terlihat lelah, letih, dan lesu. Tak seperti biasanya ketika datang ke rumah Ocha, dia selalu ceria, tersenyum lebar, dan langsung menyelonong masuk bermain dengan keponakannya atau sekadar berbaring di sofa. Terkadang juga langsung ke dapur mencari sesuatu yang bisa dimakan. Tapi, sekarang? Dia tetap berdiri gamang di depan pintu. Dan sedikit tersentak melihat keberadaan Lala. Mungkin tak menyangka Lala ada di rumah kakaknya. Sebuah perban melilit di
Baca selengkapnya

Bab 129 - Ocha Ngambek?

“Gu—e ... gue ....” Nathan terbata. Tak tahu harus berkata apa lagi untuk membela dirinya di hadapan Lala?Bola matanya yang tampak sayu menatap Lala lekat.Hati kecilnya berharap gadis berkuncir satu itu memahami posisinya sekarang.Dia sangat takut, Lala akan membencinya karena kejadian yang membuatnya menghilang tiada kabar.Baru saja, ia sedikit demi sedikit bisa menaklukkan hati batu Lala, manalah mungkin harus kandas sebelum dimiliki seutuhnya?“La, gue sungguh-sungguh minta maaf ke lu,” ujar Nathan lagi penuh dengan raut ketulusan. Melihat Nathan yang sedari tadi merasa bersalah membuat Lala juga tak tega. Lagian, dia sekarang sudah tahu alasan Nathan menghilang. Tentu saja, hal tersebut bukan hal yang perlu untuk jadi perdebatan. Nathan tidak melakukannya secara sengaja melainkan terkena sebuah musibah.Lala melihat pada Ocha sekilas seolah meminta solusi harus bagaimana ia menangga
Baca selengkapnya

Bab 130 - Aksa Panik

Tanpa berpikir panjang, Aksa memutuskan untuk mengakhiri jadwalnya di kantor cabang lebih cepat dari yang seharusnya dengan maksud akan kembali ke Jakarta. Untungnya, karena pekerjaannya memang sudah selesai dan sudah tidak ada hal terlalu penting yang akan diurusnya di sana. Sekalipun ada, baginya membujuk Ocha dan meluruskan kesalahpahaman adalah yang paling penting sekarang. Dia tidak mau kehilangan Ocha yang kedua kalinya hanya gara-gara ingus. ‘Ah, kenapa aku harus membahas ingus padanya coba?’ Aksa menyesali diri. Dia segera menghubungi sekretarisnya untuk memesan tiket pulang yang paling cepat. Beberapa jam kemudian. Ocha dan yang lainnya baru keluar dari ruang rapat saat sudah memasuki jam istirahat. Bersama Dita, Ocha langsung ke masjid untuk salat lebih dulu. Kemudian, melipir ke kantin kantor untuk makan siang. Setelah itu, barulah mereka kembali ke ruangan dan bekerja. Dan sekitar pukul 3 sore, Lala tiba-tiba datang ke ruangan Ocha. Awalnya Ocha masa bodoh da
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
24
DMCA.com Protection Status