Share

Bab 112 - Karin dan Paul?

Penulis: Kharamiza
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Di ruang kerja Paul.

Pria itu duduk menatap serius pada laptopnya, membuka setidaknya aplikasi yang digandrungi para seleb bagian dari terobosan Meta.

Bukan tanpa alasan ia membuka aplikasi tersebut, tetapi karena dia mencari sesuatu tentang teman pria putrinya, yakni Yaya.

Ia penasaran dengan latar belakang Yaya yang konon adalah putra dari wanita yang sebenarnya dikenal--di kontrakan Ocha waktu itu.

Paul mulai menelusuri berbagai foto yang diunggah Yaya di akunnya, berharap menemukan petunjuk tentang hal yang dicarinya.

Namun, semua foto yang ada hanya foto sendiri, foto kegiatan, selebihnya menunjukkan momen bersama teman-temannya.

Tak ada kebersamaan dengan Karin.

Paul berbisik pada dirinya sendiri. “Apa setelah tidak bersamaku, Karin menikah lagi dan dikaruniai seorang putra bernama Yaya? Tapi, Yaya sepertinya seumur Nathan. Apa secepat itu Karin menerima orang lain untuk masuk ke dalam kehidupannya?”

P
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 113 - Dia Kakakmu!

    Paul kini hanya bisa menelan salivanya yang terasa getir. Bibirnya sesekali bergetar, hendak berbicara. Namun, mulutnya seolah kaku untuk sekadar berucap hingga kata-kata yang tersusun rapi di hatinya tak bisa tersampaikan. Paul masih bungkam seribu bahasa, hingga Karin kembali bersuara. “Kau ke sini hanya untuk menanyakan hal itu, bukan? Aku sudah menjawabnya, jadi pulanglah! Kita tidak ada urusan lagi.”Sekali lagi, Paul menelan ludahnya, tersenyum penuh kepalsuan. Dia menatap mantan istrinya yang sudah banyak berubah itu. Dulunya lemah lembut, sekarang sudah tampak berani dan tegas. “Ocha gak tau kamu ibu kandungnya?” tanya Paul lagi.“Tidak.”“Kenapa kau tak mengatakannya?”Karin mengulas senyum getir. “Kenapa? Karena aku menunggu itikad baikmu untuk mengatakan yang sebenarnya pada Ocha. 25 tahun kau menyembunyikan statusnya sebagai anak tiri? Lalu, setelah dia mengetahui semuanya, kau masih bungkam, dan

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 114 - Aku Butuh Kamu

    Jam menunjukkan pukul 10 pagi ketika Ocha dan Aksa akhirnya tiba di pantai. Langit yang sedari tadi memang terlihat mendung membuat hujan mulai turun dengan deras begitu mereka memarkir mobil.Ocha tertawa kecil. “Ya ampun, kita baru saja sampai dan sekarang hujan deras.”Mendengarnya, Aksa pun ikut tertawa pelan. “Sepertinya kita membawa hujan ke sini.”“Kamu sih, udah lihat tadi langit mendung, masih kekeh ngajak jalan. Lihatlah sudah hujan! Kita ke sini ngapain coba kalau hujan deras begini?” Ocha menunjukkan raut wajah cemberut. “Coba tadi aku tinggal aja, bisa bareng Aqil sepanjang hari.”“Ih, jangan nyalahin, Sayang! Kan ada tuh definisi mendung bukan berarti akan hujan."“Tapi sekarang mendungnya beneran hujan,” ketus Ocha.Mereka pun hanya duduk di dalam mobil beberapa saat, memandang hujan yang deras melalui kaca depan. “Sepertinya hujan akan lama, Cha.” Aksa membuka pembicaraan. “Terus gima

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 115 - Kasih Sayang Adik

    Yaya duduk terdiam di sofa ruang tamunya. Pandangannya lurus, tapi kosong. Dia sesekali mengusap rambut dengan kasar. Hingga perlahan matanya menitikkan air seolah tak percaya dengan kenyataan yang beberapa saat lalu didengarnya langsung dari wanita yang sangat disayangi. Yaya kini bingung harus berbuat apa dan bagaimana mempercayai kenyataan? Ia sudah kehilangan kata-kata. Pernyataan ibunya tadi bagikan benda tajam yang sengaja digunakan untuk menusuk tubuhnya. Dalam keheningan, Yaya berbisik pada diri sendiri. “Kakak kandung ... Ocha adalah kakak kandungku?” Dia tertawa tertahan, mencoba mencerna fakta itu. Sementara sang ibu, sedari tadi sudah berlalu ke kamar karena tak kuat melihat putranya syok hingga meluruh ke lantai. Sebenarnya, Yaya tahu kalau memiliki kakak perempuan yang dibawa ayahnya, ibunya pernah menceritakannya. Hanya saja, wanit

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 116 - Aqil Demam

    Mobil mewah milik Aksa baru berhenti di depan rumah Ocha ketika hari sudah sore. Pria itu berlalu cepat keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Ocha, seperti biasa yang sering dilakukan untuk menarik hati Ocha. “Terima kasih untuk hari ini ya, Tuan Putri. Aku sangat senang menghabiskan waktu bersamamu,” ujar Aksa merasa bersemangat. “Hm.”“Sampai di dalam, mandi air hangat biar tubuh kamu terasa plong, lalu istirahat.” Aksa menunjukkan kepeduliannya. Ocha tersenyum tipis, merapatkan jaket milik Aksa yang sengaja dipakaikan oleh pria itu pada tubuh Ocha yang sedikit basah karena tadi saat hujan mereda mereka sempat bermain di pantai. “Iya, bawel. Kamu langsung pulang, gak? Gak ketemu Aqil dulu?” tanya Ocha memicing. Aksa bergumam pelan, melihat pada tubuhnya yang juga sedikit basah.“Nanti aja, deh. Soalnya ini basah. Nanti yang ada kalau gendong Aqil, dia malah kedinginan.”“Ya sudah. Hati-ha

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bsb 117 - Kangen Berat?

    Ocha berdiri menatap cemas pada putranya yang terlihat lemas. Sementara itu, dokter mulai memeriksa Aqil dengan teliti. Dia mengukur suhu tubuh bayi mungil itu dan mendengarkan detak jantungnya dengan stetoskop.“Suhu tubuhnya cukup tinggi, 39 derajat Celsius. Sudah berapa lama dia demam?” tanya Dokter Puspita dengan lembut. Terdengar helaan napas dari Ocha. “Sejak tadi sore, Dok. Tapi dari kemarin memang sedikit rewel sampai puncaknya tadi siang dia sering menangis.”Dokter wanita itu mengangguk paham. “Aqil mengalami demam yang cukup tinggi. Sepertinya dia terkena infeksi ringan, mungkin virus yang umum pada anak-anak. Tapi ....” Dokter Puspita menjeda ucapannya dan menatap Ocha, merasa sedikit tak enak hati. “Saya juga melihat ada faktor emosional yang mungkin mempengaruhi kondisi Aqil.”Ocha terkejut mendengarnya. “Faktor emosional? Apa maksud Dokter?”Wanita berjas putih itu pun mulai menjelaskan dengan hati-hati

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 118 - Kesempatan Kedua?

    “Ti—dak, Mas! Tadi aku sudah membawanya ke rumah sakit, ditemani Yaya dan Tante Karin.” Mendengarnya, Aksa menghela napas lega. Setidaknya, putranya sudah mendapatkan penanganan yang tepat. “Jadi, bagaimana keadaannya sekarang? Apa kata Dokter?” Ocha menunduk. Satu tangannya meremas-remas ujung bajunya di bawah sana, sesekali menghela napas dengan lembut. Selang beberapa detik, ia mengangkat kepala, menatap putranya penuh kasih sayang, lalu berkata, “Dokter bilang Aqil kena infeksi ringan, tapi juga mungkin merasa stres karena merindukanmu.” “Dokter hanya menyarankan agar aku terus memantau suhu tubuhnya dan memberikan ASI secara berkala. Kalau demamnya tidak turun dalam dua hari atau ada gejala lain, kita harus membawanya kembali ke rumah sakit.” “Ya Tuhan!” lirih Aksa. Nada suaranya terdengar sangat berat. “Ini salahku, Mas. Kenapa harus bikin aturan agar kamu gak bertemu Aq

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 119 - Hubungan Baru?

    Dalam diam, Ocha masih tak lepas memandangi wajah tampan Aksa dari samping, lalu beralih menatap putranya yang terlihat tenang dalam dekapan erat sang Ayah. Barangkali karena merasakan kehadiran dan kehangatan ayahnya, jadi Aqil pun merasa kerinduannya terobati dan mulai tertidur di pelukan Aksa. ‘Serindu itu kamu dengan Papa, Nak?’ tanyanya dalam hatinya. Matanya perlahan memburam melihat pemandangan di hadapannya itu. Dia merasa tak tega pada Aqil yang sepertinya memang sangat membutuhkan ayahnya yang selalu berada di sisinya. “Lupakan masa lalu, Nak. Dan mulai bangun masa depan. Masa yang sudah berlalu tak seharusnya merusak rencana masa depanmu.” Masih terngiang jelas perkataan Karin kala itu--ketika Ocha curhat padanya tentang Aksa yang terang-terangan memintanya kembali. Pun menyangkut perasaan Ocha pada Aksa yang juga membuatnya bimbang. “Yang terpenting adalah niat

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 120 - Kembali Bersama

    “Aku ingat waktu kita di Makassar, kamu pernah bilang kalau kamu orangnya mandiri sejak kecil, jadi butuhnya pria yang tidak akan membiarkanmu sendiri.” Aksa menarik napas pelan, berusaha menyakinkan Ocha melalui tatapannya. “Aku janji, akan mewujudkan itu, Cha. Aku gak akan membiarkanmu sendiri lagi jika nanti kau bersamaku." Tak ada jawaban, Ocha masih betah terdiam, tali tatapannya tetap lurus pada Aksa seolah mencari sesuatu dari sorot mata pria itu. Dia mencoba berkompromi dengan hatinya. Melebur rasa kecewa dan sakit yang telah Aksa perbuat padanya di masa lalu. Setidaknya, kali ini pengakuan Aksa membuat hatinya bergetar. Ia bisa merasakan kehangatan dan ketulusan melalui sorot mata pria yang penuh pengharapan itu. “Bagaimana aku bisa mempercayaimu?” tanya Ocha kemudian. “Aku harus apa biar kamu percaya?” Aksa balik bertanya. “Kamu masih ragu padaku?” Ocha menganggukkan kepalanya. “Katakan, apa yang kamu ragukan dariku? Aku jadi bingung harus berbuat apa agar ka

Bab terbaru

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Extra Part 2

    “Aqil, sini dulu,” teriak Aksa sambil mencoba mengetuk pintu berkali-kali.Aqil kembali berlari menghampiri pintu dan menempelkan wajah kecilnya pada pintu kaca itu seolah-olah tak baru saja melakukan kesalahan.“Aqil denger suara Papa nggak, Nak?”Tak terdengar sahutan, tetapi bibir kecil Aqil terlihat bergerak menyebut kata “Papa”.Aksa berjongkok, memberikan kode pada sang putra agar membuka pintu. Hanya saja, Aqil tak melakukan apa pun. Hanya ada raut bingung nan menggemaskan di wajahnya itu. Sementara itu, Ocha berlalu ke ujung balkon, memandang ke bawah dengan gelisah. Bukan apa-apa, ia takut Aqil melakukan sesuatu yang membahayakan dirinya sendiri kalau sendirian terlalu lama di kamar. “Sus Wina! Sus Wina!” teriaknya, berharap suara lantangnya itu terdengar sampai ke bawah. Namun, suasana rumah yang sepi membuat panggilannya berlalu sia-sia tanpa jawaban.“Sus Wina, ke dekat kolam renang dulu, dong.” Ocha masih berusaha memanggil pengasuh Aqil itu. Aksa kini sudah berdiri di

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Extra Part 1

    Dua bulan kemudian. Aula pernikahan tampak meriah dihiasi bunga-bunga berwarna pastel yang menyemarakkan suasana di hari bahagia Nathan dan Lala. Tamu-tamu mulai berdatangan, menambah semarak momen istimewa yang sebentar lagi akan dimulai. Dengan memegang lengan sang suami, Ocha melangkah di sisi Aksa. Keduanya mengenakan busana berwarna biru tua yang senada. Ocha tampak anggun dalam balutan kebaya ber-bordir elegan, sementara Aksa mengenakan setelan jas yang rapi. Pada gendongan pria itu, ada Aqil yang mengenakan tuxedo mungil dan tampak menggemaskan. Anak itu menarik perhatian beberapa tamu yang tersenyum melihat betapa lucunya dia. Tak jauh dari Mereka, Yaya hadir bersama ibunya dengan balutan busana senada. Yaya sesekali melirik ke arah Aqil dan mengangkat tangan kecilnya untuk melambai yang dibalas senyum oleh bocah itu. Sementara itu, Laras dan Paul sudah duduk di tempat yang telah disediakan untuk keluarga dan para tamu undangan. Di belakang mereka, Fafa yang

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 233 - END

    Dahi Ocha mengerut begitu mobilnya memasuki gerbang dan melihat ada mobil yang jelas bukan mobil suaminya sedang parkir di halaman rumahnya.Setelah memarkirkan mobilnya di garasi, dia pun keluar dan tak berselang lama, Aksa juga sudah datang dan memarkirkan mobilnya di sebelah mobil Ocha.“Mobil siapa, Sayang?” tanya Aksa sambil berjalan mendekati istrinya.Ocha mengangkat bahu menandakan ketidaktahuannya. Dia meraih tangan sang suami dan menciumnya dengan takzim. Seperti biasa, ketika pergi dan pulang kerja tak melewatkan saling memberikan pelukan hangat. Aksa mencium singkat kening, pipi, dan bibir istrinya. “Bukannya tadi kamu bilang akan pulang jam 7 malam, kok cepat?” tanya Ocha dengan tatapan menyelidik. “Loh, emang gak senang suaminya pulang cepat?”“Bukan, tapi kamu bilang sendiri tadi, kan.”“Pekerjaan udah selesai masa enggak boleh pulang? Lagian kangen si bocil.”Ocha mencebik, pura-pura kesal. “Oh

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 232 - Aksa Versi Sachet

    Dewi bangkit dari duduknya, berdalih memegang tangan sang suami. Tatapannya memelas seakan-akan meminta pembelaan. “Mas ... tapi, aku benar-benar sudah meminta agar foto itu di-take down.”Sebuah helaan napas berat dikeluarkan Denis. Dia seraya menatap sang istri dengan tajam, rahangnya mengeras menahan amarah. “Kamu, tuh, sadar nggak sih, Wi? Kamu udah bikin hidup orang lain dalam masalah tau, nggak? Apa kamu pikir setelah ini, permintaan maaf saja itu sudah cukup untuk memperbaiki semua kesalahan kamu pada mereka?”“Wi, kesalahan kamu yang kemarin saja belum tentu mereka maafkan, terus sekarang bertambah lagi.” Denis beralih duduk di sofa dengan wajah semrawut. Sambil memegangi kepala, pusing dengan kelakuan sang istri yang makin menjadi. Sambil menghampiri suaminya, mata Dewi kini berkaca-kaca. “Mas, aku ....” Dia pun berlutut, di hadapan Denis. Namun, Napasnya tercekat, seakan-akan kehilangan kata-kata.“Aku nggak akan bisa melindungi kamu ka

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 231 - Dewi?

    Makin ke sini isu yang beredar itu makin rame diperbincangkan di media. Banyak yang meminta Aksa dan Ocha segera klarifikasi untuk meredam isu yang pembahasannya justru mulai melebar ke mana-mana.“Cari tahu siapa yang pertama kali menyebarkan dan laporkan ke saya secepatnya!” perintah Aksa dengan nada tegas melalui telepon.Di kantor, tim keamanannya sudah bekerja maksimal untuk menyelidiki sumber isu yang beredar sesuai dengan permintaannya. Sementara itu, Ocha duduk di sofa sambil memperhatikan Aksa yang berdiri di dekat dinding kaca rumah mereka. Sibuk untuk menyelesaikan masalah itu. Ocha sesekali mengawasi Aqil yang entah sedang melakukan apa? Intinya dapat kolong yang bisa menampung dirinya, pasti masuk di sana.Dalam pikiran Ocha juga ada banyak hal, termasuk tertuju satu nama yang bisa mungkin menjadi sumber gaduhnya netizen di media sosial. Hanya saja, dia tidak ingin suuzan. “Aku curiga Dewi yang melakukan ini, Saya

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 230 - Gosip

    Di lain tempat pagi itu, Ocha dengan sabar terus mencoba menyuapi makan untuk putranya meskipun beberapa kali melepehkan bubur yang masuk ke mulutnya. Ocha menghela napas pelan sambil mengusap bibir Aqil yang belepotan. “Ayo, Sayang .... Makan yang banyak, ya. Biar Aqil sehat, nanti jadi anak pintar, ganteng kayak Papa kalau udah besar.” Hanya saja, bukannya membuka mulut, Aqil malah mengayunkan tangan, mencomot bubur dari sendok Ocha dan menempelkannya ke wajahnya sendiri. Seketika itu, bubur mengotori pipi mungilnya. “Ya ampun, anak gantengnya Ibu. Makanannya gak boleh dibuat mainan, ya, Sayang.” Di sebelahnya, Aksa memperhatikan sambil menahan tawa melihat tingkah lucu anaknya. Ia mengunyah sisa nasi gorengnya lalu menyelesaikan sarapannya. Sementara itu, Ocha meraih tisu dan mulai mengelap pipi Aqil yang kena bubur. “Coba sini Papa yang suapin Aqil, ya. Biar Ibu sarapan dulu aja.” Aksa mengajukan dirinya. Ocha menyerahkan sendok kecil itu pada Aksa, kemudian ia me

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 229 - Rela Mundur?

    Laras melangkah pelan memasuki ruang ICU, tempat Fafa terbaring lemah dengan berbagai alat medis yang terpasang di tubuhnya. Suara mesin detak jantung yang terus berdenyut makin menambah suasana mencekam. Laras mendekati ranjang putrinya dengan langkah gontai lalu duduk di kursi di sampingnya. Wajah Fafa tampak pucat, mata terpejam seakan-akan enggan untuk terbuka. Dengan tangan gemetar, Laras menggenggam tangan Fafa yang terasa dingin. Air matanya mulai mengalir membasahi pipi. “Fafa ... maafkan Ibu, Nak,” ucapnya dengan suara bergetar. “Semua ini kesalahan Ibu. Seharusnya yang menanggung karma kesalahan Ibu di masa lalu adalah Ibu sendiri, bukan kamu.”Laras merasakan dadanya kian sesak. Air matanya juga makin deras berjatuhan. “Ibu juga minta maaf karena terlalu keras padamu, Nak. Maafkan Ibu yang terlalu menghakimi seolah-olah enggan menerima keadaan kamu,” imbuhnya dengan suara serak.“Ibu seakan lupa kalau dulu pernah berada di p

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 228 - Teman Lama?

    Senyum Yaya tak pernah berhenti terpancar dari bibirnya ketika ia berada dalam perjalanan pulang. Hari ini, ia merasa sangat bahagia. Pertama, berhasil mengajak Lily nge-date. Kedua, Lily sudah tak cuek lagi padanya. Dan, yang ketiga ... ia cukup lega telah mengungkapkan perasaannya pada Lily.Dia menyetir dengan kecepatan standar sesekali bersenandung ria sambil mengingat obrolannya dengan Lily beberapa saat lalu.“Ada apa, Mas Yaya?” tanya Lily pelan begitu melihat Yaya keluar dari mobilnyaYaya pintu menutup pintu mobil dan menghampiri Lily sedikit canggung. Tatapannya yang serius dan penuh makna menatap Lily yang justru memandangnya penuh tanya. Pria berjaket abu-abu itu merasa harus jujur terhadap perasaannya pada Lily. Entah seperti apa hasilnya nanti, setidaknya ia sudah berusaha jujur. “Ly, aku perlu mengatakan sesuatu padamu, tapi bingung harus mulai dari mana?” Dia berkata pelan sambil menggaruk tengkuk yang sebenarnya tak gat

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 227 - Gugup

    Laras jatuh terduduk di kursi terdekat, air matanya sontak mengalir deras. “Koma?” Suaranya bergetar.“Dok, Kakak saya sedang hamil, apa kandungannya baik-baik saja?” tanya Ocha dengan raut cemas. Dia mengingat, tadi dia melihat ada darah yang juga merembes dari area selangkangan Fafa pasca kecelakaan.Sang dokter menarik napasnya lalu menggeleng pelan. Wajahnya menunjukkan kesedihan yang mendalam. “Benturan yang dialami pasien terlalu keras, Bu. Kami tidak bisa menyelamatkan janinnya.”Isakan Laras kembali terisak keras, nyaris histeris, tetapi Ocha buru-buru beralih menenangkannya. “Maaf, Dok. Kalau boleh tau, kira-kira Fafa akan koma sampai kapan?” Paul ikut bertanya. Hanya saja, kali ini dokter kembali menggeleng. “Kami belum bisa memastikan hal tersebut, Pak. Namun, kami akan terus memantau kondisinya selama 24 jam ke depan untuk melihat perkembangan lebih lanjut. Dan ....”“Bisa dipahami, ya, Pak, Bu?” Pertanyaan sang dok

DMCA.com Protection Status