Beranda / Pernikahan / Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin / Bab 154 - Jadinya Kening atau Bibir?

Share

Bab 154 - Jadinya Kening atau Bibir?

Penulis: Kharamiza
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Ocha menunduk dengan jari telunjuk yang saling mencubit ketika Paul mulai menjabat tangan Aksa.

“Ananda Aksa Naufal Firdaus bin (Alm.) Hadid Firdaus, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri saya, Qiana Zhafira Rosa binti Paul William dengan mas kawin berupa 36 gram logam mulia dan uang tunai sebesar $5,365.00, dibayar tunai.”

“Saya terima nikah dan kawinnya Qiana Zhafira Rosa binti Paul William dengan mas kawin berupa 36 gram logam mulia dan uang tunai sebesar $5,365.00, dibayar tunai.”

Suara Aksa yang lantang dan tegas ketika mengucapkan kabul membuat hati Ocha bergetar.

“Bagaimana saksi?” tanya penghulu.

“Sah!”

Berbeda dengan Ocha yang sedari tadi bak menahan napas akhirnya bisa menarik napas leha, Aksa justru tak sadar berdiri.

“Yes!” teriaknya dengan kedua tangan yang terangkat, ditarik ke belakang.

Hal itu, membuat para tamu undangan tiba-tiba tiuh tertawa dengan tingkah konyol Aksa.

Tak terkecuali Ocha yang sempat menyemburkan tawa melihat pria yang bar
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Selvia
penasaran gmn reaksi pas tau kalo yaya itu anak kandungnya ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 155 - Ocha ke Mana?

    “Ehem! Ehem!” Ocha yang tengah membenahi posisi dasi kupu-kupu Aksa yang terlihat sedikit miring sontak mengangkat kepala mendengar deheman keras dari Lala.“Mesra-mesraan terus! Masih siang bolong loh ini,” cecar Lala. “Ih, Lala Po panas. Nanti gue minta Nathan buat lamar lu cepat-cepat, biar gak panas lagi,” kata Ocha diselingi tawanya. “Kagak!“Serius kagak?”“Halah! Cewek itu biasanya beda isi hati beda ucapan. Paling mulutnya bilang kagak, dalam hatinya mau banget,” cibir Aksa. Lala membuang napas sedikit kasar. “Serah kalian, deh. Bebas!”“Betewe, Pak Aksa ... mulai hari ini, aku titip Ocha ya,” ujar Lala kemudian. Suasana tiba-tiba diselimuti rasa hari. “Mungkin untuk ke depan, dia akan lebih banyak bersamamu daripada denganku yang notabene adalah temannya.”“Pak Aksa harus tau kalau satu-satunya orang yang tau persis hidupnya Ocha selama ini, hanya aku. Mungkin ada satu lagi, teman kami juga

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 156 - Sensitif Banget Istrinya Hilang!

    Di kejauhan sana, tampak seorang wanita tengah duduk di balkon apartemennya yang sedikit penerangan.Raut wajahnya terlihat datar, begitu pandangannya yang sayu menatap pada layar ponsel dengan perasaan yang bak sengaja diremas-remas.Jempolnya bergerak menggulir media sosial, semakin ke bawah, semakin mengundang sesak menghimpit dalam dadanya. Di sana terpampang nyata sebuah pernikahan mantan suaminya dengan Ocha yang notabene juga adalah mantan istrinya. Sebelumnya, dialah biang kerok yang meminta Aksa untuk menceraikan Ocha.Foto-foto bahagia pasangan itu memenuhi feed dan story instagramnya.Setelah mereka berpisah, Dewi memang memutuskan untuk menghapus pertemanan dengan Aksa, begitu Ocha di media sosial, tetapi tak memutus pertemanan dari orang-orang yang mengenal mereka berdua sehingga membuatnya tetap bisa melihat mantan suaminya melanjutkan hidup setelah berpisah darinya.Senyum lebar milik Aksa dan tatapan pe

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 157 - Kamu Dari Mana Aja?

    Lily yang juga saat ini berjalan pelan menuju pintu keluar dari ballroom, hatinya sedikit terusik oleh ucapan Lala tadi siang di pelaminan ketika keduanya memberikan selamat pada Ocha. ‘Mas Yaya adalah adiknya Kak Ocha?’ Lily bertanya-tanya dalam hati. Kalimat yang dikatakan Lala tadi terus berputar di kepala Lily. ‘Bagaimana bisa? Bukankah selama ini mereka mengaku sebagai teman? Apa gak saling mengenali? Kok bisa?’ ‘Berarti itu artinya, Tante Karin juga ibu kandungnya Kak Ocha?’ Lily menghela napas sambil terus melangkah menuju pintu. Enggan memikirkannya, tetapi di kepalanya seolah tak ada bahan lain untuk dipikirkan. Tepat ketika ia berada di pintu masuk, Yaya juga tiba-tiba datang dan hendak masuk. Nyaris saja mereka bertabrakan, tetapi Yaya cepat sadar keberadaan Lily dan memilih untuk sedikit mundur. Yaya tersenyum ramah pada Lily. Semenj

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 158 - Pengen Meluk Kamu Sampai Pagi

    Aksa membuka pintu kamar hotel dengan perlahan dan menahannya dengan berdiri di samping membiarkan Ocha masuk lebih dulu. Dengan pergerakan yang sangat hati-hati, Ocha pun melangkah masuk, menggendong Aqil yang mulai tertidur di pelukannya. Aksa mengikuti dari belakang, memastikan pintu tertutup tanpa menimbulkan suara keras yang bisa membuat Aqil terbangun nantinya. Ocha langsung menuju tempat tidur. Menidurkan Aqil dengan lembut di sana. Detik berikutnya, ia mengeluarkan jaket sang putra agar tubuh kecil itu tak kepanasan nantinya, lalu meraih bantal untuk diletakkan di sisinya. Ocha baru bisa menghela napas lega ketika melihat Aqil sekarang sudah tertidur dengan tenang, tak seperti tadi yang rewel entah apa maunya? Aksa berdiri di dekat Ocha, menatap putranya di kasur lantas memandang sang istri penuh cinta. “Udah tidur?” Ocha mengangkat wajah menatap Aksa sebentar dan kemudian mengangguk pelan. “Dari tadi kamu lagi sama Aqil?” tanya Aksa pelan. “Iya, Mas. Aku d

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 159 - Kenapa Harus Pasang KB?

    Ocha memilih tak menjawab perkataan Aksa, dia hanya fokus menatap layar ponsel untuk membalas ucapan-ucapan selamat pernikahan dari grup kantornya. Dia tak protes dengan Aksa yang memeluknya dengan sangat erat, seakan enggan untuk melepaskan, sesekali mencium pipi Ocha. “Pasti hidup kamu beberapa bulan ini berat banget ya?” tanya Aksa pelan, nyaris tak terdengar. Mendengarnya, Ocha meletakkan ponsel dan berbalik ke arah Aksa. “Namanya hidup ya gak ada yang tanpa ujian, Mas,” jawabnya. “Maafin aku ya. Aku benar-benar ngerasa bersalah banget sama kamu dan Aqil. Aku gak berguna jadi laki-laki karena membiarkan kalian hidup menderita. Aku brengsek banget kan, Cha?” Kali ini, mata Aksa terlihat berkaca. Wajahnya juga memerah menahan tangis. “Semua udah berlalu, Mas. Aku juga udah maafin kamu. Setidaknya, sekarang kamu sudah memutuskan untuk berubah dan memperbaiki kesalahan kam

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 160 - Bukan karena Dia Mandul?

    Ocha kemudian bangkit dari tidurnya dan turun dari ranjang, lantas menarik Aksa menuju ke dekat jendela. Maksudnya, agar Aqil tak bangun karena terganggu dengan pembicaraan mereka.“Kamu sadar ngomong apa barusan?” tanya Ocha menatap Aksa serius. Namun, pria itu tetap bergeming, menatap lurus ke depan.“Itu ....” Ocha menunjuk Aqil di ranjang. “Itu anak kamu. Anak kita. Kenapa kamu masih berpikiran aku gak mau punya anak dari kamu? Sedangkan itu sudah jelas-jelas ada hasilnya!” geram Ocha.Aksa menoleh mengikuti arah telunjuk Ocha sambil menelan ludahnya begitu melihat putra mereka tertidur di sana.Perlahan, Aksa menyadari dirinya hanya terlalu takut. Dia lupa kalau wanita di hadapannya bukanlah Dewi yang tidak mau memiliki anak darinya. Melainkan Ocha, yang dengan segala kerelaan hatinya mengandung hingga melahirkan putra mereka.Sejatinya, Aksa hanya tiba-tiba cemas mendengarkan perkataan Ocha ya

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 161 - Janji!

    “Salahnya juga karena aku terlalu percaya dan selalu memanjakannya sehingga dia menyakitiku dengan sangat keji.” Aksa melanjutkan ceritanya. “Aku terlalu percaya, kalau dia sering pamit ke luar kota, ke luar negeri itu bekerja, nyatanya separuh bekerja, separuh selingkuh.”Aksa menyeringai miris, mengingat masalah rumah tangganya yang sangat menyakitkan itu. “Sebenarnya Mami sudah sering kali memperingati aku karena mungkin ngerasa ada yang gak beres. Aku saja yang gak peka dan terlalu memaklumi apa pun yang dilakukannya,” imbuh Aksa, sambil menghela napas berat.“Ternyata, walau aku udah berusaha keras untuknya, melakukan apa aja demi kebahagiaannya, berusaha membuatnya nyaman bersamaku, tetap saja gak berarti di matanya, karena bukan aku yang dia mau.”Detik kemudian, Aksa menoleh dan kali ini menatap Ocha yang tepat sekali juga menatapnya dengan tatapan iba. Jujur saja, Ocha tak menduga kalau pernikahan yang sebelumnya dipikir sangat

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 162 - Ini Bukan Budaya Gue

    Di tempat lain, Lala memasuki kantor dengan raut wajahnya yang kusut. Pandangannya kosong dan langkahnya tampak begitu berat seolah-olah ikut terbebani dengan pikirannya yang sedang kalut. “La, lu bahkan belum mau denger penjelasan gue soal malam itu.” Sorot mata Nathan mengiba, tetapi Lala seakan tak peduli. Perkataan terakhir Nathan padanya sebelum mereka berpisah kemarin terus berputar di kepala, membuatnya bimbang dengan keputusan yang telah dia ambil untuk menjauh dari adik temannya itu. Entah keputusannya benar atau justru keliru? Yang jelas, saat ini ia tengah dirundung dilema. Lala tidak menyadari, ketika dia masuk lift tadi, Rina memperhatikannya dari kejauhan. Rina bisa melihat bahwa ada sesuatu yang mengganggu pikiran adik sepupunya, karena ia tak biasa melihat Lala kalut di waktu pagi. Lala, anaknya bawel, ceria, dan selalu semangat. Tanpa menunggu lama, Rina memutuskan untuk berlari mendekati Lala agar tak tertinggal lift. Dia malas menunggu lagi. Ta

Bab terbaru

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Extra Part 2

    “Aqil, sini dulu,” teriak Aksa sambil mencoba mengetuk pintu berkali-kali.Aqil kembali berlari menghampiri pintu dan menempelkan wajah kecilnya pada pintu kaca itu seolah-olah tak baru saja melakukan kesalahan.“Aqil denger suara Papa nggak, Nak?”Tak terdengar sahutan, tetapi bibir kecil Aqil terlihat bergerak menyebut kata “Papa”.Aksa berjongkok, memberikan kode pada sang putra agar membuka pintu. Hanya saja, Aqil tak melakukan apa pun. Hanya ada raut bingung nan menggemaskan di wajahnya itu. Sementara itu, Ocha berlalu ke ujung balkon, memandang ke bawah dengan gelisah. Bukan apa-apa, ia takut Aqil melakukan sesuatu yang membahayakan dirinya sendiri kalau sendirian terlalu lama di kamar. “Sus Wina! Sus Wina!” teriaknya, berharap suara lantangnya itu terdengar sampai ke bawah. Namun, suasana rumah yang sepi membuat panggilannya berlalu sia-sia tanpa jawaban.“Sus Wina, ke dekat kolam renang dulu, dong.” Ocha masih berusaha memanggil pengasuh Aqil itu. Aksa kini sudah berdiri di

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Extra Part 1

    Dua bulan kemudian. Aula pernikahan tampak meriah dihiasi bunga-bunga berwarna pastel yang menyemarakkan suasana di hari bahagia Nathan dan Lala. Tamu-tamu mulai berdatangan, menambah semarak momen istimewa yang sebentar lagi akan dimulai. Dengan memegang lengan sang suami, Ocha melangkah di sisi Aksa. Keduanya mengenakan busana berwarna biru tua yang senada. Ocha tampak anggun dalam balutan kebaya ber-bordir elegan, sementara Aksa mengenakan setelan jas yang rapi. Pada gendongan pria itu, ada Aqil yang mengenakan tuxedo mungil dan tampak menggemaskan. Anak itu menarik perhatian beberapa tamu yang tersenyum melihat betapa lucunya dia. Tak jauh dari Mereka, Yaya hadir bersama ibunya dengan balutan busana senada. Yaya sesekali melirik ke arah Aqil dan mengangkat tangan kecilnya untuk melambai yang dibalas senyum oleh bocah itu. Sementara itu, Laras dan Paul sudah duduk di tempat yang telah disediakan untuk keluarga dan para tamu undangan. Di belakang mereka, Fafa yang

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 233 - END

    Dahi Ocha mengerut begitu mobilnya memasuki gerbang dan melihat ada mobil yang jelas bukan mobil suaminya sedang parkir di halaman rumahnya.Setelah memarkirkan mobilnya di garasi, dia pun keluar dan tak berselang lama, Aksa juga sudah datang dan memarkirkan mobilnya di sebelah mobil Ocha.“Mobil siapa, Sayang?” tanya Aksa sambil berjalan mendekati istrinya.Ocha mengangkat bahu menandakan ketidaktahuannya. Dia meraih tangan sang suami dan menciumnya dengan takzim. Seperti biasa, ketika pergi dan pulang kerja tak melewatkan saling memberikan pelukan hangat. Aksa mencium singkat kening, pipi, dan bibir istrinya. “Bukannya tadi kamu bilang akan pulang jam 7 malam, kok cepat?” tanya Ocha dengan tatapan menyelidik. “Loh, emang gak senang suaminya pulang cepat?”“Bukan, tapi kamu bilang sendiri tadi, kan.”“Pekerjaan udah selesai masa enggak boleh pulang? Lagian kangen si bocil.”Ocha mencebik, pura-pura kesal. “Oh

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 232 - Aksa Versi Sachet

    Dewi bangkit dari duduknya, berdalih memegang tangan sang suami. Tatapannya memelas seakan-akan meminta pembelaan. “Mas ... tapi, aku benar-benar sudah meminta agar foto itu di-take down.”Sebuah helaan napas berat dikeluarkan Denis. Dia seraya menatap sang istri dengan tajam, rahangnya mengeras menahan amarah. “Kamu, tuh, sadar nggak sih, Wi? Kamu udah bikin hidup orang lain dalam masalah tau, nggak? Apa kamu pikir setelah ini, permintaan maaf saja itu sudah cukup untuk memperbaiki semua kesalahan kamu pada mereka?”“Wi, kesalahan kamu yang kemarin saja belum tentu mereka maafkan, terus sekarang bertambah lagi.” Denis beralih duduk di sofa dengan wajah semrawut. Sambil memegangi kepala, pusing dengan kelakuan sang istri yang makin menjadi. Sambil menghampiri suaminya, mata Dewi kini berkaca-kaca. “Mas, aku ....” Dia pun berlutut, di hadapan Denis. Namun, Napasnya tercekat, seakan-akan kehilangan kata-kata.“Aku nggak akan bisa melindungi kamu ka

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 231 - Dewi?

    Makin ke sini isu yang beredar itu makin rame diperbincangkan di media. Banyak yang meminta Aksa dan Ocha segera klarifikasi untuk meredam isu yang pembahasannya justru mulai melebar ke mana-mana.“Cari tahu siapa yang pertama kali menyebarkan dan laporkan ke saya secepatnya!” perintah Aksa dengan nada tegas melalui telepon.Di kantor, tim keamanannya sudah bekerja maksimal untuk menyelidiki sumber isu yang beredar sesuai dengan permintaannya. Sementara itu, Ocha duduk di sofa sambil memperhatikan Aksa yang berdiri di dekat dinding kaca rumah mereka. Sibuk untuk menyelesaikan masalah itu. Ocha sesekali mengawasi Aqil yang entah sedang melakukan apa? Intinya dapat kolong yang bisa menampung dirinya, pasti masuk di sana.Dalam pikiran Ocha juga ada banyak hal, termasuk tertuju satu nama yang bisa mungkin menjadi sumber gaduhnya netizen di media sosial. Hanya saja, dia tidak ingin suuzan. “Aku curiga Dewi yang melakukan ini, Saya

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 230 - Gosip

    Di lain tempat pagi itu, Ocha dengan sabar terus mencoba menyuapi makan untuk putranya meskipun beberapa kali melepehkan bubur yang masuk ke mulutnya. Ocha menghela napas pelan sambil mengusap bibir Aqil yang belepotan. “Ayo, Sayang .... Makan yang banyak, ya. Biar Aqil sehat, nanti jadi anak pintar, ganteng kayak Papa kalau udah besar.” Hanya saja, bukannya membuka mulut, Aqil malah mengayunkan tangan, mencomot bubur dari sendok Ocha dan menempelkannya ke wajahnya sendiri. Seketika itu, bubur mengotori pipi mungilnya. “Ya ampun, anak gantengnya Ibu. Makanannya gak boleh dibuat mainan, ya, Sayang.” Di sebelahnya, Aksa memperhatikan sambil menahan tawa melihat tingkah lucu anaknya. Ia mengunyah sisa nasi gorengnya lalu menyelesaikan sarapannya. Sementara itu, Ocha meraih tisu dan mulai mengelap pipi Aqil yang kena bubur. “Coba sini Papa yang suapin Aqil, ya. Biar Ibu sarapan dulu aja.” Aksa mengajukan dirinya. Ocha menyerahkan sendok kecil itu pada Aksa, kemudian ia me

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 229 - Rela Mundur?

    Laras melangkah pelan memasuki ruang ICU, tempat Fafa terbaring lemah dengan berbagai alat medis yang terpasang di tubuhnya. Suara mesin detak jantung yang terus berdenyut makin menambah suasana mencekam. Laras mendekati ranjang putrinya dengan langkah gontai lalu duduk di kursi di sampingnya. Wajah Fafa tampak pucat, mata terpejam seakan-akan enggan untuk terbuka. Dengan tangan gemetar, Laras menggenggam tangan Fafa yang terasa dingin. Air matanya mulai mengalir membasahi pipi. “Fafa ... maafkan Ibu, Nak,” ucapnya dengan suara bergetar. “Semua ini kesalahan Ibu. Seharusnya yang menanggung karma kesalahan Ibu di masa lalu adalah Ibu sendiri, bukan kamu.”Laras merasakan dadanya kian sesak. Air matanya juga makin deras berjatuhan. “Ibu juga minta maaf karena terlalu keras padamu, Nak. Maafkan Ibu yang terlalu menghakimi seolah-olah enggan menerima keadaan kamu,” imbuhnya dengan suara serak.“Ibu seakan lupa kalau dulu pernah berada di p

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 228 - Teman Lama?

    Senyum Yaya tak pernah berhenti terpancar dari bibirnya ketika ia berada dalam perjalanan pulang. Hari ini, ia merasa sangat bahagia. Pertama, berhasil mengajak Lily nge-date. Kedua, Lily sudah tak cuek lagi padanya. Dan, yang ketiga ... ia cukup lega telah mengungkapkan perasaannya pada Lily.Dia menyetir dengan kecepatan standar sesekali bersenandung ria sambil mengingat obrolannya dengan Lily beberapa saat lalu.“Ada apa, Mas Yaya?” tanya Lily pelan begitu melihat Yaya keluar dari mobilnyaYaya pintu menutup pintu mobil dan menghampiri Lily sedikit canggung. Tatapannya yang serius dan penuh makna menatap Lily yang justru memandangnya penuh tanya. Pria berjaket abu-abu itu merasa harus jujur terhadap perasaannya pada Lily. Entah seperti apa hasilnya nanti, setidaknya ia sudah berusaha jujur. “Ly, aku perlu mengatakan sesuatu padamu, tapi bingung harus mulai dari mana?” Dia berkata pelan sambil menggaruk tengkuk yang sebenarnya tak gat

  • Dikontrak 365 Hari jadi Istri Presdir Dingin   Bab 227 - Gugup

    Laras jatuh terduduk di kursi terdekat, air matanya sontak mengalir deras. “Koma?” Suaranya bergetar.“Dok, Kakak saya sedang hamil, apa kandungannya baik-baik saja?” tanya Ocha dengan raut cemas. Dia mengingat, tadi dia melihat ada darah yang juga merembes dari area selangkangan Fafa pasca kecelakaan.Sang dokter menarik napasnya lalu menggeleng pelan. Wajahnya menunjukkan kesedihan yang mendalam. “Benturan yang dialami pasien terlalu keras, Bu. Kami tidak bisa menyelamatkan janinnya.”Isakan Laras kembali terisak keras, nyaris histeris, tetapi Ocha buru-buru beralih menenangkannya. “Maaf, Dok. Kalau boleh tau, kira-kira Fafa akan koma sampai kapan?” Paul ikut bertanya. Hanya saja, kali ini dokter kembali menggeleng. “Kami belum bisa memastikan hal tersebut, Pak. Namun, kami akan terus memantau kondisinya selama 24 jam ke depan untuk melihat perkembangan lebih lanjut. Dan ....”“Bisa dipahami, ya, Pak, Bu?” Pertanyaan sang dok

DMCA.com Protection Status