Home / Thriller / Simpanan Mafia Kejam / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Simpanan Mafia Kejam : Chapter 71 - Chapter 80

106 Chapters

Mencari Kebenaran yang Tersembunyi

Bab 71Mencari Kebenaran yang TersembunyiMarco bergegas keluar dari kantor Brian dengan tekad kuat. Langkahnya terasa berat saat ia memikirkan apa yang mungkin akan ia temukan. Kematian Reymond telah menimbulkan banyak tanda tanya, dan kini ia harus mencari jawaban yang selama ini tersembunyi. Hatinya dipenuhi kekhawatiran, terutama setelah mengetahui bahwa Sarah, adik Reymond, seolah menyimpan sesuatu yang lebih besar dari sekadar duka kehilangan kakaknya.Marco segera menuju tempat rehabilitasi tempat Reymond terakhir kali dirawat sebelum meninggal. Sesampainya di sana, ia langsung menemui salah satu petugas yang dulu bertanggung jawab atas perawatan Reymond."Apa benar Sarah pernah dibawa pergi dari sini dengan paksa?" tanya Marco tanpa basa-basi.Petugas itu terlihat gugup, matanya gelisah, seolah menimbang apakah harus berbicara atau tidak. "Iya, benar... Tapi kami tidak bisa berbuat apa-apa, Pak. Orang yang membawa Sarah bilang bahwa itu atas perintah Tuan Brian."Marco mengern
last updateLast Updated : 2024-09-01
Read more

Bab 72 Menguak Tabir Kegelapan

Bab 72Menguak Tabir Kegelapan"Nanti dulu Kinanti, aku bicara dengan Marco dulu." Brian berdiri dan mengajak Marco ke ruang kerjanya, tapi Kinanti yang penasaran justru menguping dari luar pintu ruangan tanpa sepengetahuan Brian dan Marco. Yang mana kala itu Brian duduk di ruang kerjanya dengan tatapan penuh amarah yang tak dapat disembunyikan. Marco berdiri di hadapannya, menatap sahabatnya yang sedang bergumul dengan rasa marah dan bingung. Di tangannya, Brian memegang sebuah USB yang berisi rekaman CCTV yang berhasil Marco temukan. Rekaman itu adalah bukti nyata tentang pembunuhan Reymond dan kejahatan yang dilakukan pada Sarah.“Ini semua sudah keterlaluan,” Brian akhirnya berbicara dengan suara pelan tapi sarat dengan kemarahan yang tertahan. “Bagaimana mungkin seseorang menggunakan namaku untuk melakukan hal seperti ini?”Marco mengangguk. “Aku juga tidak percaya ketika pertama kali melihatnya, Brian. Tapi kita harus bertindak cepat. Jika ini sampai tersebar, bukan hanya namam
last updateLast Updated : 2024-09-01
Read more

Keputusan Berat di Tengah Penderitaan

Bab 73Keputusan Berat di Tengah PenderitaanKinanti duduk di tepi tempat tidur, matanya menatap kosong ke arah jendela kamar rumah pribadi Brian yang menghadap ke laut biru di luar negeri. Tetesan air mata mengalir tanpa henti di pipinya. Keputusan Brian untuk membawa dirinya ke luar negeri begitu mendadak, dan meskipun dia tahu itu demi kebaikan bayinya, hatinya tetap terasa hancur. Pikirannya dipenuhi kekhawatiran tentang Sarah, sahabatnya yang entah bagaimana nasibnya sekarang.Brian melangkah masuk ke kamar, membawa segelas air putih untuk istrinya. "Kinanti, kau harus banyak istirahat. Ini semua demi kebaikanmu dan bayi kita," katanya dengan suara lembut, tapi nada tegas tetap terasa di dalamnya.Kinanti menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca. "Brian, aku mengerti apa yang kau lakukan. Tapi... setidaknya izinkan aku untuk terakhir kalinya bertemu dengan Sarah. Aku harus katakan padanya bahwa aku pergi dan tidak bisa menemaninya. Aku... aku tidak bisa meninggalkannya begitu sa
last updateLast Updated : 2024-09-03
Read more

Rahasia Gelap di Balik Penderitaan

Bab 74Rahasia Gelap di Balik PenderitaanMalam itu, Kinanti terbangun dari tidurnya dengan perasaan gelisah. Meski Brian berusaha menenangkannya dengan segala cara, bayangan tentang nasib Sarah terus menghantui pikirannya. Ia merasa ada sesuatu yang salah, sesuatu yang lebih dari sekadar kehilangan kontak dengan sahabatnya.Brian yang tengah duduk di kursi dekat jendela, menatap Kinanti dengan cemas. Dia tahu bahwa istrinya sedang menghadapi tekanan besar. "Kinanti, apa yang terjadi? Kau terlihat sangat terganggu," tanya Brian lembut, berusaha membuka percakapan.Kinanti menggeleng pelan, menundukkan kepala. "Aku hanya... aku merasa ada sesuatu yang buruk terjadi, Brian. Aku tidak bisa berhenti memikirkan Sarah. Mengapa sampai sekarang kita belum mendengar kabar darinya?"Brian menghela napas panjang, mencoba menenangkan hatinya sendiri sebelum menjawab. "Marco sedang bekerja keras mencari Sarah, sayang. Dia sangat bisa diandalkan. Aku yakin, cepat atau lambat, dia akan menemukan ses
last updateLast Updated : 2024-09-04
Read more

Bab 75 Pencarian Sarah

Bab 75 Pencarian Sarah Malam mulai larut ketika Brian duduk di ruang kerjanya, merenungkan langkah berikutnya. Pikirannya penuh dengan kecemasan setelah mendengar kabar dari Marco mengenai nasib Sarah yang lebih buruk dari yang bisa ia bayangkan. Dia masih terngiang akan pesan terakhir dari Marco, tentang kebenaran mengerikan yang baru saja mereka temukan."Apa yang akan aku katakan pada Kinanti?"Telepon Berdering, membuyarkan pikiran Brian. "Marco," kata Brian dengan gerakan tangan nya yang segera meraih ponsel yang ada di atas meja. "Apa dia sudah dapat kabar keberadaan, Sarah?" Karena tidak ingin penasaran membuat Brian segera mungkin menjawab panggilan masuk itu. "Iya halo, Marco." Brian memulai pembicaraan. “Brian, kita punya masalah besar,” suara Marco terdengar tegang di seberang.“Apa yang terjadi? Kau sudah menemukan Sarah, kan?” tanya Brian, suaranya serak menahan ketegangan.Marco menghela napas berat, seperti mencoba menahan amarah yang semakin mendidih. “Ya, aku me
last updateLast Updated : 2024-09-05
Read more

Bab 76 Kabar Baik, Kabar Buruk

Bab 76Kabar Baik, Kabar BurukSudah tiga bulan berlalu sejak Sarah menghilang dari kehidupan Kinanti, dan setiap hari terasa semakin berat bagi Kinanti. Di satu sisi, dia terus menunggu kabar dari Brian tentang sahabatnya, tapi Brian tak pernah membawa Sarah ke hadapannya. Awalnya, Kinanti merasakan kemarahan yang mendalam dan mengira bahwa Brian mungkin menyembunyikan sesuatu darinya, tapi seiring waktu, rasa kecewa itu mulai menghilang. Kini, dia lebih banyak berpasrah, berusaha menerima apa pun yang terjadi. "Apa Kinanti baik-baik saja?" Brian bertanya di dalam hati, sembari tatapan matanya memperhatikan Kinanti yang tidak begitu semangat, seperti sikapnya tengah menyembunyikan sesuatu. "Apa dia teringat pada Sarah lagi? Astaga Kinanti, seberapa berharganya sih wanita itu di matamu Kinanti. Sampai kamu sebegitunya memikirkannya, Kinanti," sambung Brian yang sedikit kesal. Brian memiliki alasan sendiri, kenapa dia tidak memberi kabar tentang Sarah ke Kinanti, padahal Brian tahu
last updateLast Updated : 2024-09-05
Read more

Ketakutan Brian

Bab 77Ketakutan Brian Malam itu, suasana di rumah Brian dan Kinanti terasa tenang. Setelah obrolan panjang tentang Clara dan Sarah, Kinanti akhirnya tertidur di pangkuan Brian. Namun, di balik ketenangan itu, Brian merasa gelisah. Pikirannya masih berkecamuk memikirkan ancaman dari Clara dan ibunya. Tapi saat ia melihat wajah Kinanti yang lelah, ia berusaha menenangkan dirinya.Cup"Aku akan selalu menjagamu dan calon anak kita Kinanti, aku janji." sedetik kemudian setelah ucapan itu terlontar dari mulut Brian, tiba-tiba Brian menangkap Kinanti yang mengerang pelan, membuat Brian tersentak. Ia menunduk, memperhatikan wajah istrinya yang kini tampak kesakitan."Argh ah, kenapa ini tiba-tiba sakit." dengan mata terpejam Kinanti bersuara, sampai Brian memegang pipi Kinanti. "Ada apa, Kinanti?Apa kamu baik-baik saja, Kinanti?" "Brian... perutku..." Kinanti dengan suara lemah, matanya perlahan terbuka.Brian langsung memegang tangan Kinanti. "Apa yang terjadi? Kamu sakit di mana, Kinan
last updateLast Updated : 2024-09-06
Read more

Bahagia dalam Tangisan

Bab 78Bahagia dalam TangisanBrian tidak bisa berhenti menatap bayi mungil yang berada dalam gendongannya. Dengan hati-hati, ia mendekatkan wajahnya ke pipi bayi itu dan mencium lembut keningnya. "Putriku...," bisiknya, suaranya serak oleh emosi yang tak tertahankan. Matanya berkaca-kaca, dan kali ini air mata yang mengalir bukan karena ketakutan, melainkan kebahagiaan yang begitu dalam.Kinanti, yang masih terbaring lemah di ranjang, menatap Brian dan bayinya dengan senyum lembut. Meski tubuhnya terasa begitu lelah, hatinya dipenuhi rasa bahagia yang tak terhingga. "Dia cantik sekali, Brian...," ucapnya pelan. Brian menunduk, memandang Kinanti dengan penuh kasih. "Iya, dia secantik kamu, Kinanti. Aku nggak pernah merasa sebahagia ini. Terima kasih... terima kasih sudah berjuang untuk kita semua."Kinanti tersenyum tipis. "Aku... aku sempat takut. Tapi melihatnya sekarang... semua rasa sakit itu langsung hilang."Brian duduk di samping tempat tidur Kinanti, masih menggendong bayi me
last updateLast Updated : 2024-09-06
Read more

Bayang-Bayang di Tengah Kebahagiaan

Bab 79Bayang-Bayang di Tengah Kebahagiaan"Aku datang Kinanti, aku datang." Clara berdiri di luar rumah sakit, menatap tajam ke arah gedung tempat Kinanti dirawat. Hatinya bergejolak. Tangannya yang memegang telepon genggam bergetar, bukan karena takut, tapi karena amarah yang mendidih. "Kinanti...," gumamnya, dengan nada yang penuh kebencian. "Kamu pikir kamu bisa hidup bahagia selamanya setelah apa yang suamimu lakukan pada keluargaku?"Ia menghela napas dalam, mencoba menenangkan dirinya. Tapi begitu matanya kembali menatap ke jendela lantai atas, di mana Kinanti dan bayinya berada, kemarahan itu kembali membakar dirinya. Ia ingin bertindak segera, tapi di mana-mana ada anak buah Brian, berjaga dengan ketat."Anak buahnya... mereka seperti anjing penjaga setia yang tidak akan membiarkan siapa pun mendekati Kinanti, tapi kamu jangan takut Kinanti. karena aku bakal mencari cara untuk menghancurkan kebahagiaan mu itu," Clara bergumam dalam hati. "Sialan, Brian. Kenapa kamu harus begi
last updateLast Updated : 2024-09-07
Read more

Kebahagiaan keluarga Brian

Bab 80Kebahagiaan keluarga Brian Pagi itu, Clara berdiri terpaku di depan rumah sakit, menyaksikan anak buah Brian bergerak dengan cepat. Mereka mulai membereskan segala sesuatu di sekitar tempat itu. Mobil-mobil mewah berbaris rapi di parkiran. Clara mengerutkan dahi. "Apa yang terjadi? Kenapa semuanya bergegas seperti ini?" pikirnya, sambil memperhatikan pergerakan orang-orang.Di sisi lain, di kamar VIP, Brian sedang membantu Kinanti bersiap-siap pulang. Wajahnya tampak lega setelah beberapa hari melewati masa-masa yang mendebarkan, terlebih saat proses persalinan yang sempat membuatnya hampir kehilangan kendali. Kini, bayinya sehat, istrinya aman, dan kebahagiaan menyelimuti seluruh keluarganya. "Sayang, kita pulang hari ini," ujar Brian lembut, sambil membantu Kinanti berdiri dari tempat tidur. Senyumnya tidak pernah pudar.Kinanti, meski masih merasa lelah, tersenyum. "Aku sudah siap, Brian. Terima kasih untuk segalanya."Brian memeluknya sebentar, menatap dalam-dalam ke mata
last updateLast Updated : 2024-09-07
Read more
PREV
1
...
67891011
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status