Home / Rumah Tangga / Istri Kedua yang Diinginkan / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Istri Kedua yang Diinginkan: Chapter 91 - Chapter 100

125 Chapters

Part 91. Tidak Akan Goyah

“Kalau ada apa-apa segera hubungi aku. Ada Firman di ruangan ini yang akan menjaga kalian,” pesan Praba sebelum dia keluar untuk menemui para tamu undangan dalam pestanya. Di belakangnya ada Dante yang menemaninya.“Orang tua Bapak juga datang bersama dengan Ibu Cantika.” Dante memberi tahukan kepada Praba saat mereka memasuki lift.Praba sudah menduga hal itu akan terjadi. Namun, dia hanya akan melihat apa yang akan terjadi nanti. Kalau memang Cantika berbuat ulah, dia tak akan segan untuk mengurusnya sampai akar.Dia sekarang tidak akan memeberikan belas kasihan kepada siapa pun yang akan membuat hidupnya berantakan. Tidak peduli itu adalah Cantika, perempuan yang dulu pernah dicintai setengah mati, tetapi dia tidak akan memberikan maaf jika ulahnya membuat rumah tangganya berantakan.Kedatangan Praba membuat para tamu undangan menatap ke arahnya. Dia segera menyapa mereka dengan formal dan berterima kasih karena sudah bersedia datang di pestanya. Memberikan sambutan di panggung kec
last updateLast Updated : 2024-09-25
Read more

Part 92. Pesan

“Sudah. Saya baik-baik saja.” Cantika sedikit mendorong Lina agar perempuan itu menjauh. Dia memasang wajah muram dengan geramam tertahan. Tak hanya itu, Cindy pun tampak begitu kesal.“Kamu boleh pergi.” Cindy mengusir Lina setelah mereka sudah berada di sebuah ruangan. Lina yang hendak memberikan sebuah salep untuk Cantika itu pun urung.“Ibu yakin tidak ingin dibawa ke rumah sakit?” tanya Lina lagi untuk memastikan.“Tidak.” Cantika menolak tegas. Ekspresinya sudah dipenuhi rasa amarah yang seolah ingin meledak detik itu juga.“Lina!” Dimas yang baru masuk ke ruangan tersebut pun menghentikan Lina yang akan pergi dari ruangan.“Saya, Pak.” Lina menegakkan tubuhnya kembali dan menatap ke arah Dimas yang sekarang sudah duduk di sofa.“Saya tahu kamu tahu banyak tentang kehidupan Praba mengingat kamu sudah bekerja dengannya lama.” Dimas mengawali. Menumpukan kaki kanannya di kaki kirinya. Tatapanya mengarah lurus pada sosok Lina yang diam di tempatnya. “Apa yang kamu tahu tentang kehi
last updateLast Updated : 2024-09-26
Read more

Part 93. Berbagi

“Kita bisa nolak kalau memang kamu belum siap.” Praba tidak akan membujuk Sinar untuk membawa Askara menemui Talita kalau memang Sinar tidak siap.Bertemu dengan Talita, tentu saja akan mengusik ketenangan yang sudah mereka rajut sejak lama. Namun, mau tak mau Sinar memang harus mengakui jika Askara adalah darah daging Talita. Perempuan itu punya hak untuk bertemu dengan anaknya.Sejak tadi, Sinar hanya diam seolah ada kekhawatiran yang dirasakan di dalam hatinya. Padahal, dia sudah sah secara hukum jika dia analah ibunya. Nama ibu dalam akta lahir Askara pun atas nama dirinya.“Siap nggak siap kita tetap harus mempertemukan Talita dengan Askara, Mas.” Sinar menarik napas panjang. “Hubungi saja dia dan kita bisa bertemu denganya.”Mau ditutupi seberapa kerasnya, hal itu tetap tidak bisa. Baik Sinar dan Talita, keduanya memiliki peran yang kuat menjadi ibu Askara. Keduanya tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Hanya saja, jika Talita ingin bertemu dengan Askara, Sinar berharap tidak be
last updateLast Updated : 2024-09-27
Read more

Part 94. Lelaki Asing

Dalam bayangan Sinar, saat Askara sudah paham akan statusnya, entah itu lima atau bahkan enam tahun lagi, dia akan bergantian tinggal di rumahnya dan Talita. Mereka akan bergantian menjaga bocah itu. Ada kekhawatiran tentang banyak hal yang masuk ke dalam jiwa Sinar tentang hal tersebut.Tidak bisa dipungkiri, ketakutan Sinar kehilangan Askara jauh lebih besar dibandingkan ketakutan Sinar kehilangan Surya. Jika dia dulu begitu takut Surya meninggalkannya, sudah bisa dibayangkan betapa sekarang ketakutan itu berkali lipat banyaknya.“Aku lihat sejak tadi kamu melamun.” Praba mendekati Sinar yang tengah duduk di ruang baca. Di tangannya ada benang rajut yang sama sekali tidak diolah oleh Sinar karena si empunya sibuk berpikir jauh ke depan sana.“Mas udah selesai kerja?” tanya Sinar. Meletakkan rajutannya di atas meja dan fokus pada sang suami.“Kamu masih mengkhawatirkan tentang Talita?” Praba mengelus pipi Sinar yang terasa begitu lembut di tangan Praba. Satu tangannya yang bebas meny
last updateLast Updated : 2024-09-28
Read more

Part 95.

“Dia Bima. Dia adalah sepupu Talita.” Tanpa diminta, Praba memberi tahu Sinar sosok yang tengah duduk berdampingan dengan Talita di salah satu meja.Pertemuan ini bukan kedua kalinya atau ketiga kalinya antara Askara dengan Talita. Ini sudah berjalan beberapa bulan bahkan perut Sinar sudah mulai terlihat membuncit dan Talita terkejut luar biasa. Untuk pertama kalinya, Talita menemui Sinar dengan membawa sepupunya yang tempo hari bertemu dengan Praba.Sinar mengangguk dan tidak berkomentar apa pun. Baginya, siapapun orang itu tidak ada hubungannya dengannya.“Firasatku benar. Sinar, kamu hamil?” Talita menatap Sinar dengan tatapan kecemburuan yang luar biasa.Jantungnya berdegup dengan kencang seolah baru saja melihat sesuatu yang menakutkan. Selama ini Sinar selalu mengenakan pakaian besar dan perutnya tidak terlihat membuncit. Sekarang, pakaian besar pun tidak lagi bisa menutupi perutnya.“Ya, saya hamil.” Sinar mengangguk dengan yakin.Jarak antara kehamilan Sinar dengan Askara hany
last updateLast Updated : 2024-09-30
Read more

Part 96. Sesak Napas

“Mas, hp kamu dari tadi bunyi terus.”Sinar membangunkan suaminya yang terlelep dalam tidurnya. Praba baru saja memejamkan matanya dan tenggelam dalam alam mimpi satu jam lalu. Pelukannya pada Sinar menguat dan enggan untuk membuka matanya. Namun, panggilan itu seperti ingin mengganggunya.Decakan itu keluar dari bibirnya ketika dia mengambil ponselnya dari nakas yang ada di sampingnya lalu menggulir icon terima panggilan. Matanya hanya terbuka sedikit hanya untuk memastikan dia tak salah menggulir layar ponselnya.“Halo!” Suaranya begitu berat. Namun, tak lama setelah itu matanya terbuka lebar dan mendengarkan ucapan yang diselingi dengan tangis di seberang sana. “Aku akan segera ke sana. Mama tunggu dulu. Tenang, jangan panik. Hem, oke.”Praba mengusap wajahnya dengan kuat ketika selesai dengan panggilan tersebut. Dia mendesah panjang, lalu bangun dari baringnya. Menoleh ke arah Sinar yang kebetulan juga sudah menatap ke arahnya.“Kenapa, Mas?” tanya Sinar setelah itu.“Papa masuk r
last updateLast Updated : 2024-10-02
Read more

Part 97. Perlindungan Terhadap Istri

“Kamu sungguh-sungguh ingin berumah tangga dengan perempuan seperti itu, Praba?” Pertanyaan dari Cindy itu membuat Praba terusik kesal. “Seumur hidup itu lama. Sekarang kamu belum tahu saja bagaimana keburukan dia. Nanti lama-lama dia akan menunjukkan bagaimana dirinya yang sesungguhnya. Bisa saja dia akan mengeruk semua hartamu.”“Karena sebuah kebencian, Mama jadi nggak objektif.” Praba menggeleng miris. “Kalaupun dia hanya mau hartaku, aku bisa menyerahkan semuanya. Toh dia juga melahirkan anak-anakku. Lalu di mana letak kesalahannya?”Praba menarik napasnya panjang sebelum melanjutkan. “Urusan istri dan anak-anakku Mama nggak perlu ikut campur. Toh Mama memang nggak suka sama mereka. Mama juga nggak ngakuin cucu Askara dan pasti akan berlaku untuk adiknya. Mama fokus pada kehidupan Mama dan Papa dan urusan pribadiku menjadi urusanku. Apa pun yang akan terjadi nanti, aku tidak akan melibatkan kalian.”Praba bukan lagi lelaki muda yang bisa dikendalikan orang tuanya. Sekarang dia bi
last updateLast Updated : 2024-10-03
Read more

Part 98. Perjanjian

Praba mengizinkan Budi untuk pergi setelah semua makanan yang dibawanya sudah tandas. Kotak makan itu pun dibawa pulang oleh Budi tanpa ada sisa makanan sedikitpun. Baik itu Cindy atau bahkan Dimas, mereka makan masakan Sinar dan menikmatinya.Praba keluar dari ruang rawat inap Dimas hanya untuk melepas penat. Berada seharian di kamar ayahnya membuat tubuhnya terasa kaku-kaku luar biasa.“Aku dengar dari Mama, kamu menyembunyikan istrimu begitu ketat sampai mereka pun sekarang nggak tahu kamu tinggal di mana.” Talita menyusul Praba yang tengah berdiri di ruang terbuka agar bisa menyesap batangan nikotin yang dibawanya.Suara Talita tidak membuat Praba terkejut. Dia tampak santai sebelum duduk di kursi yang terbuat dari beton.“Jangan membahas itu.” Praba sudah enggan membahas hal itu lagi dan lagi.“Kalau begitu, mari kita bahas Askara,” putus Talita. “Sebentar lagi kamu akan memiliki anak dengan Sinar, aku minta berikan Askara kepadaku.”“Aku nggak akan memberikan apa pun kepadamu te
last updateLast Updated : 2024-10-04
Read more

Part 99. Dimas Vs Askara

Bagaimana rasanya memiliki dua anak yang jarak umurnya hanya 16 bulan? Pasti merepotkan. Dan itulah yang dirasakan oleh Sinar sekarang. Namun, dia tidak bisa mendeskripsikan betapa bahagianya dia. Askara yang sedang sibuk-sibuknya berjalan itu tidak mau berhenti sebelum dia benar-benar lelah.Di sisi lain, Sinar harus mengurus Bhumi yang masih bayi. Tentu saja, lelah tidak bisa dideskripsikan. Hanya saja, ada baby sitter yang dipekerjakan untuk membantu Sinar. Hanya membantu, jadi tidak semua hal diserahkan kepada susternya.“Sayang, kamu beneran nggak papa aku tinggal?” Namun, ketahuilah bahwa Sinar merasa beruntung memiliki Praba sebagai suaminya. Lelaki itu sangat peduli kepadanya.“Mas kerja aja. Aku nggak papa.” Sinar kembali meyakinkan Praba. “Aku udah ada Suster, udah ada Bibi. Jadi, tenang saja. Mereka akan memgantuku selagi Mas di kantor.”Praba tersenyum menatap Bhumi yang tidur terlelap di pelukan ibunya. Setelah dia nanti bisa berjalan seperti Askara, rumahnya pasti akan s
last updateLast Updated : 2024-10-06
Read more

Part 100. Kebahagiaan yang Terlihat

“Jadi begini cara mainmu, Sinar?” Cindy menatap Sinar yang duduk dengan tenang tanpa mengatakan satu kata pun. Hubungan yang tidak akur sejak dulu membuat Sinar enggan berbasa-basi dengan ibu mertuanya meskipun kini mereka hanya duduk berdua.Dimas tengah mencoba merebut hati Askara yang sejak tadi terus saja menolaknya dengan kata ‘No’ nya. Seorang anak kecil itu paham jika dulu dia ditolak.“Kamu diam-diam meminta Praba untuk membelikanmu rumah semewah ini. Sudah berapa banyak harta yang sudah kamu kumpulkan dari putra saya.”Sinar pikir, kedatangan kedua mertuanya ke rumahnya adalah untuk berdamai dengan Praba ternyata dugaannya salah. Cindy tetaplah perempuan dengan kebencian yang kuat akan dirinya.“Setidaknya baru dua dan akan bertambah seiring berjalannya waktu.” Sinar akhirnya menjawab.“Dua? Apa maksud kamu dengan dua? 2 milyar, 2 triliun, atau dua apa?” Cindy sudah tidak bisa menahan dirinya ketika melotot marah.“Dua anak,” jawab Sinar dengan santai. “Askara dan Bhumi. Itu
last updateLast Updated : 2024-10-08
Read more
PREV
1
...
8910111213
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status