Share

Part 92. Pesan

Penulis: Loyce
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-26 23:15:46

“Sudah. Saya baik-baik saja.” Cantika sedikit mendorong Lina agar perempuan itu menjauh. Dia memasang wajah muram dengan geramam tertahan. Tak hanya itu, Cindy pun tampak begitu kesal.

“Kamu boleh pergi.” Cindy mengusir Lina setelah mereka sudah berada di sebuah ruangan. Lina yang hendak memberikan sebuah salep untuk Cantika itu pun urung.

“Ibu yakin tidak ingin dibawa ke rumah sakit?” tanya Lina lagi untuk memastikan.

“Tidak.” Cantika menolak tegas. Ekspresinya sudah dipenuhi rasa amarah yang seolah ingin meledak detik itu juga.

“Lina!” Dimas yang baru masuk ke ruangan tersebut pun menghentikan Lina yang akan pergi dari ruangan.

“Saya, Pak.” Lina menegakkan tubuhnya kembali dan menatap ke arah Dimas yang sekarang sudah duduk di sofa.

“Saya tahu kamu tahu banyak tentang kehidupan Praba mengingat kamu sudah bekerja dengannya lama.” Dimas mengawali. Menumpukan kaki kanannya di kaki kirinya. Tatapanya mengarah lurus pada sosok Lina yang diam di tempatnya. “Apa yang kamu tahu tentang kehi
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 93. Berbagi

    “Kita bisa nolak kalau memang kamu belum siap.” Praba tidak akan membujuk Sinar untuk membawa Askara menemui Talita kalau memang Sinar tidak siap.Bertemu dengan Talita, tentu saja akan mengusik ketenangan yang sudah mereka rajut sejak lama. Namun, mau tak mau Sinar memang harus mengakui jika Askara adalah darah daging Talita. Perempuan itu punya hak untuk bertemu dengan anaknya.Sejak tadi, Sinar hanya diam seolah ada kekhawatiran yang dirasakan di dalam hatinya. Padahal, dia sudah sah secara hukum jika dia analah ibunya. Nama ibu dalam akta lahir Askara pun atas nama dirinya.“Siap nggak siap kita tetap harus mempertemukan Talita dengan Askara, Mas.” Sinar menarik napas panjang. “Hubungi saja dia dan kita bisa bertemu denganya.”Mau ditutupi seberapa kerasnya, hal itu tetap tidak bisa. Baik Sinar dan Talita, keduanya memiliki peran yang kuat menjadi ibu Askara. Keduanya tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Hanya saja, jika Talita ingin bertemu dengan Askara, Sinar berharap tidak be

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27
  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 94. Lelaki Asing

    Dalam bayangan Sinar, saat Askara sudah paham akan statusnya, entah itu lima atau bahkan enam tahun lagi, dia akan bergantian tinggal di rumahnya dan Talita. Mereka akan bergantian menjaga bocah itu. Ada kekhawatiran tentang banyak hal yang masuk ke dalam jiwa Sinar tentang hal tersebut.Tidak bisa dipungkiri, ketakutan Sinar kehilangan Askara jauh lebih besar dibandingkan ketakutan Sinar kehilangan Surya. Jika dia dulu begitu takut Surya meninggalkannya, sudah bisa dibayangkan betapa sekarang ketakutan itu berkali lipat banyaknya.“Aku lihat sejak tadi kamu melamun.” Praba mendekati Sinar yang tengah duduk di ruang baca. Di tangannya ada benang rajut yang sama sekali tidak diolah oleh Sinar karena si empunya sibuk berpikir jauh ke depan sana.“Mas udah selesai kerja?” tanya Sinar. Meletakkan rajutannya di atas meja dan fokus pada sang suami.“Kamu masih mengkhawatirkan tentang Talita?” Praba mengelus pipi Sinar yang terasa begitu lembut di tangan Praba. Satu tangannya yang bebas meny

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28
  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 95.

    “Dia Bima. Dia adalah sepupu Talita.” Tanpa diminta, Praba memberi tahu Sinar sosok yang tengah duduk berdampingan dengan Talita di salah satu meja.Pertemuan ini bukan kedua kalinya atau ketiga kalinya antara Askara dengan Talita. Ini sudah berjalan beberapa bulan bahkan perut Sinar sudah mulai terlihat membuncit dan Talita terkejut luar biasa. Untuk pertama kalinya, Talita menemui Sinar dengan membawa sepupunya yang tempo hari bertemu dengan Praba.Sinar mengangguk dan tidak berkomentar apa pun. Baginya, siapapun orang itu tidak ada hubungannya dengannya.“Firasatku benar. Sinar, kamu hamil?” Talita menatap Sinar dengan tatapan kecemburuan yang luar biasa.Jantungnya berdegup dengan kencang seolah baru saja melihat sesuatu yang menakutkan. Selama ini Sinar selalu mengenakan pakaian besar dan perutnya tidak terlihat membuncit. Sekarang, pakaian besar pun tidak lagi bisa menutupi perutnya.“Ya, saya hamil.” Sinar mengangguk dengan yakin.Jarak antara kehamilan Sinar dengan Askara hany

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-30
  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 96. Sesak Napas

    “Mas, hp kamu dari tadi bunyi terus.”Sinar membangunkan suaminya yang terlelep dalam tidurnya. Praba baru saja memejamkan matanya dan tenggelam dalam alam mimpi satu jam lalu. Pelukannya pada Sinar menguat dan enggan untuk membuka matanya. Namun, panggilan itu seperti ingin mengganggunya.Decakan itu keluar dari bibirnya ketika dia mengambil ponselnya dari nakas yang ada di sampingnya lalu menggulir icon terima panggilan. Matanya hanya terbuka sedikit hanya untuk memastikan dia tak salah menggulir layar ponselnya.“Halo!” Suaranya begitu berat. Namun, tak lama setelah itu matanya terbuka lebar dan mendengarkan ucapan yang diselingi dengan tangis di seberang sana. “Aku akan segera ke sana. Mama tunggu dulu. Tenang, jangan panik. Hem, oke.”Praba mengusap wajahnya dengan kuat ketika selesai dengan panggilan tersebut. Dia mendesah panjang, lalu bangun dari baringnya. Menoleh ke arah Sinar yang kebetulan juga sudah menatap ke arahnya.“Kenapa, Mas?” tanya Sinar setelah itu.“Papa masuk r

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-02
  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 97. Perlindungan Terhadap Istri

    “Kamu sungguh-sungguh ingin berumah tangga dengan perempuan seperti itu, Praba?” Pertanyaan dari Cindy itu membuat Praba terusik kesal. “Seumur hidup itu lama. Sekarang kamu belum tahu saja bagaimana keburukan dia. Nanti lama-lama dia akan menunjukkan bagaimana dirinya yang sesungguhnya. Bisa saja dia akan mengeruk semua hartamu.”“Karena sebuah kebencian, Mama jadi nggak objektif.” Praba menggeleng miris. “Kalaupun dia hanya mau hartaku, aku bisa menyerahkan semuanya. Toh dia juga melahirkan anak-anakku. Lalu di mana letak kesalahannya?”Praba menarik napasnya panjang sebelum melanjutkan. “Urusan istri dan anak-anakku Mama nggak perlu ikut campur. Toh Mama memang nggak suka sama mereka. Mama juga nggak ngakuin cucu Askara dan pasti akan berlaku untuk adiknya. Mama fokus pada kehidupan Mama dan Papa dan urusan pribadiku menjadi urusanku. Apa pun yang akan terjadi nanti, aku tidak akan melibatkan kalian.”Praba bukan lagi lelaki muda yang bisa dikendalikan orang tuanya. Sekarang dia bi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-03
  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 98. Perjanjian

    Praba mengizinkan Budi untuk pergi setelah semua makanan yang dibawanya sudah tandas. Kotak makan itu pun dibawa pulang oleh Budi tanpa ada sisa makanan sedikitpun. Baik itu Cindy atau bahkan Dimas, mereka makan masakan Sinar dan menikmatinya.Praba keluar dari ruang rawat inap Dimas hanya untuk melepas penat. Berada seharian di kamar ayahnya membuat tubuhnya terasa kaku-kaku luar biasa.“Aku dengar dari Mama, kamu menyembunyikan istrimu begitu ketat sampai mereka pun sekarang nggak tahu kamu tinggal di mana.” Talita menyusul Praba yang tengah berdiri di ruang terbuka agar bisa menyesap batangan nikotin yang dibawanya.Suara Talita tidak membuat Praba terkejut. Dia tampak santai sebelum duduk di kursi yang terbuat dari beton.“Jangan membahas itu.” Praba sudah enggan membahas hal itu lagi dan lagi.“Kalau begitu, mari kita bahas Askara,” putus Talita. “Sebentar lagi kamu akan memiliki anak dengan Sinar, aku minta berikan Askara kepadaku.”“Aku nggak akan memberikan apa pun kepadamu te

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-04
  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 99. Dimas Vs Askara

    Bagaimana rasanya memiliki dua anak yang jarak umurnya hanya 16 bulan? Pasti merepotkan. Dan itulah yang dirasakan oleh Sinar sekarang. Namun, dia tidak bisa mendeskripsikan betapa bahagianya dia. Askara yang sedang sibuk-sibuknya berjalan itu tidak mau berhenti sebelum dia benar-benar lelah.Di sisi lain, Sinar harus mengurus Bhumi yang masih bayi. Tentu saja, lelah tidak bisa dideskripsikan. Hanya saja, ada baby sitter yang dipekerjakan untuk membantu Sinar. Hanya membantu, jadi tidak semua hal diserahkan kepada susternya.“Sayang, kamu beneran nggak papa aku tinggal?” Namun, ketahuilah bahwa Sinar merasa beruntung memiliki Praba sebagai suaminya. Lelaki itu sangat peduli kepadanya.“Mas kerja aja. Aku nggak papa.” Sinar kembali meyakinkan Praba. “Aku udah ada Suster, udah ada Bibi. Jadi, tenang saja. Mereka akan memgantuku selagi Mas di kantor.”Praba tersenyum menatap Bhumi yang tidur terlelap di pelukan ibunya. Setelah dia nanti bisa berjalan seperti Askara, rumahnya pasti akan s

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-06
  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 100. Kebahagiaan yang Terlihat

    “Jadi begini cara mainmu, Sinar?” Cindy menatap Sinar yang duduk dengan tenang tanpa mengatakan satu kata pun. Hubungan yang tidak akur sejak dulu membuat Sinar enggan berbasa-basi dengan ibu mertuanya meskipun kini mereka hanya duduk berdua.Dimas tengah mencoba merebut hati Askara yang sejak tadi terus saja menolaknya dengan kata ‘No’ nya. Seorang anak kecil itu paham jika dulu dia ditolak.“Kamu diam-diam meminta Praba untuk membelikanmu rumah semewah ini. Sudah berapa banyak harta yang sudah kamu kumpulkan dari putra saya.”Sinar pikir, kedatangan kedua mertuanya ke rumahnya adalah untuk berdamai dengan Praba ternyata dugaannya salah. Cindy tetaplah perempuan dengan kebencian yang kuat akan dirinya.“Setidaknya baru dua dan akan bertambah seiring berjalannya waktu.” Sinar akhirnya menjawab.“Dua? Apa maksud kamu dengan dua? 2 milyar, 2 triliun, atau dua apa?” Cindy sudah tidak bisa menahan dirinya ketika melotot marah.“Dua anak,” jawab Sinar dengan santai. “Askara dan Bhumi. Itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08

Bab terbaru

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 125. End

    Halaman belakang rumah besar Praba dipenuhi keceriaan yang luar biasa. Askara, Bhumi, dan Cherry berdiri di depan panggangan barbeque sambil sesekali saling menyenggol. Namun, kali ini tidak ada yang mencoba untuk melerainya.Para pekerja juga membantu mereka memanggang banyak makanan. Aroma makanan menguar tiada henti. Begitu nikmat luar biasa. Cherry pergi lebih dulu, lalu duduk dan bergabung dengan kedua orang tuanya.“Makan dulu, Bos.” Begitu katanya kepada sang ayah juga ibunya. “Ayo, Bunda makan dulu. Mengobrol juga butuh tenaga.”Ya, tidak ada yang salah dengan panggilan Cherry karena di sana memang ada Talita. Setelah obrolan Talita dan Sinar saat itu, hubungan dua perempuan itu lambat laun membaik. Mereka menekan ego mereka demi Askara.Begitu juga dengan Praba dan anak-anak mereka. Bhumi dan Cherry bahkan ikut-ikutan memanggil Talita dengan bunda. Jika dalam kondisi yang lalu, Talita pasti akan merasa keberatan, tetapi sekarang tentu berbeda. Dia bahkan merasa memiliki tiga

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 124

    “Sebagai seorang ibu, kita adalah dua orang yang sama-sama menyayangi dan mencintai Askara. Dia memintaku untuk mempertimbangkan agar kita bisa berdamai.”Talita secara pribadi datang ke rumah Sinar dan membicarakan masalah tersebut setelah dia berpikir secara terus menerus. Dia menarik garis ke belakang dan memikirkan tentang masa lalu yang sudah terjadi. Jika dia menyalahkan Sinar sepenuhnya dan menganggap perempuan itu salah, maka itu tidak benar.Sinar dulu juga seorang korban. Dia juga perempuan yang sudah memberikan cintanya dengan penuh kepada Askara. Tidak sekalipun dia merasa terganggu dengan kehadiran putranya tersebut.“Selama ini saya tidak pernah ingin berseteru dengan Ibu secara terus menerus. Hanya saja, Ibu masih menganggap saya adalah orang yang harus Ibu musuhi.” Itu adalah jawaban yang diberikan oleh Sinar. “Melihat bagaimana hubungan kita selama ini, saya yakin itu menjadikan tekanan sendiri bagi Askara. Itulah kenapa dia ingin melihat kita berdamai.”Sinar menging

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 123

    “Abang nggak jadi ke luar negeri, Ma.”Sinar yang sedang membuatkan sandwich untuk Askara itu segera mendongak menatap putranya yang tengah duduk di stole bar. Anggota keluarganya yang lain sedang sibuk sendiri-sendiri dan hanya ada Sinar dan Askara saja di sana.“Abang bicara banyak dengan Bunda. Bunda pun mengerti tentang keinginan Abang. Kalaupun toh nanti misalnya Abang ingin sekolah di sana, itu atas dasar keinginan Abang sendiri. Tapi, sampai sekarang, Abang belum ingin. Abang masih lebih suka di negeri sendiri.”Sinar meletakkan sandwich-nya ke atas piring lalu meletakkan di depan Askara. “Mama senang mendengar itu.” Perempuan itu duduk di samping putranya dan menemani makan.“Abang berharap, Mama dan Bunda bisa berbaikan.”Kalimat itu membuat Sinar segera menoleh ke arah putranya. Tatapan remaja itu penuh pengharapan. Dia tampaknya ingin melihat kedua orang yang disayanginya tidak lagi berselisih paham. Askara tentulah tahu jika sebenarnya yang selalu membuat masalah antara ke

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 122

    Untuk pertama kalinya, Askara menghadiri acara keluarga Talita. Dia berusaha berbaur dengan keluarganya yang menerima Askara dengan sangat baik. Nenek dan kakeknya begitu bahagia melihat cucunya akhirnya datang dan berumpul dengan keluarga.“Nenek senang kamu ada di sini.” Askara menoleh dan mendapati seorang perempuan tua yang tampak masih begitu sehat. Tentu jika bersama dengan nenek dan kakeknya bukan pertama kalinya mereka bertemu, hanya saja dia selalu menolak untuk hadir ketika acara-acara seperti ini dilakukan.“Nenek sudah makan?” tanya Askara mencoba untuk perhatian. “Aku lihat, sejak tadi hanya mondar-mandir ke sana-kemari. Nenek harus menjaga kesehatan.”Perempuan tua itu tersenyum lembut. Menarik tangan Askara, lalu menggenggamnya. “Nenek senang kalau cucu-cucu Nenek berkumpul seperti ini, hati Nenek terasa bahagia sekali.”Askara menatap langit yang mucul sekumpulan bintang-bintang. Indah sekali. Sayangnya ini bukan bulan purnama. Jika bulan purnama, sekarang ibunya pasti

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 121

    Kedua tangan Askara maupun Talita penuh dengan barang belanjaan. Talita benar-benar membeli banyak barang untuk dirinya sendiri dan juga Askara. Setelah keluarga bersama dengan Talita, melepaskan segala beban yang selama ini dirasakan, Askara sedikit luluh dengan sikap ibunya.“Terima kasih. Abang sudah bersedia berjalan-jalan dengan Bunda.”Mereka sudah sampai di rumah dan sama-sama melepas lelah dengan duduk di sofa. Askara segera membaringkan tubuhnya di sofa dan memeluk bantal sofa. Memainkan ponselnya sebentar sebelum meletakkannya kembali.“Kalau ngantuk, naik gih, tidur di kamar.” Talita menepuk kaki Askara, lalu mengelus pelan kaki tersebut.“Aku di sini aja. Jendelanya biarin kebuka aja, Bun. Nggak usah pakai AC.” Askara menutup matanya setelah itu. Dia sepertinya benar-benar lelah luar biasa.Talita membuka jendela-jendela lebar itu agar angin bisa masuk. Membuat Askara menjadi nyaman luar biasa. Lelaki itu segera saja terlelap dalam tidurnya. Jika Askara sudah memutuskan un

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 120

    “Cerita Tante ternyata cukup rumit.” Tanggapan Bastian setelah itu. Menatap Askara setelah itu. “Bagaimana tanggapan lo tentang itu, Askara?”Askara menanggapi santai. “Gue udah pernah cerita itu dari Papa. Nggak beda jauh. Hanya beda sudut pandang.”“Papamu menceritakannya?” Talita mengernyit, lalu dia mengingat sesuatu. “Apa karena saat Bunba minta kamu bertanya tentang waktu itu ….”“Ya.” Askara memotong ucapan ibunya. “Papa sudah cerita semuanya.”“Lalu, apa tanggapanmu?” tanya Bastian lagi. “Menurut gue, ini terlalu rumit.”“Kehidupan orang tua selalu rumit dan gue benci itu.” Askara menarik napasnya panjang. “Bukankah keegoisan mereka sehingga membuat gue harus berada dalam masalah? Harus memilih di antara dua ibu.” Askara tersenyum kecil. “Percayalah, itu sangat menyebalkan.”Akhirnya, Askara mengungkapkan isi hatinya yang terpendam. Sejak kecil dia harus ditarik ke sana-kemari untuk hidup dan tinggal bersama mereka. Dia kesal luar biasa.Ruangan itu seketika hening karena keju

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 119

    “Ma, Abang akan menginap di rumah Bunda,” pamit Askara kepada Sinar. Weekend ini dia ingin mencoba membuka hatinya untuk ‘melihat’ lebih dekat kehidupan yang dijalani oleh Talita. Seperti yang Bastian katakan, dia ingin benar-benar memahami posisi Talita.Dia selama ini selalu marah dan tertekan jika Talita memintanya untuk tinggal bersama dengannya. Baginya, Talita tidak seperti Sinar yang sangat dia sayangi. Sekarang, dia sudah berpikir lebih dingin dan dia ingin menjalani semuanya dengan lebih tenang.“Abang sudah bilang kepada Bunda kalau Abang mau datang?” tanya Nilam. “Biasanya Bunda yang akan menjemput Abang.”“Nanti pulang sekolah langsung diantar supir ke rumah Bunda, Ma. Aku udah bilang sama Bunda juga.”Sinar diam tak segera menanggapi karena dia merasa Askara sudah mulai terbuka dengan Talita. Ada rasa takut, tetapi dia juga tidak bisa menghentikan.“Ya sudah. Abang hati-hati. Kalau ada apa-apa langsung bilang ke Mama.” Sinar mengelus pundak putranya dengan lembut.“Iya, M

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 118

    “Askara!”Panggilan itu membuat Askara menoleh. Dia mendapati seorang lelaki muda berdiri tak jauh darinya dan menatapnya. Lelaki itu tersenyum sebelum mendekat ke arahnya.“Gue udah lama nunggu.”Askara tidak mengenal lelaki itu. Oleh karena itu dia hanya memberi tatapan penuh tanya ke arah lelaki itu. Tahu jika dia harus memperkenalkan dirinya, lelaki itu lantas mengulurkan tangannya.“Gue Bastian. Sepupu lo.”Barulah Askara menyadari jika lelaki itu adalah lelaki yang dimaksud oleh bundanya. Sepupu yang kuliah di luar negeri. Askara menerima uluran tangan lelaki itu. “Askara.”Bastian tampak masih tersenyum. “Ada kafe di depan, kita ke sana? Sekalian ngobrol.” Askara tidak langsung menjawab dan tampak berpikir, tetapi Bastian segera bersuara. “Nanti gue antar pulang.”“Nggak perlu, gue bisa pulang sendiri. Gue nunggu sopir atau adik-adik gue buat pamit.” Askara menoleh ke sana-kemari untuk mencari keberadaan kedua adiknya, tetapi mereka tidak juga muncul.Lantas dia mengeluarkan po

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 117

    “Kalau bukan karena dia, Talita masih tetap akan menjadi menantu keluarga kita.”“Cukup!” Dimas berteriak membentak Cindy. “Mama ini benar-benar, ya. Mau sampai kapan Mama terus memusuhi Sinar. Ini sudah lama sejak Praba dan Sinar menikah. Kehidupan mereka baik-baik saja sampai sekarang, tapi Mama masih bertahan dengan ego Mama.”“Kalau Oma nggak suka sama kami, sebenarnya nggak masalah.” Bhumi bersuara. “Tapi nggak perlu menjelekkan Mama. Mama adalah mama terbaik buat kami.”“Tahu apa kamu tentang ibumu? Ibumu adalah perempuan yang mengambil suami perempuan lain. Dia itu pelakor.” Cindy semakin tua mulutnya benar-benar luar biasa menyebalkan.“Kalau Mama terus saja menyebut istriku seperti itu, lebih baik Mama tidak perlu datang ke rumah ini.” Praba sudah muak dengan segala macam hinaan yang dikeluarkan Cindy kepada istrinya.Tidak sedikitpun Cindy merasa tersentuh dengan kebaikan Sinar selama ini. Bahkan suatu hari dia pernah dirawat di rumah sakit dan Sinar yang menjaganya sampai k

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status