Home / Rumah Tangga / Istri Kedua yang Diinginkan / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Istri Kedua yang Diinginkan: Chapter 111 - Chapter 120

125 Chapters

Part 111

“Kamu bilang apa, Sayang?” Praba menjauhkan tubuhnya dari Sinar dan menatap wajah istrinya itu dengan tatapan memicing. “Pernah mau ninggalin aku?”Wajah Praba benar-benar terlihat terkejut dengan pengakuan istrinya. Matanya masih mengarah lurus pada wajah Sinar yang terlihat tidak ada candaan. Praba bisa melihat anggukan Sinar.“Ya, aku pernah mau ninggalin Mas.”“Kapan? Lalu kenapa?”Mengingat hal tersebut seolah membuat Sinar merasa bersalah. Namun, Dia akan tetap mengatakan kejujuran kepada Praba.“Mas pasti nggak akan lupa kalau aku dulu benci banget sama Mas. Terlebih lagi setelah Surya meninggal.” Sinar kini berbaring telentang menatap langit-langit kamar. “Aku menyalahkan Mas dan Bu Talita, tetapi aku memilih untuk memendamnya seorang diri. Ya, karena aku merasa aku nggak cinta sama Mas, akan ingin meninggalkan Mas setelah merebut Mas dari Talita. Sayangnya, semuanya nggak semudah yang aku bayangkan. Apalagi setelah Askara lahir. Aku melemah. Bagiku, Askara adalah segalanya.”
last updateLast Updated : 2024-10-25
Read more

Part 112. 18 Tahun

“Mama, Abang ingin bicara sesuatu dengan Mama.”Askara yang baru saja pulang dari sekolah itu segera mencari keberadaan Sinar. Sinar mempersilakan putranya masuk ke dalam kamar dan segera saja, lelaki berusia 18 tahun itu meletakkan tasnya di atas meja.Ekspresinya tidak begitu baik dan tampak mendung. Sinar bisa menyadari itu dan dia penasaran apa yang sebenarnya ingin dibicarakan oleh putranya. Tidak seperti biasanya, Askara tampak muram.“Ada apa, Bang? Terjadi sesuatu?” tanya Sinar yang kini sudah duduk di samping Askara.Putranya itu sudah duduk di bangku kelas 12. Sebentar lagi akan memasuki perkuliahan dan kegiatannya akan semakin banyak. Tak terasa, waktu begitu cepat berlalu. Dia masih ingat betul bagaimana dulu dia mengandung Askara, lalu bayi itu diambil begitu saja oleh Dimas dan Cindy, lalu masuk rumah sakit. Semuanya itu sungguh menyedihkan.Beruntung, selama 18 tahun ini, dia bisa menjadi pendamping anak-anaknya dan berusaha terus menjadi ibu yang baik. Alhasil sekarang
last updateLast Updated : 2024-10-26
Read more

Part 113

“Hati-hati di jalan.” Sinar mengantarkan Askara sampai di halaman rumah ketika di luar sudah ditunggu oleh Talita.“Abang pergi dulu, Ma.” Askara mencium tangan Sinar. Mengacak rambut Bhumi dan Cherry sebelum benar-benar pergi.Pagi tadi dia mendapatkan telepon dari Talita jika perempauan itu akan menjemput Askara. Kali ini, Askara tidak banyak drama dengan penolakannya dan dia langsung menyetujui. Semua penjelasan sang ayah tentang masa lalu orang tuanya sudah didapatkan dan Askara banyak berpikir.Hubungan mereka rumit dan itulah kenapa mereka berada di titik ini sekarang.“Sudah sarapan?” tanya Talita ketika Askara sudah duduk di dalam kursi penumpang. Mobil itu segera meninggalkan rumah besar milik Praba.“Udah.” Askara mengangguk. Lelaki itu tidak lagi bersuara setelah itu dan memilih menatap jalanan.Seperti itulah kira-kira hubungan Askara dengan Talita. Tidak ada banyak topik pembicaraan yang bisa diangkat untuk mengisi kekosongan antara ibu dan anak tersebut. Padahal, mereka
last updateLast Updated : 2024-10-27
Read more

Part 114

“Mama?”Askara baru saja membuka pintu kamarnya ketika dia mendapati ibunya ada di depannya dan membawa semangkuk potongan buah di tangannya. Sinar menyerahkan mangkuk tersebut kepada Askara dan langsung diterima.“Abang sepertinya banyak tugas sekolah karena akhir-akhir jarang berkumpul dengan Mama dan adik-adik.” Sinar bersuara. “Jangan diforsir tubuhnya membuat kesehatan menurun.” Sinar mengelus pundak putranya. “Mama turun dulu. Dimakan buahnya.”Askara sama sekali tidak menahan kepergian Sinar karena dia juga langsung masuk kembali ke dalam kamar. Duduk di kursi belajar dan meletakkan mangkuk buahnya di depannya. Dia hanya menatap buah tersebut dengan tatapan datar.Sampai hari ini, dia tak juga mengatakan tentang pembicaraannya dengan Talita tempo hari. Dia merasa perlu berpikir dengan tenang agar dia bisa mengambil keputusan. Namun, sampai sekarang, dia pun tidak mendapatkan keputusan apa pun dari pikirannya.Askara pun yakin jika orang tuanya dan kedua adiknya mencurigai sesua
last updateLast Updated : 2024-11-02
Read more

Part 115

Ucapan Talita itu membuat Cherry dan Bhumi terkejut luar biasa. Mereka secara serempak menoleh ke arah Askara dan memberikan tatapan tak terbaca. Sungguh, mereka tampak tidak siap dengan jawaban yang diberikan oleh Talita.“Aku belum mengambil keputusan untuk itu,” ucap Aksara setelahnya. “Jadi, tolong jangan mengambil kesimpulan sendiri.”“Bunda sudah memutuskan, Bunda sendiri yang akan mengatakan masalah ini kepada papamu. Bunda tahu kalau kamu nggak akan siap mengatakan kepada mereka jika kita akan pergi ke luar negeri dan tinggal di sana.”Askara menoleh dan menatap kedua adiknya dengan ekspresi murung. Bukan ini yang diharapkan. Bukan seperti ini caranya mengatakan kepada adik-adiknya. Dia masih memikirkan cara untuk mengatakan kepada keluarganya, tetapi Talita membuat ulah dengan membuka semuanya sekarang.“Kita pulang sekarang.” Askara mengajak kedua adiknya. “Aku nggak bisa ikut Bunda sekarang.”Talita mencekal tangan Askara. “Bunda nggak izinkan kamu pulang lebih dulu. Bunda
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more

Part 116

“Apa yang sudah Abang bicarakan dengan Bunda?” Praba mengeluarkan pertanyaan itu kepada Askara meskipun Talita masih berada di sana. Menyelesaikan semuanya lebih cepat akan lebih baik. “Aku bilang sama Bunda kalau aku perlu berpikir sampai aku lulus, Pa.” Askara menjawab cepat.“Itu artinya kamu sudah mempertimbangkan untuk pindah bersama Bunda ke luar negeri?” Praba menunjukkan ketidaksenangannya.“Kalau dia memang mempertimbangkan untuk sama aku, lalu kenapa, Mas? Mas, aku berhak untuk bersama dengan Askara. Kasih aku kesempatan untuk itu. Askara sudah besar. Selama 18 tahun dia ikut sama kamu, nggak ada salahnya setelah itu dia juga ikut sama aku. Aku cuma punya dia. Sedangkan kamu, masih ada dua anak lagi yang bisa menemani kamu saat kalian tua nanti.”“Ibu mengatakan itu seolah bilang kalau setelah Ibu membawa Askara, dia nggak berhak lagi untuk bertemu kami.” Sinar bersuara setelah dia sempat syok beberapa saat lalu.“Askara sudah besar, aku nggak akan membatasi dia untuk bert
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more

Part 117

“Kalau bukan karena dia, Talita masih tetap akan menjadi menantu keluarga kita.”“Cukup!” Dimas berteriak membentak Cindy. “Mama ini benar-benar, ya. Mau sampai kapan Mama terus memusuhi Sinar. Ini sudah lama sejak Praba dan Sinar menikah. Kehidupan mereka baik-baik saja sampai sekarang, tapi Mama masih bertahan dengan ego Mama.”“Kalau Oma nggak suka sama kami, sebenarnya nggak masalah.” Bhumi bersuara. “Tapi nggak perlu menjelekkan Mama. Mama adalah mama terbaik buat kami.”“Tahu apa kamu tentang ibumu? Ibumu adalah perempuan yang mengambil suami perempuan lain. Dia itu pelakor.” Cindy semakin tua mulutnya benar-benar luar biasa menyebalkan.“Kalau Mama terus saja menyebut istriku seperti itu, lebih baik Mama tidak perlu datang ke rumah ini.” Praba sudah muak dengan segala macam hinaan yang dikeluarkan Cindy kepada istrinya.Tidak sedikitpun Cindy merasa tersentuh dengan kebaikan Sinar selama ini. Bahkan suatu hari dia pernah dirawat di rumah sakit dan Sinar yang menjaganya sampai k
last updateLast Updated : 2024-11-07
Read more

Part 118

“Askara!”Panggilan itu membuat Askara menoleh. Dia mendapati seorang lelaki muda berdiri tak jauh darinya dan menatapnya. Lelaki itu tersenyum sebelum mendekat ke arahnya.“Gue udah lama nunggu.”Askara tidak mengenal lelaki itu. Oleh karena itu dia hanya memberi tatapan penuh tanya ke arah lelaki itu. Tahu jika dia harus memperkenalkan dirinya, lelaki itu lantas mengulurkan tangannya.“Gue Bastian. Sepupu lo.”Barulah Askara menyadari jika lelaki itu adalah lelaki yang dimaksud oleh bundanya. Sepupu yang kuliah di luar negeri. Askara menerima uluran tangan lelaki itu. “Askara.”Bastian tampak masih tersenyum. “Ada kafe di depan, kita ke sana? Sekalian ngobrol.” Askara tidak langsung menjawab dan tampak berpikir, tetapi Bastian segera bersuara. “Nanti gue antar pulang.”“Nggak perlu, gue bisa pulang sendiri. Gue nunggu sopir atau adik-adik gue buat pamit.” Askara menoleh ke sana-kemari untuk mencari keberadaan kedua adiknya, tetapi mereka tidak juga muncul.Lantas dia mengeluarkan po
last updateLast Updated : 2024-11-09
Read more

Part 119

“Ma, Abang akan menginap di rumah Bunda,” pamit Askara kepada Sinar. Weekend ini dia ingin mencoba membuka hatinya untuk ‘melihat’ lebih dekat kehidupan yang dijalani oleh Talita. Seperti yang Bastian katakan, dia ingin benar-benar memahami posisi Talita.Dia selama ini selalu marah dan tertekan jika Talita memintanya untuk tinggal bersama dengannya. Baginya, Talita tidak seperti Sinar yang sangat dia sayangi. Sekarang, dia sudah berpikir lebih dingin dan dia ingin menjalani semuanya dengan lebih tenang.“Abang sudah bilang kepada Bunda kalau Abang mau datang?” tanya Nilam. “Biasanya Bunda yang akan menjemput Abang.”“Nanti pulang sekolah langsung diantar supir ke rumah Bunda, Ma. Aku udah bilang sama Bunda juga.”Sinar diam tak segera menanggapi karena dia merasa Askara sudah mulai terbuka dengan Talita. Ada rasa takut, tetapi dia juga tidak bisa menghentikan.“Ya sudah. Abang hati-hati. Kalau ada apa-apa langsung bilang ke Mama.” Sinar mengelus pundak putranya dengan lembut.“Iya, M
last updateLast Updated : 2024-11-10
Read more

Part 120

“Cerita Tante ternyata cukup rumit.” Tanggapan Bastian setelah itu. Menatap Askara setelah itu. “Bagaimana tanggapan lo tentang itu, Askara?”Askara menanggapi santai. “Gue udah pernah cerita itu dari Papa. Nggak beda jauh. Hanya beda sudut pandang.”“Papamu menceritakannya?” Talita mengernyit, lalu dia mengingat sesuatu. “Apa karena saat Bunba minta kamu bertanya tentang waktu itu ….”“Ya.” Askara memotong ucapan ibunya. “Papa sudah cerita semuanya.”“Lalu, apa tanggapanmu?” tanya Bastian lagi. “Menurut gue, ini terlalu rumit.”“Kehidupan orang tua selalu rumit dan gue benci itu.” Askara menarik napasnya panjang. “Bukankah keegoisan mereka sehingga membuat gue harus berada dalam masalah? Harus memilih di antara dua ibu.” Askara tersenyum kecil. “Percayalah, itu sangat menyebalkan.”Akhirnya, Askara mengungkapkan isi hatinya yang terpendam. Sejak kecil dia harus ditarik ke sana-kemari untuk hidup dan tinggal bersama mereka. Dia kesal luar biasa.Ruangan itu seketika hening karena keju
last updateLast Updated : 2024-11-13
Read more
PREV
1
...
8910111213
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status