Zana begitu bingung dengan sikap Ebrahim. Setelah pulang dari pesta tersebut, pria itu langsung menyeretnya ke kamar dan membantingnya ke atas kasur. Ebrahim tidak terlihat marah tetapi dia seperti memaksa agar Zana melayaninya. Zana tidak paham kenapa Ebrahim begitu, seingatnya dia tak melakukan kesalahan. Selama di pesta, Zana juga bersikap baik. Bahkan ketika Tamara bersuara memancing, Zana tetap diam. "Ka-Kak Ebrahim," cicit Zana, mendorong agar Ebrahim menjauh dari atas tubuhnya. Pria ini seperti kesurupan. "Kak Ebra kenapa?" tanya Zana saat pria itu mendongak ke arahnya. Tatapan pria ini begitu berat, berkabut gairah dan nafsu. Ditambah senyuman tipis penuh makna yang menyungging di bibirnya, itu semakin membuat Zana merinding. Sepertinya Zana terlalu positif thinking terhadap Ebrahim selama ini. Kenyataannya pria yang ia anggap sopan dan hero ini, ternyata tertarik pada tubuhnya. "Aku menginginkan istri kecilku," jawab Ebrahim, mengelus bibir Zana dengan gerakan erot
Baca selengkapnya